Rabu, 28 Desember 2011

HIV/AIDS


PENDAHULUAN



Latar belakang

 
            Penyakit HIV / AIDS merupakan penyakit menular yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang relatif singkat. Kasus HIV / AIDS telah menjadi persoalan serius bagi kehidupan manusia. Jumlah orang yang terjangkit HIV / AIDS dari tahun ke tahun terus bertambah, hingga kini sudah lebih dari 25 juta jiwa meregang nyawa akibat AIDS, dan 40 juta lainnya positif terjangkit HIV.
            Perhatin terhadap HIV /AIDS meluas bukan sekedar kepada aspek kesehatan, melainkan juga kepada aspek kemanusiaan. Penderita HIV / AIDS ( ODHA ), hingga saat ini sering kali mendapat perlakuan yang tidak proporsional. Mereka cenderung dijauhi, dicibir, bahkan ditakuti.
            HIV /AIDS utamanya akibat prilaku yang menyimpang. Hal ini berdsarkan pengamatan bahwa meluasnya HIV /AIDS di masyarakat, lebih banyak sebagai akibat dari maraknya praktik perzinaan dan akibat penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada pemakaian narkoba.
            Tanggal 1 desember merupakan hari yang ditetapkan sebagai hari AIDS sedunia. Konsep ini digagas pada pertemuan menteri kesehatan sedunia yang membahas program-program untuk pencegahan AIDS pada tahun 1988.
            Sejak saat itu, hari AIDS mulai diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional dan yayasan amal diseluruh dunia. Perhatian terhadap HIV / AIDS selanjutnya meluas bukan sekedar pada aspek kesehatan, melainkan juga kepada aspek kemanusiaan. Penderita AIDS, atau yang lazimdisebut orang dengan HIV / AIDS ( ODHA ), hingga saat ini sering kali mendapat perlakuan yang tidak profesional. Mereka cenderung dijauhi, dicibir, bahkan ditakutin.
            Padahal, perlakuan terhadap penderita HIV / AIDS hendaknya sama seperti perlakuan terhadap penderita penyakit lainnya, walaupun tentu harus disesuaikan dengan peraturan dan standar yang telah berlaku.
            HIV / AIDS memang bukan semata-mata penyakit dibidang medis, melainkan juga penyakit masyarakat, utamanya akibat prilaku yang menyimpang. Hal ini berdasarkan pengamatan bahwa meluasnya HIV / AIDS di masyarakat, lebih banyak sebagai akibat dari maraknya praktik perzinaan dan akibat penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada pemakaian narkoba.


1.Pengertian HIV / AIDS

           Penyakit yang membuat tubuh sulit mencegah terjadinya infeksi penyakit, berkurangnya kekebalan tubuh itu sendiri di sebabkan oleh virus HIV yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh.
            HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup virus, ini ” senang ” hidup dan beerkembang biak dalam cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti darah, cairan plasenta, cairan sperma, cairan sumsum tulang , cairan vagina, air susu ibu dan cairan otak.
            AIDS ( Acquired Immunod Deficiency Syndom ) adalah kumpulan gejala penyakit yang membuat tubuh sulit mencegah terjadinya infeksi penyakit HIV menyebabkan sistem kekebalan akan semakin melemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang beberapa jenis penyakit ( syndrome ) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat.

Perbedaan antara penderita HIV dengan penderita AIDS

˜    Penderita HIV adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, ia dapat menularkan virus tersebut walauun tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun.

˜    Penderita AIDS adalah orang yang setelah sekian waktu terinfeksi HIV dan menunjukkan tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan.


2. Tanda dan gejala HIV / AIDS.
            Gejala infeksi HIV pada awalnya memang sulit dikenali karena gejala awalnya mirip penyakit ringan sehari-hari, seperti flu dan diare, dimana penderita tidak terlihat sakit parah atau bahkan tampak sehat-sehat saja. Kadang dala 6 minggu pertama setelah kontak penularan, timbul gejala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi, sakit menelan dan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah ketiak, selangkangan. Gejala ini biasanya sembuh sendiri dan hingga 4 – 5 tahun mungkin tidak muncul gejala ironisnya.
            Pada stadium awal ( sekitar 3 bulan setelah tertular ), tubuh penderita belum membentuk antibodi secara sempurna sehingga tes darah tidak memperlihatkan orang itu telah tertular HIV. Masa 3 bulan itu sering disebut dengan masa jendela. Jika tes darah sudah menunjukkan adanya antibodi HIV dalam darah, artinya positif HIV.
            Pada tahun ke-5 atau ke-6, bergantung masing-masing penderita, mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut, dan pembengkakan di daerah kelenjar getah bening. Kemudian pada tahap lebih lanjut terjadi penurunan berat badan secara cepat ( > 10 % ), diareterus menerus lebih dari 1 bulan disertai panas badan yang hilang timbul atau terus-menerus. Apabila gejala AIDS sudah muncul penderita biasanya hanya dapat bertahan selama 6 bulan sampai 2 tahun hingga kemudian meninggal. Sebenarnya penderita AIDS yang meninggal tidak semata akibat virus AIDS, terkadang karena penyakit lain sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat AIDS.

3 Fase gejala HIV / AIDS 
˜    Fase pertama : tidak ada gejala
Pada tahap awal HIV, tidak terlihat gejala. Seseorang dapat saja menunjukkan antibodi setelah mereka terbentuk dalam rangka melawan virus AIDS, akan tetapi, itupun perlu waktu 3 bulan sebelum antibodi tersebut terbentuk. Artinya bila seseorang melakukan tes darah segera setelah ia berhubungan seks dengan orang yang mengidap HIV, misalny virusnya belum akan terlihat sampai3 bulan yang akan datang.
˜    Fase kedua : sakit yang tidak terlalu parah
Pada tahap ini, virus berkembang didalam sel darh putih dan menghancurkannya. Saat hampir seluruh sel telah dihancurkan, sistem kekebalan tubuh juga ikut hancur dan tubuh akan menjadi lemah.
Beberapa gejala yang mungkin akan kelihatan diantaranya adalah penderita mulai meraa lelah dan berat badannya menurun. Mereka mungkin akan terkena sakit batuk, diare, demam, atau berkeringat dimalam hari.
˜    Fase ketiga : sakit parah
Pada saat ini, virus HIV hampir menghancurkan seluruh sistem kekebalan tubuh. Tubuh akan mengalami kesulitan, bahkan tidak mampu lagi untuk melawan bakrteri, inilah fase dimana mengidap AIDS. Selain itu, penderita juga dapat terkena sejenis kanker yang disebut sarkoma kaposi. Pada umumny AIDS tidak membunuh penderitanya, tetapi infeksi penyakit lain dan kankerlan yang melakukannya. Pengidap HIV / AIDS yang terkena flu akan lebih terancam jiwanya apabila dibandingkan dengan orang lain yang tuidak mengidap HIV / AIDS.

3. Cara pencegahan HIV / AIDS

Beberapa cara yang ditawarkan dalam pencegahan HIV / AIDS :

˜    Tidak melakukan hubungan seks sebelum nikah.

˜    Setelah menikah, setialah pada pasangannya masing-masing

˜    Gunakan kondom, apabila pasangan anda pengidap HIV

˜    Jangan terlibat narkotika apabila melalui pemakaian jarum suntik bersama-sama

˜    Jauhi prilaku maksiat, seperti berhubungan seks diluar nikah dengan berganti-ganti pasangan atau berhubungan seks dengan pekerja sek komersial

˜    Ibu yang terinferksi HIV dianjurkan tidak mengandung karena berisiko menularkan penyakitnya kepada sang janin.

˜    Ibu yang terinfeksi HIV dan baru saja melahirkan sebaiknya tidak menyusui anaknya

˜    Menggunakan jarum suntik atau alat tusuk lain yang terjamin sterilisasinya
.
˜    Sekerining kepada kantong donor darah.

Apa yang dapat anda lakukan untuk memerangi AIDS ?

  1. Bertindaklah menghindari penularan kepada diri sendiri.

  1. pelajari fakta yang benar tentang HIV dan AIDS karena banyak beredar anggapan dan pemikiran yang keliru tentang hal ini.

  1. Hindarkan diskriminasi terhadap pengidap HIV / AIDS, perlakukan mereka secara manusiawi..

  1. Adakan tindakan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap HIV / AIDS di lingkungan anda dan mencegah ketakutan yang tidak beralasan terhadap pengidap penyakit ini.

  1. apabila anda merasa diri anda mempunyai resiko terinfeksi HIV, segera hubungi dokter, rumah sakit atau sarana pelayanan kesehaytan lainnya yang berkopeten.

4. Cara penularan HIV / AIDS

Walaupun AIDS adalah sindrom penyakit yang sangat berbahaya, namun virus HIV sebagai penyababnya tidak akan menular begitu saja. HIV hanya ditularkan melalui seks penetratif ( anal atau vagina ) dan oral seks, tranfusi darah yang tercemar HIV, pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi HIV secara bergantian, serta melalui ibu kepada anaknya, baik selama masa kehamilan, persalinan atau menyusui.

            Oleh karena itu, virus HIV tidak ditularkan melalui cara-cara atau aktifitas sehari-hari :
1.      berjabat tangan atau berpelukan.
2.      pemakaian wc, wastafel, atau kamar mandi bersama.
3.      aktifitas di kolam renang.
4.      gigitan nyamuk atau serangag lain.
5.      membuang ingis, batuk, atau meludah.
6.      pemakaian piring, alat makan, atau makan bersama-sama derngan penderita HIV / AIDS.

Kelompok resiko tertinggi tertular HIV / AIDS

  1. Berhubungan seks dengan memasuki vagina atau dubur tanpa memakai kondom.

  1. memakai jarum suntik atau alat tindakan medis yang tidak steril.

  1. menerinma tranfusi darah yang terinfeksi HIV / AIDS

Penularan secara seksual

          HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi.
 Seseorang dengan infeksi menular yang tidak terlindungi.
            Seseorang dengan infeksi menular seksual ( IMS ) yang tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak / luka dan ( cairan yang keluar dari tubuh ) memiliki rata – rata 6 – 10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan ( apabila ia mengidap HIV ) atau terjangkit ( apabila pasangannya mengdap HIV ) selama hubungan seksual. Dalam hubungan penularan HIV, seks oral dipandang sebagai kegiatan yang rendah resiko. Akan tetapi resiko dapat meningkat apabila terdapat luka atau tukak disekitar mulut dan jika enjakulasi terjadi didalam mulut.

Pemakaian jarum suntik secara bergantian   
          Mempergunakan kembali atau memakai jarum suntik secara bergantian merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Resiko penularan yang sangat tinggi biasanya terjadi pada kelompok pengguna narkoba dengan jarum suntik, sedangkan penularan dalam lingkup keperawatan kesehatan umumnya relatif kecil. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap kewaspadaan universal terhadap HIV / AIDS.

Penularan dari ibu ke anak ( mother – to – child transmission – MTCT )
            HIV dapat ditularkan oleh ibu yang mengidap HIV kepada anaknya selama masa kehamilan, proses persalinan, atau saat menyusui. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi resiko infeksi, khususnya jumlah virus ( viral load ) dari ibu pada saat kelahiran ( semakin tinggi jumlah virus, semakin tinggi pula resikonya ), sedangkan proses penularan dari ibu kepada anaknya setelah kelahiran bisa terjadi lewat pemberian air susu ibu.

HIV / AIDS tidak dapat ditularkan melalui :
v     HIV tidak dapat menular melalui air ludah, air mata, muntahan, kotoran manusia dan air kencing

v     HIV tidak dapat menembus kulit dan tidak menyebar melalui sentuhan, saling penggunaan perabot makan dan minum, atau penggunaan toilet atau air mandi bergantian

v     Perawatan seseorang dengan HIV tidak membawa resiko apabila tindakan pencegahan diikuti seperti membuang jarum suntik secara aman dan menutupi luka

v     HIV tidak menular melalui nyamuk atau serangga penghisap darah lain

SOLUSI PENCEGAHAN, PENGOBATAN DAN PERAWATAN HIV / AIDS

A. Mencegah penularan HIV dari ibu ke anak
            HIV dapat ditularkan dari seorang wanita yang terinfeksi HIV kepada bayinya pada saat hamil, melahirkan dan menyusui. Bila seorang hamil yang terinfeksi HIV mendapatkan pengobatan yang baik secara dini dan mendapatkan anti virus secara teratur selama kehamilannya, kemungkinan ia menularkan HIV pada bayinya yang belum lahir akan berkurang dengan drastis.
            Tidak semua bayi yang dilahirkan ibu penderita HIV akan tertulah HIV. Waktu bayi tumbuh didalam kandungan, darah ibu dan bayinya menjadi sangat dekat, tetapi biasanya tidak bercampur. Bila seratus ibu yang terinfeksi HIV masing-masing melahirkan 1 bayi, rata-rata 30 bayi akan tertular HIV. Rata-rata virus akan ditularkan pada 5 bayi selama kehamilan, 15 lagi pada saat persalinan, dan 10 bayi lagi setelah lahir melalui ASI.
            Karena itu penting sekali pada setiap wanita yang hamil dan mengatahui bahwa ia positif HIV untuk memulai perawatan prenatal sesegara mungkin untuk mendapatkan keuntungan dari pengobatan tersebut lebih awal. Lebih cepat si calon ibu menerima pengobatan, lebih besar kemungkanan bayinya tidak tertular HIV.
Seseorang ibu yang terinfeksi HIV akan menerima terapi medis sebagai berikut :
1.     Sebelum kelahiran bayinya
Terapi anti virus yang diberikan ke calon ibu pada trimester ketiga dapat membantu mencegah penularan HIV pada bayinya.

2.     Pada saat kelahiran
Pengobatan anti virus dapat diberikan pada ibu dan anak yang baru lahir untuk mengurangi resiko penularan HIV yang dapat terjadi selama proses kelahiran
( karena pada saat itu bayi akan terpapar pada saat darah dan cairan ibunya ), sebagai tanbahan si ibu akan disarankan untuk memberikan susu formula bukan ASI pada bayinya karena HIV dapat ditularkan kebayi melalui ASI.

3.     Selama menyusui
Karena pemberian ASI tidak disarankan untuk ibu-ibu yang terinfeksi HIV. Ditempat-tempat dimana susu formula tidak tersedia, ibu dan anaknya akan diberikan terapi pengobatan untuk mengurangi resiko penularan HIV pada anak yang disusui ASI.

  1. Penularan melalui tranfusi darah
kemungkinan resiko terjangkit HIV melalui tranfusi darah dan produk-produk darah yang terkontaminasi ternyata lebih tinggi ( lebih dari 90 % ). Keamanan darah meliputi skrining atas semua darah yang didonorkan guna mengecek HIV dan pathogen lain yang dibawah darah, serta pemilihan donor yang cocok
Komplikasi yang diakibatkan
            Anak-anak pengidap HIV memiliki resiko lebih tinggi terkena kanker karena sistem kekebalan tubuh mereka yang lemah. Lomfoma yang dihubungkan dengan infeksi EBV kerap terjadi pada anak-anak pengidap HIV dengan usia yang lebih tua. Kondisi yang paling sulit untuk diobati pada anak-anak pengidap HIV / AIDS adalah sindrome wasting ( ketidakmampuan untuk menjaga berat bedan untuk tetap stabil karena kehilangan selera makan dalam jangka panjang dan infeksi lain yang berhubungan dengan penyakit HIV ) serta ensefalopati HIV ( karena infeksi HIV pada otak yang menyababkan penbesaran dan pada akhirnya merusak jaringa otak ). Ensefalopati HIV menyebabkan terjadinya dimensia HIV, terutama pada orang dewasa. Sindrome wasting terkadang dapat diatasi dengan konseling gizi dan memberi asupan suplemen berkalori tinggi setiap hari, tapi mencegah terjadinya ensefalopati HIV tetap sulit untuk dilakukan.     

B. Tindakan pengobatan dan perawatan penderita HIV / AIDS

            Sesungguhnya hingga saat ini memang belum ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV / AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat, namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya.
            Untuk itulah para ahli didunia terus berusaha menemukan penyembuhan untuk infeksi HIV / AIDS. Dalam hal ini setidaknya ada 3 hal yang terus diupayakan yakni :
1)    Menemukan obat yang dapat membunuh HIV segara setelah virus tersebut masuk ke dalam tubuh.
2)    Menciptakan vaksin yang dapat mencegah terjangkit HIV.
3)    Memberikan edukasi kepada orang-orang diseluruh dunia mengenai bahaya HIV / AIDS dan bagaimana mencegah penularan HIV.

Pengobatan dengan obat-obatan

            Selama 20 tahun terakhir, ada 2 kemajuan besar dalam hal perawatan pengidap HIV / AIDS.
Pertama, adanya obat-obatan yang dapat menghambat virus, mencegah atau memperlambat terjadinya AIDS sehingga membuat orang-orang yang terifeksi HIV dapat terbebas bari gejala AIDS lebih lama.
Kedua, adanya pengobatan yang telah terbukti sangat penting dalam mengurangi penularan virus dari ibu pengidap HIV kepada anaknya.
Saat ini obat-obatan yang digunakan untuk merawat pasien HIV / AIDS masih terbatas pada 3 langkah yakni
1)      Mengganggu reproduksi materi genetik dari virus HIV ( obat-obatan ini diklasifikasikan sebagai nucleoside atau nukleotide antiretrovirals )
2)      Mengganggu produksi enzim yang oleh virus HIV untuk memasuki sel-sel tertentu dalam tubuh ( ini disebut protease inhibitors )
3)      Mengganggu kemampuan virus HIV untuk membungkus materi genetiknya dengan viral code atau kode genetik yang dibutuhkan HIV untuk dapat memproduksi dirinya ( ini disebut non-nucleoside reverse transciptase inhibitors – NNRTLs ).

Pengobatan jangka panjang untuk anak-anak pengidap HIV / AIDS

            Kasus penularan HIV / AIDS pada anak – anak sangatlah rumit dan harus dikelola oleh perawat kesehatan yang profesional dan berpengalaman. Anak – anak perlu mendapatkan terapi sesuai jadwal yang harus dimonitor dengan ketat dan disesuaikan secara terus-menerus dengan teratur.
            Pemberian obat-obatan diatur sesuai dengan muatan virus yang terdapat dalam tubuh anak. Kesehatan anak juga harus dimonitor dengan pengukuran secara berkala terhadap kandungan sel- T karena sel-sel inilah yang dihancurkan oleh virus HIV. Jumlah sel-T yang tinggi merupakan tanda positif bahwa terapi medis yang dilakukan berhasil mengendalikan virus.
            Anak – anak sering kali harus mengunjungi penyedia jasa kesehatan mereka untuk periksa darah, melakukan pemeriksaan fisik, dan berdiskusi mengenai bagaimana mereka dan keluarganyamengaasi tekanan yang diterima sehubunga dengan penyakit yang meraka derita. Imunisasi yang biasa dilakukan pada kunjungan rutin dapat berbeda untuk anak – anak pengidap HIV / AIDS. Bila sistem kekebalan tubuh si anak sudah sangat rendah, ia tidak akan menerima vaksin dengan virus hidup, termasuk vaksin measles-mumps-rubella ( MMR ) dan varisela ( cacar air ). Imunisasi rutin lainnya akan diberikan seperti biasa dan vaksin influenza tahunan yang rutin juga direkomendasikan untuk diberikan.
            Bila suatu keluarga membutuhkan bantuan darurat dirumah sakit, para orang tua harus memberitahukan kepada suster yang merawat anak tersebut bahwa ia mengidap HIV. Ini akan memberikan peringatan pada para medis untuk meneliti kemungkinan adanya tanda-tanda infeksi opotunistik dan menyediakan terapi pengobatan terbaik yang dapat diberikan.

Konseling dan nutrisi 

            Unsur – unsur perawatan lain yang tak kalah penting dapat membantu mempertahankan kualiatas hidup penderita HIV adalah konseling dan tes mandiri ( PCT ), dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tidak lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan infeksi menular seksual, pengelolaan, efek nutrisi, serta pencegahan dan perawatan infeksi oportunistik ( berbagai penyakit yang terjadi karena kerentanan sistem kekebalan tubuh akibat virus ).
            Konseling merupakan komponen penting dari penanggulangan epidemic AIDS. Orang yang terinfeksi atau terpengaruh oleh HIV, memerlukan informasi, saran, dan dukungan untuk mengatasi keadaannya. Lebih jauh lagi konseling individual mengenai bagaimana cara memperhatikan dan merawat diri dan orang lain dapat membantu mencegah terjadinya penyebaran HIV lebih jauh.
            Konseling juga merupakan bagian penting dari proses pemeriksaan ( Tes ) karena orang yang ingin mrngetahui status mereka perlu dipersiapkan secara psikologis saat memerima hasilnya, apakah itu positif atau negatif, dan untuk memehami implikasi hasil tersebut terhadap prilakunya


KESIMPULAN

HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup virus, ini ” senang ” hidup dan beerkembang biak dalam cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti darah, cairan plasenta, cairan sperma, cairan sumsum tulang , cairan vagina, air susu ibu dan cairan otak.
AIDS ( Acquired Immunod Deficiency Syndom ) adalah kumpulan gejala penyakit yang membuat tubuh sulit mencegah terjadinya infeksi penyakit HIV menyebabkan sistem kekebalan akan semakin melemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang beberapa jenis penyakit ( syndrome ) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat.

Perbedaan antara penderita HIV dengan penderita AIDS

˜    Penderita HIV adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, ia dapat menularkan virus tersebut walauun tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun.

˜    Penderita AIDS adalah orang yang setelah sekian waktu terinfeksi HIV dan menunjukkan tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan.

3 Fase gejala HIV / AIDS 
˜    Fase pertama : tidak ada gejala
˜    Fase kedua : sakit yang tidak terlalu parah
˜    Fase ketiga : sakit parah
 
SARAN

Sebaiknya kita sebagai seorang mahasiswa harus bisa membedakan perbuatan mana yang baik dan perbuatan mana yang buruk yang akan merusak diri kita maupun orang lain. Jangan sesekali mencoba sesuatu yang bisa membahayakan diri kita dan akan merusak harga diri keluarga.
Yang harus diingat bahwa kesehatan lebih penting dari pada kenikmatan yang hanya sesaat dan bisa merusak segalanya.

 Jauhilah seks bebas karena dapat merusak segalanya









DAFTAR PUSTAKA


  1. Amir, Syafrudin. HIV / AIDS dalam solusi islam. 2006. Idea publishing. Bandung


  1. HTTP://WWW. Com/ Indonesia / archive/HIV/AIDS/2007


  1. HTTP://.WRS.Yahoo. Com 



















TUGAS PSIKOLOGI

KASUS TENTANG PSIKOLOGI KEPERAWATAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 4
1)   Ana Nurkhasanah
2)  Dina Wahyuni sari
3)  Dwi Yuliani Ria
4)  Elly Dinia
5)  Emi Supatmi
6)  Fitriani. W
7)  Furqon Nazili
8)  Gita Arestia Ningrum
9)  Lia Hasri
10)Mauludi Kurniawan
    11)  Tri Yulinarni

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG

                      PROGRAM STUDI S1. KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2008 / 2009

0 komentar: