Jumat, 17 Juni 2011

rindu untuk masa laluku

Ada rindu mengetuk pintu hatiku
Saat ku kehilangan mu dan kini ku jauh darimu
Rindu yang tak pernah ku kira sebelumnya
Rindu yang terasa menusuk segala ketegaran jiwa
Rindu ku untuk mu cinta masa laluku

Mengapa harus ada penghianatan diantara kita
Yang ku cipta saat cinta telah tanamkan kepercayaannya
Mengapa keegoan mengalahkan sucinya cinta
Aku terlalu bodoh untuk menilai arti sebuah kebersamaan yang bertahun kita bina
Ada penyesalan di hati ini saat ku menyadari apa yang telah terjadi
Andai dulu tak ku tinggal kau demi dia
Pasti kini kita telah berada dalam mahligai cinta yang terindah

Ada sesal dalam hati ini saat ku kenang semua yang telah kau lakukan untukku
Betapa kau tulus curahkan kasih sayang mu
Begitu besar pengorbanan mu untuk pertahan kan cinta kita
Dan kini semua itu ku abaikan demi dia
Betapa bodohnya aku sayang
Kenapa tak ku lihat semua itu saat bersama mu
Tak pernah ku hiraukan ketulusanmu mencintaiku saat kau di sampingku
Mengapa ku terlalu lama menyadari semua itu

Ada harap yang tak bertepi untuk menyandingmu kembali
Merajut semua kisah yang pernah kita ukir dulu
Tapi masih adakah harapan itu untukku
Ku ingin kembalikan semua itu
Ku rindui kau temani kerapuhan ku
Ku ingin bersamamu kembali melewati jalan setapak kita dulu
Ku ingin bersamamu duduk di gubuk di tepi danau itu
Terasa indah
Menikmati indahnya hari hanya bersamamu

Love_angel Q...
Akan kah cinta kita kan bisa menyatu kembali
Bisakah ku kembalikan semua kepercayaan yang dulu telah ku hianati
Apakah kau merasakan apa yang aku rasa
Love angel....
Maaf atas semua luka yang telah ku buat
Maaf atas penghianatan cinta yang telah ku lakukan
Maafkan aku..
Dan aku kini merindui mu...

ku tak bisa mencintaimu

Ku tak bisa mencintaimu
Entah mengapa hatiku seakan telah menjadi batu
Tak ada lagi yang bisa menaklukkanku
Entah mengapa...
Akupun tak tahu
Luka yang ku rasa membuatku jera untuk cinta
Ku tak ingin tersakiti lagi
Terlalu dalam semua ini mengoyak seisi jiwaku

Ku tahu kau tulus mencintaiku
Ku tahu semua akan kau lakukan untuk dapatkan cintaku
Ku tahu itu...
Tapi mengapa seolah semua membeku
Tak kan ku biarkan mencair secepat itu
Hatiku telah tertutup awan yang begitu tebal
Kabur semua pandanganku untuk melihat jauh kedepan
Hanya samar-samar semua itu ku pandang
Mengapa aku begini...

penantianku

Disini ku masih menunggumu kembali
Entah harus berapa lama ku menunggumu
Karena tak akan pernah ada batasan waktu untuk ku menanti kehadiranmu
Semua ku lakukan karena aku masih menyayangimu
Ku akan tetap disini
Ku akan tetap setia menanti

Bulan....
Temani kesendirian ku ini
Dalam gelap malam yang penuh dengan arti
Agar tak jenuh ku menanti kehadirannya
Bintang...
Tetaplah kau menghiasi langit di atas sana
Seperti aku yang akan tetap setia menghiasi hari-harinya
Meski ku disini sendiri tanpa ada dia disisi

Cinta...
Kini kau tunjukkan padaku kesucianmu
Karena kini ku merasakan kekuatanku bertahan atas namamu
Semua aral yang merintang akan ku hadapi demi mu
Rindu...
Kau telah temani kesepianku
Bermain indah di taman jiwaku
Menggodaku untuk rasai keindahanmu setiap waktu

Disini...
Ku hanya mampu merundukkan wajahku
Saat orang lain mencoba singgahi hatiku
Karena ku tak ingin kilau cinta yang lain
Merasuk ke dalam dan menggantikan cahaya cinta darimu
Ku ingin hanya kau yang mengisi segala sudut hatiku
Hanya kau...
Bukan dia...
Dan juga bukan orang lain
Bukannya ku tak ingin rasakan cinta yang lain
Namun ku telah bahagia dengan cinta yang aku beri
Meski kadang ada ragu untuk pertahankan cinta ini

Cinta....
Semua tak akan ku biarkan berlalu tanpa sepenggal kata
Tak ingin ku kecewakan mu dan hianatimu seperti dulu
Ku telah dapatkan pelajaran berharga saat ku jauh darimu
Dan kini ku tak akan biarkan hatiku seperti dulu

Ku yakin penantianku tulus dari dalam hati
Meski ku tak tahu bagaimana nanti
Dan apa yang akan terjadi
Tapi biarkan aku tetap menanti
Biarkan ku jaga cinta kita

Selasa, 07 Juni 2011

sayup ku dengar melodi yang pernah kau alun beberapa tahun yang lalu
lembut dan syahdu berbisik di telinga
seakan mengisyaratkan kerinduan mu pada kisah kita
mengajakku kembali kemasa lalu dengan suka cita
kembali bersama seperti dulu
pahit manis kita kecap hanya berdua

masih terasa kemanisan masa lalu antara kita
kau dan aku saling berbagi cerita
di bawah pohon itu bersama kita tertawa
saling menggoda disela kesibukan hidup kita
terasa indah bagai dunia hanya milik kita berdua

kau....
bisikkkan di telingaku kata cinta yang indahkan jiwa
bersama kita sampai akhir hidup kita
berjanji tak akan menyakiti
berjanji tak akan menghianati
mengukir kata dalam sebuah pohon cinta
indahnya..
seakan ku ingin lewati setiap detik hari-hariku hanya bersamamu
kau..
di setapak jalan yang kita lalui
selalu mendendangkan syair indah itu
bersahut saling berpadu
ingatkah kau...
di danau itu...
susah payah kita pergi kesana
dengan membawa cinta yang telah kita bina
bersama sahabat yang pernah ada dalam hidup kita
melewati satu hari bersama dalam cinta
di atas gubuk itu kita dan sahabat saling berbagi cerita

indahnya...
ku ingin kembali kemasa itu
saat tak ada pilu menghampiri jiwaku
saat kau selalu di sampingku
menemani sejengkal langkah kaki panjangku
tanpa sedikitpun kau mengeluh dihadapanku
hanya perhatian dan kasih sayangmu yang selalu kau tunjukkan padaku
indahnya....
begitu indah sampai ku tak ingin melepasnya
karena hanya kau yang mampu kuasai seluruh raga
tanpa ada satupun yang bisa gantikan posisi kau di hatiku

teruntuk inspirasiku yang pernah singgah di hatiku
"08 april 2007"...
kisah yang tak akan pernah ku lupakan sampai kapanpun
seseorang "06 april 1989" yang telah menjadi bagian dalam hidupku
semoga kau masih mengingatku meski kini kita telah termiliki oleh orang lain
semoga ku masih bisa melihat semyummu saat ku kembali ke kota itu
meski hanya sebuah senyuman tapi cukum untuk mengobati rinduku

Senin, 06 Juni 2011

satuan acara penyuluhan vomitus

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Vomitus
Hari / tanggal : Rabu / 22 desember 2010
Pukul : 09.00-10.00
Pemakala : Dwi yuliani ria
Tempat : Poliklinik RS.MUHAMMADIYAH Palembang

A. TUJUAN
Peserta penyuluhan memahami dan mengetahui bagaimana cara mencegah dan mengatasi vomitus

B. SASARAN
Audiens atau peserta yang datang berkunjung ke poliklinik RS muhammadiah palembang pada saat dilakukan penyuluhan, terutama yang mempunyai keluarga yang mengalami vomitus

C GARIS-GARIS MATERI
Garis-garis materi vomitus yang akan disampaikan meliputi :
• Definisi vomitus
• Penyebab vomitus
• Manisfestasi klinis vomitus
• Cara Perawatan vomitus
• Cara pencegahan vomitus
• Komplikasi vomitus

D. PELAKSANAAN KEGIATAN

No Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu
1 pembukaan • Mengucapkan salam
• Memperkenalkan diri
• Menjelaskan maksud dan tujuan
• Membagikan leaflet • Menjawab salam
• Memperhatikan

• Mendengarkan


• Menerima leaflet 10 menit
2 isi • Mendiskusikan definisi vomitus

• Mendiskusikan penyebab vomitus


• Mendiskusikan Manisfestasi klinis vomitus
• Mendiskusikan Cara Perawatan vomitus
• Mendiskusikan Cara pencegahan vomitus
• Mendiskusikan Komplikasi vomitus • Mendengarkan dan memperhatikan
• Mendengarkan dan memperhatikan

• Mendengarkan dan memperhatikan

• Mendengarkan dan memperhatikan




• Mendengarkan dan memperhatikan

• Mendengarkan dan memperhatikan
30 menit
3 Penutup • Evaluasi mengkaji dan pemahaman peserta dengan memberikan pertanyaan.
• Memberikan reward atau reinforment
• Salam penutup • Menjawab pertanyaan



• Tersenyum


• Menjawab salam 5 menit


E. METODE
Cerama dan diskusi

F. MEDIA
Flip chart dan leaflet

G. PENGORGANISASIAN
Penyajian dilakukan oleh Budiman, Mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Palembang dengan peserta datang berkunjung ke Poliklinik RS muhammadiyah palembang

H. EVALUASI
Setelah diberikan penyuluhan, penyaji pada akhir pertemuan akan mengajukan atau memberikan pertanyaan kepada audiens.
• Apa itu vomitus?
• Sebutka cara pengobatan vomitus ?
• Apa saja penyebab vomitus ?
• Bagaiman cara perawatan vomitus ?
VOMITUS


A. TOPIK
Mengetahui apa itu vomitus
B. TUJUAN
Tujuan umum
Peserta penyuluhan dapat memahami dan mengetahui apa itu vomitus
Tujuan khusus
• Keluarga mengenal masalah klien
• Keluarga mampu mengambil keputusan atau tindakan yang tepat
• Keluarga mampu merawat klien dengan masalah vomitus
• Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan

C. LANDASAN TEORI

a. Vomitus adalah keluarnya isi lambung dengan kekuatan bagaikan menyemprot melalui mulut. Hal ini dapat terjadi sebagai reflek proktektif untuk mengeluarkan bahan toksin dari dalam tubuh atau untuk mengurangi tekanan dalam organ intestinal yang dibawahnya didapatkan obstruksi, kejadian ini biasanya didahului nausea dan retching.

b. ETIOLOGI
a. Muntah sebenarnya merupakan prilaku yang komplek, dimana pada manusia muntah terdiri dari 3 aktifitas yang terkait yakni nausea(mual), retching, pengeluaran isi lambung
b. Lokus anatomi untuk stimulus
Stimulus untuk pusat muntah datang kekortek nucleus vestibularis atau cerebellum,chemoceptor triger zone di brain stem, semua organ prifer dapat menyebabkan respons sterotipik muntah
c. faktor umur
kelainan pertumbuhan atau kelainan bawaan yang tidak terlalu berat menjadi manifes pada periode akhir bayi.

c. MANISFESTASI KLINIS
• Muntah siklik (cyclic vomiting)
Muntah – muntah hebat terjadi antara kondisi yang sehat
• Muntah psikogenik
Terkait akibat stres atau makanan

• Ruminasi
Kejadian secara sadar dan menyenangkan memuntahkan makanan dari lambung
• Abdominal migrain

d. PERAWATAN VOMITUS
• Memantau infut dan outfut cairan
• Anjurkan kebersihan oral sebelum makan
• Beri makan sedikit tapi sering

e. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
• Kebutuhan cairan tubuh
• Kebutuhan nutrisi

f. KOMPLIKASI
• Komplikasi metabolik
Dehidrasi, alkalosis, kekacauan elektrolit,deplesi kalium, natrium.
• Komplikasi nutrisi
Penurunan berat badan dan gangguan pertumbuhan sebagai akibat dari muntah kronik, hal ini perlu diperhatikan pada saat melakukan terapi.

g. PENGOBATAN
Obat-obatan antiemetik termasuk prokinetik, metoklopramide, domperidom, cisapride, dan bethanechol.

satuan acara penyuluhan kejang demam

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Topik : Mencegah dan Menangani Kejang Demam
Hari/tanggal : Jum’at, 03 Desember 2010
Waktu : 09.00 - 09.30 WIB (30 menit)
Penyaji : M.Daryadi
Tempat : Ruang Anak kamar 1 RSK. Riva’i Abdullah
Tujuan :
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dapat mencegah dan menangani kejang demam secara mandiri
2. Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan keluarga mampu:
• mengetahui apa kejang demam
• mengetahui penyebab kejang demam
• mengetahui tanda dan gejala kejang demam
• melakukan mencegah dan menangani kejang demam

sasaran : keluarga pasien
Pelaksanaan kegiatan
No Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu
1
Pembukaan Pasien dan keluarga 09.00-09.05 WIB
2 Penyampaian materi Pencegahan dan penanganan kejang demam Pasien dan keluarga 09.05-09.20 WIB
3 Tanya jawab Pasien dan keluarga 09.20-09.28 WIB
4 Penutup Pasien dan keluarga 09.28-09.30 WIB

Metode : diskusi dan ceramah
Media : leaflet

Pengorganisasian kelompok
Moderator : Musaddad
Penyaji : M. Daryadi
Observer : Lilis P H






















Lampiran 1

KEJANG DEMAM

A. PENGERTIAN
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229).
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434).
Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1).
Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38° C yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.

B. ETIOLOGI
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong (1995: 1929)
1. Demam itu sendiri, demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.

E. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial. Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap. (Lumbantobing,SM.1989:43)
Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan sentakan terulang.

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Ngastiyah (1997: 232-235) dan Hassan & Alatas (195: 850-854) ada 4 faktor yang perlu dikerjakan :
a. Segera diberikan diezepam intravena dosis rata-rata 0,3mg/kg atau diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5mg/kg. Bila diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
b. Membebaskan jalan nafas, oksigenasi secukupnya
c. Meurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB
d. memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV : D5 1/4, D5 1/5, RL.

Ada juga penatalaksanaan yang lain yaitu:
1. ila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 - 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 - 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca - glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.
2. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.
3. Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.

Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL dengan alasan efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnya. Disamping itu pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan karena zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah
G. KLASIFIKASI
Menurut Ngastiyah ( 1997: 231), klasikfikasi kejang demam adalah
1. Kejang demam sederhana yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :
1. umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2. kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kjang normal
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukan kelainan.
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

2. Kejang kompleks
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa kejang dalam riwayat keluarga.

H. Penanganan kejang demam
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
• Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
• Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok atau penggaris, karena justru benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.
• Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
• Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan khusus.
• Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa menyatakan batasan menit (4).
• Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang berat, atau anak terus tampak lemas.
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain poin-poin di atas adalah sebagai berikut (3,4):
• Memastikan jalan napas anak tidak tersumbat
• Pemberian oksigen melalui face mask
• Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus) atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
• Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
• Sebagian sumber menganjurkan pemeriksaan kadar gula darah untuk meneliti kemungkinan hipoglikemia. Namun sumber lain hanya menganjurkan pemeriksaan ini pada anak yang mengalami kejang cukup lama atau keadaan pasca kejang (mengantuk, lemas) yang berkelanjutan (1).
Jika kejang masih berlanjut :
o Pemberian diazepam 0,2 mg/kg per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rektal
o Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
Jika kejang masih berlanjut :
o Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kg per infus dalam 30 menit atau fenitoin 15-20 mg/kg per infus dalam 30 menit.
o Pemberian fenitoin hendaknya disertai dengan monitor EKG (rekam jantung).
Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan thiopentone dan alat bantu pernapasan.

satuan acara penyuluhan bronkopneumonia

”PROPOSAL PENYULUHAN TENTANG BRONKOPNEUMONIA DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG”











DISUSUN OLEH :
1. Ana Nurkhasanah
2. Andi Wahyudi
3. Andini wulandari
4. Randi febriansyah
5. Riska mikalia




PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PALEMBANG TAHUN AJARAN 2008 / 2009

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Bronkopneumonia
Hari : Rabu
Tanggal : 29 Desember 2010
Waktu : 45 menit
Tempat : Di Ruang Anak Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

A. Tujuan
1. Tujuan umum
Keluarga akan lebih tahu tentang Bronkopneumonia sehingga dapat lebih waspada terhadap penyakit Bronkopneumonia
2. Tujuan khusus
Diharapkan agar keluarga mampu :
• Mengulang kembali definisi dari penyakit bronkopneumonia
• Menyebutkan faktor penyebab dari penyakit Bronkopneumonia
• Mengidentifikasi gejala-gejala penyakit bronkopneumonia
• Menjelaskan anatomi fisiologi sisitem pernapasan
• Menyebutkan cara mencegah penyakit bronkopneumonia
• Menjelaskan cara pengelolaan penyakit bronkopneumonia

B. SASARAN
Sasaran dalam penyuluhan yang akan dilakukan adalah seluruh keluarga yang hadir dalam penyuluhan tentang Bronkopneumonia

C.GARIS BESAR MATERI





1. Pengertian Bronkopneumonia
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
2. Penyebab bronkopneumonia

a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

3. Tanda dan Gejala

a. Menggigil

b. Demam timbul dengan cepat

c. Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk saat bernafas atau batuk

d. Takipnea

e. Pernafasan berdengkur

f. Pernafasan cuping hidung

g. Penggunaan otot bantu pernafasan

h. Sakit kepala

I. Myalgia

j. Banyak keringat

k. Sputum berbusa

4. Anatomi Fisiologi

Secara anatomis, system respirasi terbagi menjadi dua yaitu saluran pernapasan dan perenkim paru. Saluran pernapasan di mulai dari organ hidung, mulut, trakea, bronkus sampai bronkiolus. Di dalam rongga toraks, bronkus bercabang menjadi dua kanan dan kiri. Bronkus kemudian bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bagian parenkim paru berupa kantong-kantong yang menempel diujung bronkiolus yang di sebut alveolus (bila 1) atau alveoli (bila banyak).

5. Cara Mencegah Bronkopneumonia

- Berikan dorongan untuk sering batuk dan mengeluarkan sekresi

- Ajarkan latihan nafas dalam

- Ubah posisi klien dengan teratur

- Lakukan Terapi Fisik dada untuk mengencerkan sekresi dan meningkatkan pengeluaran secret

- Lakukan tindakan pencegahan infeksi

- Tingkatkan higiene oral yang teratur

- Berikan dorongan pada individu untuk berhenti merokok dan mengurangi masukan alkohol

5. Cara Pengelolaan

- Ajarkan teknik drainase postural untuk mengeluarkan secret

- Berikan dorongan pada klien untuk istirahat sebanyak mungkin

- Bantu klien untuk mengubah posisi yang nyaman

- Berikan cairan 2-3 liter perhari

- Berikan nutrisi yang cukup

- Hindari merokok

D. PELAKSANAAN KEGIATAN

no kegiatan Penyuluh Peserta waktu
1 pembukaan • Mengucapkan salam
• Memperkenalkan diri
• Menjelaskan maksud dan tujuan
• Membagikan leaflet • Menjawab salam
• Memperhatikan
• Mendengarkan dan memperhatikan
• Menerima leaflet 10 menit
2 isi • mendiskusikan definisi brokopneumonia
• mendiskusikan etiologi bronkopneumonia
• mendiskusikan tanda dan gejala bronkopneumonia
• mendiskusikan anatomi dan fisiologi system pernapasan
• mendiskusikan cara mencegah bronkopneumonia
• mendiskusikan cara pengelolaan bronkopneumonia
• mendiskusikan bronkoponeumonia • mendengarkan dan memperhatikan
• mendengarkan dan memperhatikan
• mendengarkan dan memperhatikan
• mendengarkan da memperhatikan
• mendengarkan dan memperhatikan 30 menit
3 penutup • evaluasi : mengkaji pemahaman peserta dengan memberikan pertanyaan
• memberikan reward atau reinforcement positif
• salam penutup • menjawab pertanyaan


• tersenyum


menjawab pertanyaan 5 menit

E. Metode
Diskusi dan tanya jawab
F. Media
Leaflet, flipchart
G. Pengorganisasian kelompok
• Moderator : Andini wulandari
• Penyaji : Ana Nurkhasanah
• Fasilitator : Andi wahyudi
• Observer : Randi Febriansyah
G. Evaluasi
1. Evaluasi struktur : Rencana kegiatan dipersiapkan hari sebelum kegiatan
2. Evaluasi proses
• Tempat : Di ruang anak Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
3. Evaluasi hadir
• Mampu menjawab pertanyaan dan mengulang kembali definisi penyakit bronkopneumonia
• Mampu menyebutkan faktor penyebab dari penyakit bronkopneumonia
• Mampu menyebutkan tanda dan gejala bronkopneumonia
• Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
• Mampu menjelaskan cara mencegah bronkopneumonia
• Mampu menjelaskan cara pengelolaan bronkopneumonia

terapi aktifitas kelompok sosialisasi

PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI









OLEH :

1. Ana Nurkhasanah
2. Andi wahyudi
3. Febrina Sally Eka wati
4. Fitriani W
5. Furqon Nazili
6. Febtarini
7. Emi Supatmi
8. Randi febriansyah
9. Riska mikalia
10. Yessi arizka


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TA. 2010/201


PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Topik
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi

Sesi I : TAKS

B. Tujuan
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.

C. Landasan Kerangka Teori
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi, sejumlah klien dengan masalah hubungan social. TAK sosialisasi dapat dijadikan sebagai dasar TAK yang lain. TAK sosialisasi terdiri dari 7 fase yaitu :
1. Memperkenalkan diri
2. Berkenalan dengan anggota kelompok
3. Bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4. Menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan
5. Menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
6. Bekerja sama dalam permainan
7. Menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok

D. Klien
1. Karakteristik pasien
Klien yang mengikuti TAK ini adalah yang mengalami gangguan Interaksi sosial
2. Proses seleksi pasien
Klien dipilih berdasarkan:
a. Klien tenang dan kooperatif
b. Klien dalam kondisi fisik yang baik
c. Klien mau mengikuti terapi aktivitas
d. Klien yang panca indranya masih memungkinkan
3. Jumlah peserta TAK
• Perawat, yang terdiri dari 9 orang
Leader : Randi (L)
Coleader : Andi Wahyudi (CL)
Fasilitator : Riska Mikalia (F1)
Ana Nurkhasanah (F2)
Febrina Sally Eka wati (F3)
Fitriani W (F4)
Furqon Nazili (F5)
Febtarini (F6)
Emi Supatmi (F7)
Observer : Yessi Arizka (O)
• Pasien, terdiri dari 6 pasien :
1. M. alfa
2. Cek Wacik
3. Yason
4. Roni
5. Anggianto
6. Hadi
7. Prayitno

E. Pengorganisasian
1. Tanggal : 27 oktober 2010
Hari : sabtu
Jam : 10.00 – 10.30 WIB
Waktu : 1 x 30 menit
Tim terapis :
kelompok ruang Asoka dan ruang Merpati Program Studi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Palembang.

Peran leader : Randi
• Membuka acara
• Katalisator yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya.
• Auxiliary ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
• Coordinator, mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
• Menutup acara diskusi

Peran observer : Yessi Arizka
• Mengidentifikasi isu penting dalam proses TAK
• Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
• Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada session atau
kelompok yang akan datang
• Memprediksi respon anggota kelompok pada session berikutnya
• Mengamati dan mencatat:
1. Jumlah anggota yang hadir
2. Siapa yang terlambat
3. Daftar hadir
4. Siapa yang memberi pendapat atau ide
5. Topik diskusi

Peran fasilitator dan kolider : Febrina Sally Eka wati, Febtarini, Fitriani W, Furqon Nazili, Emi Supatmi, Riska Mikalia, Anna Nurkhasanah.
• Mempertahankan kehadiran peserta
• Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
• Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok.

1. Metode

a. Diskusi dan Tanya jawab
b. Bermain peran/stimulasi

2. Media

a. Name tag sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK
b. Papan tulis /whiteboard
c. Kapur/spidol
d. Kertas yang bertuliskan nomor/nama
e. Botol aqua
f. Speaker
g. Laptop atau handphone

3. Setting tempat

a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruang nyaman dan tenang




























2. Proses pelaksanaan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Pelaksanaan
a. Orientasi
• Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Peserta dan terapis memakai name tag
 Memperkenalkan nama dan panggilan terapis

• Evaluasi atau validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan

• Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu memperkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
 Menjelaskan aturan main, yaitu:
 Masing-masing klien duduk ditempat masing-masing sampai permainan selesai.
 Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada pimpinan TAK.
 Kegiatan berlangsung selam 30 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

b. Tahap kerja
 Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.
 Hidupkan musik dari laptop atau handphone .
 Aqua dikoncang oleh terapis atau peserta
 Ketika nama/nomor keluar maka yang mendapat giliran harus menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, hobi dan asal,
imulai oleh terapis sebagai contoh.

c. Tahap terminasi
 Evaluasi
• Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
• Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
 Rencana tindak lanjut
• Terapis menganjurkan klien melatih memperkenalkan diri pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari
• Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien
 Kontrak yang akan datang
• Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota kelompok
• Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya

Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi dapat dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK sesi 1 dievaluasi kemampuan klien untuk memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal dengan mennnggunakan formulir evaluasi.

dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK sosialisasi. Klien mampu menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, hobi dan asal.









SESI 1 : TAKS
Kemampuan Meperkenalkan diri

Kemampuan verbal

No Aspek yang dinilai Nama Klien

1. Menyebutkan nama lengkap
2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan hobi
4. Menyebutkan asal
Jumlah






Kemampuan nonverbal

No Aspek yang dinilai Nama Klien

1. kontak mata
2. duduk tegak
3. menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. mengikuti kegiatan dari awal
jumlah

Keterangan:
Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK untuk tiap klien, semua aspek di mulai dengan memberi tanda √ jika di temukan pada klien atau tanda X jika tidak di temukan
Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu dan jika 0,1 atau 2 klien belum mampu.




SESI 1 : TAKS
Kemampuan Meperkenalkan diri

Kemampuan verbal

No Aspek yang dinilai Nama Klien
Tn “P” Tn “H” Tn “CW” Tn “R” Tn “AL” Tn “A” Tn “Y”
1. Menyebutkan nama lengkap √ √ √ √ √ √ √
2. Menyebutkan nama panggilan √ √ √ √ √ √ √
3. Menyebutkan hobi
√ √ √ √ √ √ √
4. Menyebutkan asal √ √ √ √ √ √ √
Jumlah 4 4 4 4 4 4 4





Kemampuan nonverbal

No Aspek yang dinilai Nama Klien
Tn “P” Tn “H” Tn “C.W” Tn “R” Tn “AL” Tn “A” Tn ”Y”
1. kontak mata √ √ √ √ √ √ √
2. duduk tegak √ √ √ √ √ √ √
3. menggunakan bahasa tubuh yang sesuai √ √ √ √ √ √ √
4. mengikuti kegiatan dari awal √ √ √ √ √ √ √
jumlah 4 4 4 4 4 4 4











Evaluasi

a. Kemampuan verbal

• Nama saya “P” senang di panggil “P”. Saya dari Tangga Buntung. Hobi saya bermain sepak bola.
• Nama saya “M.H” senang di panggil “H”. Saya dari Muara Enim. Hobi saya mencari lebah madu
• Nama saya “CW”, senang dipanggil “W”. saya dari Muara Enim. Hobi saya bermain gitar.
• Nama saya RS”, senang dipanggil “R”. saya dari Sekip. Hobi saya berenang.
• Nama saya “AL”, senang dipanggil “A”. saya dari lahat. Hobi saya mancing
• Nama saya “YS”. Senang di panggil “Y”. saya dari Tangga Buntung. Hobi saya berenang.

TAK yang telah dilakukan pada tanggal 27 November 2010 jam 12.00-13.00 WIB di dapatkan dari 7 klien yang mengikuti TAK diantaranya Tn “P”,Tn “H”, Tn “W”, Tn “R”, Tn “AL”, Tn “A”, dan “Y” mampu melakukan kemampuan verbal dengan baik dari 4 aspek yang dinilai dan dilakukan oleh klien, yaitu menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi. Semua klien dinyatakan mampu dan telah mencapai 4 aspek.

b. kemampuan non verbal

Selama mengikuti TAK kontak mata ke tujuh peserta ada. Selama acara berjalan ketujuh peserta duduk tegak, mereka menggunakan bahasa tubuh yang sesuai, Tn “P” terkadang duduk santai dan terkadang menganggukkan kepala dan menjawab “ya” saat mendengarkan perawat berbicara. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
Dokumentasi

Di hari pertama acara TAK berjalan dengan lancar dari awal sampai akhir. Hanya ada sedikit perdebatan kecil antara Tn “AL” dengan Tn “H” dimana Tn “AL” menanyakan asal Tn H” secara terus menerus, kemudian perawat “S” sebagai fasilitator menenangkan Tn “AL” dan situasi teratasi. Kemudian Tn “AL” memperpanjang permainan dimana giliran Tn “AL” satu kali mengoncang dan Tn “AL” meminta 3 kali koncangan dan itu dikabulkan perawat “R” sebagai leader.
Sebelum acara diakhiri perawat “R” sebagai leader mengajak ke tujuh peserta untuk menyanyi dan berjoged bersama-sama selama 5 menit.
Pasien pun ikut menyanyi dan berjoged bersama, pasien merasa senang dan bahagia setelah mengikuti TAK.

asuhan keperawatan hipertensi

BAB I
TINJAUAN TEORITIS

1.1. DEFINISI


Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosa hipertensi harus bersifat spesifik usia. Pada umumnya, tekanan yang dianggap optimal adalah < 120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 80 mmHg untuk tekanan diastolik, sementara tekanan yang dianggap hipertensif adalah > 140 mmHg untuk sistolik dan 90 mmHg untuk diastolik.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Akan tetapi yang kami bahas dalam makalah ini hanya hipertensi yang timbul pada saat hamil. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan kadang-kadang disertai proteinuria, oedema, convulsi, coma, atau gejala-gejala lain.
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan

I. Hipertensi Gestasional ( transient hypertension / pregnancy-induced hypertension)
• Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, untuk pertama kali selama kehamilan
• Tidak ada proteinuria
• Tekanan darah kembali normal < 12 minggu setelah postpartum • Diagnosis akhir hanya dapat dibuat postpartum • Kadang-kadang dapat timbul gejala preeklamsia seperti nyeri epigastium atau trombositopenia II. Preeklamsia Kriteria minimum: • Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah usia kehamilan > 20 minggu ,
• Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + (dipstik).
Peningkatan keadaan preeklamsia :
• Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
• Proteinuria 2,0 gram/24 jam atau ≥ 2+ (dipstik)
• Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali bila diketahui telah meningkat sebelumnya
• Trombosit < 100.000 / mm3. • Microangiopati hemolisis (peningkatan kadar LDH/Laktat Dehidrogenase) • Peningkatan kadar ALT (alanin amonitransferase) atau AST ( aspartat aminotransferase) • Sakit kepala yang menetap atau gangguan serebral atau gangguan penglihatan • Nyeri ulu hati yang menetap. III. Eklamsia Kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain yang menyertai gejala preeklamsia. IV. Superimpossed preeklamsia ( on chronic hypertension) • Ditemukan proteinuria awitan-baru ≥ 300 mg/ 24 jam pada wanita pengidap hipertensi tetapi tanpa proteinuria dengan kehamilan sebelum 20 minggu. • Peningkatan tiba-tiba dari proteinuria atau tekanan darah atau kadar platelet < 100.000 / mm3 pada wanita dengan hipertensi dan proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu. V. Hipertensi kronik Tekanan darah ≥ 140 / 90 mmHg sebelum kehamilan atau terdiagnosa sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau hipertensi pertama kali terdiagnosa setelah kehamilan > 20 minggu tapi menetap sampai 12 minggu postpartum.

1.2. ETIOLOGI
Etiologi kemungkinan :
1. Invasi trofoblastik abnormal kedalam vasa uterina.
2. Intoleransi imonologi antara maternal dengan jaringan feto-maternal .
3. Mal-adaptasi maternal terhadap perubahan kardio-vaskular atau inflamasi selama kehamilan.
4. Defisiensi bahan makanan tertentu ( nutrisi).
5. Pengaruh genetik

1.3. PATOFISIOLOGI
Hipertensi pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita yang :
a. Terpajan kevilus korion untuk pertama kali
b. Terpajan kevilus korion dalam jumlah sangat besar seperti pada kehamilan kembar atau mola hidatidosa.
c. Sudah mengidap penyakit vaskuler
d. Secara genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil.
Vasospasme adalah dasar patofisiologi hipertensi. Konsep ini yang pertama kali dianjurkan oleh volhard (1918), didasarkan pada pengamatan langsung pembuluh-pembuluh darah halus dibawah kuku, fundus okuli dan konjungtiva bulbar, serta dapat diperkirakan dari perubahan-perubahan histologis yang tampak di berbagai organ yang terkena. Konstriksi vaskular menyebabkan resistensi terhadap aliran darah dan menjadi penyebab hipertensi arterial. Besar kemungkinan bahwa vasospasme itu sendiri menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah.
Selain itu, angiotensin II menyebabkan sel endotel berkonstraksi. Perubahan-perubahan ini mungkin menyebabkan kerusakan sel endotel dan kebocoran di celah antara sel-sel endotel. Kebocoran ini menyebabkan konstituen darah, termasuk trombosit dan fibrinogen, mengendap di subendotel. Perubahan-perubahan vaskular ini, bersama dengan hipoksia jaringan di sekitarnya, diperkirakan menyebabkan perdarahan, nekrosis, dan kerusakan organ lain yang kadang-kadang dijumpai dalam hipertensi yang berat.
1.4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :
1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2. Proteinuria samar sampai ¬¬¬+1
3. Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:
1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria + 2 persisten atau lebih
3. Nyeri kepala
4. Gangguan penglihatan
5. Nyeri abdomen atas
6. Oliguria
7. Kejang
8. Kreatinin meningkat
9. Trombositopenia
10. Peningkatan enzim hati
11. Pertumbuhan janin terhambat
12. Edema paru
1.5. PATOFLOW



1.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT-Scan Hepar menunjukkan hematom subkapsularis di hepar
2. MRI memungkinkan diperolehnya resolusi yang lebih baik, tetapi kausa mendasar tentang lesi-lesi masih belum terungkapkan.
1.7. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. dalam kehamilan
• dianjurkan mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan kalau perlu dikonsulkan kepada ahli.
• dianjurkan cukup istirahat, jauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat.
• penambahan berat badan yang agresif harus dicegah. Dianjurkan diit tinggi protein, rendah hidrat arang rendah lemak dan rendah garam.
• pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, disamping pemeriksaan biasa dapat dilakukan pemeriksaan monitoring janin lainnya seperti elektrokardiografi fetal, ukuran bipareital (USG), penentuan kadar estiol, amnioskopi, Ph darah janin dan sebagainya.
• pemberian obat-obatan :
a. anti-hipertensi : serpasil, catapres, minipres, dan sebagainya
b. obat penenang : fenobarbital, valium, frisium ativan dan sebagainya.
2. Dalam persalinan
• kala I akan berlangsung tanpa gangguan
• kala II memerlukan pengawasan yang cermat dan teliti. Kalau ada tanda-tanda bertambah beratnya penyakit dan pembukaan hampir atau sudah lengkap ibu dilarang mengedan, kala II diperpendek dengan melakukan ekstraksi vakum atau forseps.
• pada primitua dengan anak hidup dilakukan segera seksio sesar primer.

1.8. KOMPLIKASI
1. Perubahan Kardiovaskuler
Perubahan ini pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhioleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan.
1. Perubahan hematologis
2. Gangguan fungsi ginjal
3. Edema paru
1.9. PROGNOSIS
Prognosis selalu dipengaruhi oleh komplikasi yang menyertai penyakit tersebut. Prognosis untuk hipertensi dalam kehamilan selalu serius. Penyakit ini adalah penyakit paling berbahaya yang dapat mengenai wanita hamil dan janinnya. Angka kematian ibu akibat hipertensi ini telah menurun selama 3 dekade terakhir ini dari 5% -10% menadi kurang dari 3% kasus. Untuk ibu kurang baik. Angka kematian ibu kira-kira 1-2 %, biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, payah jantung dan uremia









BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik yaitu proses keperawatan. Proses keperawatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada (Budianna Keliat, 1994, 2 ).
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 2000, 2 ).
2.1. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
1. Identitas pasien
Pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden lebih tiga kali lipat. Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.
Meskipun proporsi kehamilan dengan hipertensi kehamilan di Amerika Serikat pada dasawarsa yang lalu meningkat hampir sepertiga. Peningkatan ini sebagian diakibatkan oleh peningkatan jumlah ibu yang lebih tua dan kelahiran kembar. Sebagai contoh, pada tahun 1998 tingkat kelahiran di kalangan wanita usia 30-44 dan jumlah kelahiran untuk wanita usia 45 dan lebih tua berada pada tingkat tertinggi dalam 3 dekade, menurut National Center for Health Statistics. Lebih jauh lagi, antara 1980 dan 1998, tingkat kelahiran kembar meningkat sekitar 50 persen secara keseluruhan dan 1.000 persen di kalangan wanita usia 45-49; tingkat triplet dan orde yang lebih tinggi kelahiran kembar melompat lebih dari 400 persen secara keseluruhan, dan 1.000 persen di kalangan wanita di mereka 40-an.
2. Keluhan utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
6. Riwayat psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya.
7. Riwayat maternal
Kehamilan ganda memiliki resiko lebih dari dua kali lipat.
Pengkajian sistem tubuh
B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)
Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral.
B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar enzim hati dalam serum.
B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural
2.2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil pengkajian. Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan hipertensi pada kehamilan meliputi hal-hal berikut.
1. Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d
• Hipertensi
• Vasospasme siklik
• Edema serebral
• Perdarahan
2. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d
• Terapi magnesium sulfat
• Edema paru
3. Risiko tinggi perubahan curah jantung, menurun b.d
• Terapi antihipertensi yang berlebihan
• Jantung terkena dalam proses penyakit
4. Risiko tinggi mengalami solusio plasenta b.d
• Vasospasme sistemik
• Hipertensi
• Penurunan perfusi uteroplasenta
5. Risiko tinggi cedera ibu b.d
• Iritabilitas SSP akibat edema otak, vasospasme, penurunan perfusi ginjal
• Terapi magnesium sulfat dan antihipertensi
6. Risiko tinggi cedera pada janin b.d
• Insufisiensi uteroplasenta
• Kelahiran premature
• Solusio plasenta
7. Ansietas b.d efeknya pada ibu dan janin
2.3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Perubahan perfusi jaringan b.d. Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema serebral, Perdarahan
• Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan tidak terjadi
• Kriteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis, penurunan tekanan darah, edema
Implementasi Rasional
1. Memantau asupan oral dan ifus IV MGSO4
2. Memantau urin yang kluar
3. Memantau edema yang terlihat
4. Mempertahankan tirah baring total dengan posisi miring 1. MGSO4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sambungan mioneural dan merelaksasi vasospasme sehingga menyebabkan peningkatan perfusi ginjal, mobilisasi cairan ekstra seluler (edema dan diuresis
2. Tirah baring menyebabkan aliran darah urtero plasenta, yang sering kali menurunkan tekanan darah dan meningkatkan dieresis
2. Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP
• Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal
• Kriteria hasil : klien tidak mengalami kejang

Implementasi Rasional
1. Mendapatkan data-data dasar (missal DTRs,klonus)
2. Memantau pemberian IV MgSO4 dan kadar serum MgSO4
3. mengkaji adanya kemungkinan keracunan MgSO4
4. mempertahankan lingkungan yang tenang, gelap dan nyaman data-data dasar dugunakan untuk memantau hasil terapi
MGSO4 adalah obat anti kejang yang bekerja pada sambungan mioneural dan merelaksasi vasospasme
Dosis yang berlebih akan membuat kerja otot menurun sehingga dapat menyebabkan depresi pernapasan berat
Rangsangan kuat, misalnya cahaya terang dan suara keras dapat menimbulkan kejang

3. Resiko tinggi cedera pada janin b.d fetal distress
• Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi fetal distress pada janin
• Kriteria hasil : – DJJ ( + ) : 12-12-12
Implementasi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim tegang, aktifitas janin turun )
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio plasenta
Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul IUGR
Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas janin
USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin
4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir
• Tujuan: ansietas dapat teratasi
• Kriteria hasil:
1. Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat
2. Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Kaji tingkat ansietas pasien. Perhatikan tanda depresi dan pengingkaran
2. Dorong dan berikan kesempatan untuk pasien atau orang terdekat mengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah
3. Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan, sesuai indikasi Mandiri
1. Membantu menentukan jenis intervensi yang diperlukan
2. Membuat perasaan terbuka dan bekerja sama untuk memberikan informasi yang akan membantu mengatasi masalah
3. Keterlibatan meningkatka perasaan berbagi, manguatkan perasaan berguna, memberikan kesempatan untuk mengakui kamampuan individu dan memperkecil rasa takut karena ketidaktahuan
















BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Corwina, EJ.hipertensi dalam BAB 13 : Sistem Kardiovaskular. Buku
Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta : EGC. 2009. Hal : 484 – 489
2. Cunningham,F.Gary,dkk. BAB 24 : Gangguan Hipertensi dalam
Kehamilan. Obstetri Williams, Edisi 21, Vol.1. Jakarta : EGC.
2005. Hal 624 - 673
3. Prawirohardjo, Sarwono. BAB 40 : Hipertensi dalam Kehamilan. Muh,
Dikman Angsar. Ilmu Kebidanan, Edisi 4. Jakarta : PT Bina
Pusaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 530 – 537.
4. Mochtar, Rustam.BAB 21 : Penyakit kardiovaskuler. Sinopsis Obstetri
(Obstetri fisiologi dan Obstetri Patologi), Edisi 2, Jilid 1.
Jakarta:EGC.1998. Hal : 141 – 143
5. Davey, Mac Gillivray. Hypertensive Disordes of Pregnancy. Clin and
exper Hyper, 1986; BS (1) : 97¬133.
6. Jose Roesma, Sidabutar RP, Hipertensi dengan Kehamilan, suatu upaya
klasifikasi baru Naskah lengkap KOPAPDI VII, 24¬27 Agustus
1987.
7. Jose Roesma. Pengobatan Hipertensi dengan Kehamilan, MEDIKA 1984.
Cermin Dunia Kedokteran No. 47, 1987

makalah diabetes melitus

DIABETES TAK BIKIN LEMES
Ana Nurkhasanah
0508163
1. Pendahuluan

Di Mesir, tahun 1552 sebelum Masehi telah dikenal adanya suatu penyakit dengan gejala: sering kencing dan dalam jumlah yang banyak yang disebut poliuria serta penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian, pada tahun 400 sebelum Masehi, penulis India Sushrutha memberi nama penyakit itu penyakit kencing madu (honey urine disease).
Aretaeus, pada tahun 200 sebelum Masehi merupakan orang yang pertama kali memberi nama diabetes yang berarti “mengalir terus” dan mellitus yang berarti “manis”. Disebut diabetes karena selalu minum dan dalam jumlah banyak (polidipsia) yang kemudian mengalir terus berupa urin. Disebut melitus karena urin penderita ini mengandung glukosa (glukosa/manis).
Pada dasarnya, diabetes melitus disebabkan oleh hormon insulin penderita yang tidak mencukupi atau tidak efektif sehingga tidak dapat bekerja secara normal. Padahal, insulin mempunyai peran utama mengatur kadar glukosa didalam darah, yaitu sekitar 60-120 mg/dl waktu puasa, dan dibawah 140 gr/dl pada dua jam sesudah makan (pada orang normal ).
Orang yang menderita penyakit diabetes memiliki kandungan glukosa yang terlalu tinggi di dalam darahnya. Istilah diabetes ini muncul dari adanya fakta bahwa penyakit diabetes yang tidak ditangani dengan baik membuat tubuh mengeluarkan urin yang mengandung gula.
Di dalam tubuh setiap manusia memiliki glukosa. Glukosa berasal dari makanan yang kita makan. Makanan yang mengandung gula, biasanya berupa karbohidrat, dipecah menjadi gula yang lebih sederhana, disebut glukosa. Glukosa sebenarnya merupakan bahan bakar tubuh yang utama. Glukosa ini dibakar untuk menghasilkan energi dan menjaga tubuh untuk tetap bekerja dan ‘beroperasi’.
Selain itu, di dalam tubuh ada dua zat kimiawi, disebut hormon, yang bertindak sebagai agen untuk menjaga kadar glukosa di dalam darah berada pada level yang tetap, atau tidak naik-turun. Hormon tersebut adalah insulin dan glukagon. Insulin menurunkan kadar glukosa di dalam darah, sedangkan glukagon sebaliknya, yaitu menaikkan kadar glukosa. Jika seseorang hanya memiliki sedikit hormon insulin di dalam tubuh, kadar glukosa akan melimpah dan terlalu banyak di dalam darah.

2. Pembahasan

2.1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan ketika kadar gula dalam darah tinggi melebihi kadar gula normal. Penyakit ini biasanya disertai berbagai kelainan metabolisme akibat gangguan hormonal dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi ini disebut sebagai kondisi hiperglikemia. DM yang juga popular dengan nama kencing manis itu adalah suatu kondisi yang diderita oleh seseorang karena kekurangan hormon insulin.
Kekurangan hormon insulin yang terjadi disebabkan oleh kurang aktifnya produksi hormon insulin dari sel kelenjar langerhans di organ pankreas. Berkurangnya produksi ini bisa karena menyusutnya jumlah sel penghasil hormon insulin sejak seseorang dilahirkan (bawaan atau keturunan). Serta dapat juga akibat serangan virus atau penyakit degeneratif. Seseorang dapat juga terkena walaupun hormon insulinnya cukup. Kejadian ini muncul karena reaksi tubuh terhadap kehadiran insulin kurang efisien atau tubuh tidak mampu menggunakan ketersediaan hormon tersebut dengan semestinya, sehingga tubuh tidak mampu mengoksidasi glukosa menjadi energi. Keadaan ini biasanya menyerang orang setengah baya ke atas, karena faktor degenerasi, kurang olahraga, dan kegemukan.


2.2. Jenis Penyakit Diabetes Melitus

• Diabetes Melitus yang bergantung dengan insulin: disebabkan kekurangan produksi insulin. DM ini dapat terjadi karena kerusakan sel beta langerhans di kelenjar pankreas akibat proses kekebalan tubuh (autoimun) terjadi pelisisan (pembunuhan) sel tubuh oleh sistem imunitasnya sendiri. Penderita DM jenis ini mencapai 10% dari jumlah penderita penyakit ini.
• Diabetes Melitus yang tidak bergantung pada insulin: akibat kegagalan relatif sel beta langerhans di kelenjar pankreas sehingga produksi insulin yang terjadi dengan kualitas rendah tidak mampu merangsang sel tubuh agar menyerap gula darah, misalnya karena obesitas, pola makan yang tidak benar. Jenis ini paling banyak dijumpai, dapat mencapai 80% lebih dari keseluruhan penderita DM.
• Diabetes Melitus yang disebabkan penyakit lain, misalnya sirosis hati, penyakit kelenjar pankreas, infeksi, obat-obatan, dan lain-lain. Penderita DM jenis ini paling sedikit dijumpai, tidak mencapai 10% dari penderita DM keseluruhan.
• Diabetes Melitus Gestasional, gejala-gejala yang muncul menyertai penyakit ini adalah polifagia (makan banyak), poliuria (kencing banyak), dan polidipsia (minum banyak). Kondisi lain yang muncul biasanya dapat berupa penurunan berat badan, gatal, kesemutan, mata kabur, mudah lelah, luka yang tidak sembuh, dan sering timbul infeksi kulit.

2.3. Gejala Diabetes Melitus

• Permulaan gejala “3P”
a. Banyak makan (polifagia),
b. Banyak minum (polidipsia),
c. Banyak kencing (poliuria).
• Gejala bila keadaan tersebut tidak cepat diobati dan lama-kelamaan mulai
timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin
a. Gampang lelah,
b. Banyak minum dan mudah haus,
c. Banyak kencing,
d. Berat badan menurun dengan cepat (dapat turun 5-10 kg dalam
waktu 2-4 minggu),
e. Nafsu makan mulai berkurang bahkan kadang-kadang disusul
dengan mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl,
f. Bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita
akan jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetik.
• Gejala kronis (bila kadar gula tidak terkontrol)
a. Banyak minum dan banyak kencing, serta mudah haus,
b. Sering kesemutan,
c. Kulit terasa panas atau tertusuk-tusuk jarum,
d. Rasa tebal dikulit, sehingga kalau berjalan seperti diatas bantal atau
kasur,
e. Kram dan mudah lelah,
f. Mudah mengantuk,
g. Mata menjadi kabur biasanya sering ganti kacamata,
h. Gatal sekitar kamaluan, terutama wanita,
i. Gigi mudah goyah dan mudah lepas,
j. Kemampuan seks menurun, bahkan impoten,
k. Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin
dalam kandungan, atau melahirkan dengan berat bayi > 4 kg,
l. Penuruna berat badan,
m. Rasa lemah,
n. Banyak makan.
• Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
• Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 ml/dl.





2.4. Komplikasi Diabetes Melitus

• Komplikasi akut (komplikasi yang segera terjadi dalam waktu pendek):
Hipoglikemi (kekurangan glukosa/gula). Gejalanya: lapar, gemetar, dan
pusing. Penanggulangan: makan makanan yang mengandung karbohidrat
tinggi dan mudah dicerna, seperti makan pisang dan roti,
• Koma Diabetik (glukosa terlalu tinggi). Gejalanya: nafsu makan
menurun, haus, minum banyak, kencing banyak, mual, muntah, dan
napas cepat. Penanggulangan: segera ke rumah sakit,
• Komplikasi Kronis (komplikasi yang muncul dalam waktu yang lama,
Bila kadar gula tidak terkontrol).

3. Penutup

Penyakit Diabetes Melitus janganlah dijadikan momok, perangilah agar anda dapat hidup bahagia bersama diabetes. Bila diremehkan, komplikasi Diabetes Melitus dapat menyerang seluruh anggota tubuh.
Jika kita mengetahui apakah sebenarnya penyakit Diabetes Melitus itu, dan kemudian merawatnya dengan baik, semua komplikasi tersebut akan tertunda atau batal pemunculannya. Kalau penderita Diabetes Melitus sudah terlanjur mengidap komplikasi, perawatan dan pengobatan Diabetes Melitus yang tertib dan baik akan dapat mencegah kelanjutan komplikasi-komplikasi tersebut.
Karena itu, penyakit Diabetes Melitus sebenarnya dapat memberikan reward (hadiah) dan punishment (hukuman) kepada penderita. ini berarti bahwa bila penderita Diabetes Melitus banyak melanggar, ia akan mendapat hukuman berupa komplikasi di kemudian hari. Sebaliknya, jika penderita Diabetes Melitus tertib merawat penyakitnya dengan baik, komplikasi penyakit tersebut tidak akan muncul dan ini merupakan “hadiah”-nya.

4. Saran

• Penyakit Diabetes Melitus adalah penyakit yang tidak berbahaya asal
tidak diremehkan. Oleh karena itu, marilah kita berusaha memerangi
Diabetes Melitus,
• Pengobatan Diabetes Melitus sedini mungkin akan dapat menghindarkan
penderita dari berbagai macam komplikasi,
• Secara medis “kualitas hidup penderita Diabetes Melitus ditentukan oleh
pembuluh darahnya”. Penyumbatan pembuluh darah dapat menyebabkan
lumpuh separuh dan kadang-kadang bisu, sedangkan penyumbatan
pembuluh darah jantung dapat menyebabkan kematian mendadak.
Penyempitan penbuluh darah tungkai dapat menyebabkan
gengrean diabetik, yaitu luka diabetik yang membusuk. Maka dari itu
jagalah kesehatan dan rawatlah kondisi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Tjokroprawito, Askandar. 1997. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama
Diabetes. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Taylor, Barbara. 2009. Diabetes Tak Bikin Lemes. Yogyakarta: Paradigma
Indonesia.
Tjokoprawito, Askandar. 1989. Diabetes Mellitus Klasifikasi, Diagnosa,
dan Dasar-Dasar Terapi. Jakarta: PT Gramedia.
Widjadja, Rafelina. 2009. Penyakit Kronis Tindakan, Pencegahan ,
Pengobatan Secara Medis Maupun Tradaisional. Jakarta: Bee Media
Indonesia.

terapi aktifitas kelompok keperawatan jiwa

PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI











OLEH :

Ana Nurkhasanah
0508163





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TA. 2010/2011

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Topik
Terapi aktivitas kelompok orientasi realita perubahan persepsi sensori : halusinasi

Sesi I : TAKS

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien mampu melakukan TAK orientasi realita
2. Tujuan khusus
• Klien mampu mengenal halusinasi
• Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
• Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
• Klien mengenal perasaannya pada saat terjadinya halusinasi

C. Landasan Kerangka Teori
Terapi aktivitas kelompok Orientasi realita (TAK) adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas.
Klien tidak lagi mengenali waktu, situasi dan perasaannya pada saat terjadinya halusinasi. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang mengenal halusinasi yang meliputi mengenal waktu, situasi dan perasaan klien pada saat terjadinya halusinasi.
D. Aktivitas dan Tindakan
Aktivitas yang dilakukan meliputi 2 sesi berupa aktivitas mengenal halusinasi dan mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang benar. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realita adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mengenal orang lain, tempat, dan waktu.

E. Klien
1. Karakteristik pasien
Klien yang mengikuti TAK ini adalah yang mengalami gangguan perubahan persepsi sensori : halusinasi
2. Proses seleksi pasien
Klien dipilih berdasarkan:
a. Klien merupakan pasien kelolaan dan pasien resume dari mahasiswa yang melakukan TAK
b. Klien memiliki masalah keperawatan utama yang sama yaitu klien dengan gangguan stimulasi persepsi : halusinasi
c. Klien tenang dan kooperatif
d. Klien dalam kondisi fisik yang baik
e. Klien mau mengikuti terapi aktivitas
f. Klien yang panca indranya masih memungkinkan
3. Jumlah peserta TAK
• Perawat, yang terdiri dari 8 orang
Leader : Randi (L)
Coleader : Febriyanti (CL)
Fasilitator : Riska nur afnia (F1)
Yuliani (F2)
Eska (F3)
Ana nurkhasanah (F4)
Musnawati (F5)
Observer : Riska juine (O)
• Pasien, terdiri dari 5 pasien
1. Wina yunita desi (K1)
2. Tri yulinarni (K2)
3. yuyun (K3)
4. agustina (K4)
5. nurkhasanah (K5)

F. Pengorganisasian
1. Tanggal : 14 oktober 2010
Hari : Kamis
Jam : 10.00 – 10.30 WIB
Waktu : 1 x 30 menit
2. Tim terapis : kelompok 2 Program Studi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Palembang

Peran leader : Randi
• Membuka acara
• Katalisator yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya.
• Auxiliary ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
• Coordinator, mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
• Menutup acara diskusi
Peran observer : Riska Juine
• Mengidentifikasi isu penting dalam proses TAK
• Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
• Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada session atau kelompok yang akan datang
• Memprediksi respon anggota kelompok pada session berikutnya
• Mengamati dan mencatat:
1. Jumlah anggota yang hadir
2. Siapa yang terlambat
3. Daftar hadir
4. Siapa yang memberi pendapat atau ide
5. Topic diskusi

Peran fasilitator dan kolider : Riska Nurafni, Yuliani, Eska, Ana Nurkhasanah, Musnawati
• Mempertahankan kehadiran peserta
• Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
• Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok

3. Metode
a. Diskusi dan Tanya jawab
b. Bermain peran/stimulasi
4. Media
a. Name tag sejumlah klien dan perawat yang ikut tak
b. Papan tulis/flifchart/whiteboard
c. Kapur/spidol
5. Setting tempat
a. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
b. Ruang nyaman dan tenang





















G. Proses pelaksanaan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Pelaksanaan
a. Orientasi
• Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Peserta dan terapis memakai name tag
 Memperkenalkan nama dan panggilan terapis
 Menanyakan semua nama lengkap dan panggilan semua klien \
• Evaluasi atau validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
 Menanyakan masalah yang dirasakan
 Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas yang telah di kerjakan (TL TAK sebelumnya)
• Kontrak
 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal suara-suara yang di dengar
 Menjelaskan aturan main, yaitu:
 Masing-masing klien duduk ditempat masing-masing sampai permainan selesai
 Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada pimpinan TAK
 Kegiatan berlangsung selam 30 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Tahap kerja
 Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi
 Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien pada saat terjadinya halusinasi. Mulai dari klien sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran., hasilnya tulis di whiteboard.
 Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
 Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang biasa yang didengar.
c. Tahap terminasi
 Evaluasi
• Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
• Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
 Rencana tinda lanjut
• Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika terjadi halusinasi
 Kontrak yang akan datang
• Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi
• Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya

Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dapat dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, dan perasaan pada saat terjadinya halusinasi.

dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi persepsi halusinasi. Klien mampu menyebutkan penyebab isi halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

SESI 1 : TAKS
Kemampuan Mengenal Halusinasi

Kemampuan verbal
No Aspek yang dinilai Nama Klien
wina yunita desi tri yulinarni yuyun agustina nurkhasanah
1. Menyebutkan penyebab isi halusinasi
2. Menyebutkan waktu terjadinya halusinasi
3. Menyebutkan situasi pada saat terjadinya halusinasi
4. Menyebutkan perasaan pada saat terjadinya halusinasi
jumlah

Kemampuan nonverbal
No Aspek yang dinilai Nama Klien
wina yunita desi tri yulinarni yuyun agustina nurkhasanah
1. kontak mata
2. duduk tegak
3. menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. mengikuti kegiatan dari awal
jumlah

Keterangan:
Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK
Untuk tiap klien, semua aspek di mulai dengan memberi tanda √ jika di temukan pada klien atau tanda X jika tidak di temukan
Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu dan jika 0,1 atau 2 klien belum mampu.























SESI 2 : TAKS

A. Tujuan
Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur

B. Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang

C. Alat
1. Spidol
2. Whiteboard
3. Bebereapa contoh obat

D. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Tanya jawab dan diskusi

E. Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis membuat kontrak dengan klien
b. Menyiapkan alay dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
• Salam dari terapis
• Peserta dan terapis memakai name tag
b. Evaluasi / validasi
• Menanyakan perasaan klien saat ini
• Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas yang telah dikerjakan (TL TAK sebelumnya)
c. Kontrak
• Menjelaskan tujuan kegiatan
• Menjelaskan aturan main, yaitu :
 Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok harus minta izin pada pimpinan TAK
 Lama kegiatan 30 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3. Tahap kerja
a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing-masing klien
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur sesuai anjuran
c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara bergantian, searah jarum jam, di mulai dari klien yang berada di sebelah kir i terapis
d. Terapis menjelaskan akibat jika tidak minum obat secara teratur
e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum obat secara teratur
f. Terapis menjelaskan lima benar makan obat yaitu : benar obat, benar waktu makan obat, benar orang yang makan obat, benar cara makan obat, benar dosis obat
g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai contoh obat yang ada pada pasien
h. Terapis meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing-masing obat, cara menggunakan, waktu dan efek obat (efek samping dan efek terapi) sesuai dengan contoh obat yang ada di tangan klien masing-masing. Secara berurutan searah jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis.
i. Terapis memberikan pujian dan mengajak klien bertepuk tangan setiap kali klien menyebutkan dengan benar.
4. Tahap terminasi
1. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2. Rencana Tindak lanjut
 Menganjurkan klien untuk minum obat secara teratur
 Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat menghubungi perawat yang saat itu bertugas
3. Kontrak yang akan datang
 Terapis membuat kesepakatan dengan peserta kegiatan berikutnya
 Terapis membuat kesepakatan dengan peserta tempat dan waktu pelaksanaan TAK

5. Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAKS sesi 2 di evaluasi kemampuan untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang benar dengan menggunakan formulir evaluasi berikut :






SESI 1 : TAKS
Kemampuan memeprkenalkan diri


Kemampuan Verbal
No Aspek yang dinilai Nama Klien
wina yunita desi tri yulinarni yuyun agustina nurkhasanah
1. Menyebutkan pentingnya minum obat secara teratur
2. Menyebutkan akibat jika tidak minum obat secara teratur.
3. Menyebutkan 5 benar minum obat
4. Menyebutkan efek terapi dan efek samping masing-masing obat
jumlah

Kemampuan nonverbal
No Aspek yang dinilai Nama Klien
wina yunita desi tri yulinarni yuyun agustina nurkhasanah
1. kontak mata
2. duduk tegak
3. menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. mengikuti kegiatan dari awal
jumlah


Keterangan dilakukan:
Dilakukan = 1
Tidak dilakukan = 0
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan klien

strategi pelaksanaan keperawatan jiwa

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


• Masalah : Perubahan persepsi sensori : Halusinasi.
• Pertemuan : Ke-1 (pertama)

A. PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan telinga kearah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

2. Diagnosis Keperawatan
Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

3. Tujuan Khusus/SP 1
• Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukkan rasa senang
c. Klien bersedia diajak berjabat tangan
d. Klien bersedia menyebutkan nama
e. Ada kontak mata
f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
g. Klien bersedia mengutarakan masalah yng dihadapinya
• Membantu klien mengenali halusinasinya
• Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasinya

4. Rencana \Tindakan Keperawatan
• Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama penggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien
• Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
• Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Jelaskan cara menghardik halusinasi
b. Peragakan cara menghardik halusinasi
c. Minta klien memperagakan ulang
d. Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada prilaku klien yang sesuai
e. Masukkan dalam jadwal kgiatan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DAN PELAKSANAAN

1. Orientasi
• Salam terapeutik
“Selamat pagi, assalamu’alaikum….boleh saya kenalan dengan Ibu? Nama saya….boleh panggil saya….saya mahasiswa keperawatan….saya sedang praktik disini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh saya tahu nama ibu siapa da senang dipanggil dengan sebutan apa?”

• Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan tidak?”

• Kontrak
a. Topik : “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut Ibu sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
b. Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu mau berapa
menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa!”
c. Tempat : “Dimana kita duduk? Di teras? Di kursi panjang itu, atau
mau dimana?”.

2. Kerja
“Apakah Ibu sering mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apakah yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu/orang/bayangan/makhluk?
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar sesuatu tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat mendengar suara itu?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara unutk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak muncul?”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan mengardik.”
“Cara seperti ini:
• Saat suara itu muncul, langsung ibu bilang, pergi saya tidak mau dengar………saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu….bagus! coba lagi! Ya bagus ibu sudah bisa.”
• Saat melihat bayangan itu muncul, langsung kita bilang, pergi saya tidak mau lihat….saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu…..bagus! coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”

3. Terminasi
• Evaluasi Subjecktif
“ Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak dengan latihan tadi ? “

• Evaluasi Objectif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan pembicaraan kita tadi?”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara daan atau bayangan itu agar tidak muncul lagi.”

• Rencana Tindakan Lanjut
“Kalau bayangan dan suara- suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya ? “
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian klien).

• Kontrak yang Akan Datang
a. Topik: “Ibu, bagaimana kalau besok ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara suara itu muncul?”
b. Waktu: “Kira- kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?”
c. Tempat: “Kira- kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok dimana ya, apa masih mau disini atau cari tempat yang nyaman? Sampai jumpa besok. Wassalamualaikum, ….”

Table 4.2. Pengkajian pada Klien dengan Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi dalam Asuhan Keperawatan
1. Persepsi : Halusinasi
Berikan tanda ( x ) pada kolom yang sesuai dengan data pada klien
[ ] Pendengaran
[ ] Penglihatan
[ ] Perabaan
[ ] Pengecapan
[ ] Penghidu

Jelaskan:
Isi halusinasi:…………………………………………………………..
Waktu terjadinya:……………………………………………………...
Frekuensi halusinasi:…………………………………………………...
Respons klien:………………………………………………………….

Masalah Keperawatan:…………………………………………………

LATIHAN FASE ORIENTASI, KERJA, DAN TERMINASI PADA SETIAP SP

Di bawah ini diberikan latihan untuk melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan persepsi sensori: halusinasi.

Latihan 1. Membina hubungan percaya dengan klien halusinasi

“Selamat pagi Bapak/Ibu! Saya perawat yang akan merawat Bapak/Ibu. Nama saya…Senang dipanggil…seminggu sekali saya akan ke sini untuk merawat Bapak/Ibu. Nama Bpak/Ibu siapa? Senang dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa keluhan Bapak/Ibu saat ini?”
“Baiklah, Bagaimana kalau kita bercakap- cakap tentang suara- suara yang selama ini mengganggu Bapak/Ibu? Mau duduk dimana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mari Bapak/Ibu.”

Latihan 2. Mengkaji isi, waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi

“Apakah Bapak/ Ibu mendengar atau melihat sesuatu? Apakah pengalaman ini terus menerus terjadi atau sewaktu- waktu saja?Kapan Bapak/Ibu mengalami hal itu? Berapa kali sehari Bapak/Ibu mengalami hal itu? Pada keadaan apa terdengar suara itu? Apakah pada waktu sendiri?”
“Bagus, Bapak/Ibu mau menceritakan semua ini.”
Latihan 3. Mengkaji respons klien terhadap halusinasi

Peragaan percakapan berikut ini untuk mengkaji respons terhadap halusinasi!
“Apa yang Bapak/Ibu rasakan jika suara- suara itu muncul? Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika mengalami halusinasi?”
Jika klien senang dengan halusinasinya lanjutkan dengan:
“Bagaimana dengan kegiatan Bapak/Ibu sehari- hari, apakah terganggu?”
Jika klien mengatakan takut dengan halusinasinya lanjutkan dengan:
“Apa yang Bapak/Ibu lakukan, apakah berhal menghilangkan suara- suara itu?”
“Bagaimana kalau kita belajar beberapa cara untuk mencgah munculnya suara- suara itu?”


Latihan 4. Melatih klien menghardik halusinasi

Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu! Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apakah Bapak/Ibu masih mendengar suara-suara seperti yang kita diskusikan minggu lalu? Sesuai janji saya sebelumnnya, hari ini kita akan belajar salah satu cara untuk mengendalikan suara-suara yan muncul, yaitu dengan menghardik. Kita akan berlatih selama setengah jam di sini. Apakah BapakIbu setuju?”

Kerja:
“Begini Bapak/Ibu, untuk mengendalikan diri ketika suara itu muncul, bisa dilakukan dengan cara menghardik suara- suara tersebut. Caranya sebagai berikut, saat suara- suara itu muncul, langsung Bapak/ Ibu bilang, pergi saya tidak mau dengar,… saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang- ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba Bapak/ Ibu setuju?”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah memperagakan lathan tadi? Kalau muncul suara- suara itu silakan coba cara yang tadi sudah diperagakan! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (masukkan dalam jadwal kegiatan harian klien). Kita ketemu lagi minggu depan, saya akan kembali untuk latihan cara yang lain. Selamat pagi Bapak/Ibu!”


Latihan 5. Melatih klien bercakap- cakap saat halusinasi muncul

Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah Bapak/Ibu sudah menerapakan cara yang telah kita latih? Bagus! Sesuai janji kemarin, hari ini kita akan latihan cara kedua untuk mengontrol halusinasi, yaitu bercakap- cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 30 menit di sini. Apakah Bapak/Ibu siap?”

Kerja:
“Salah satu cara mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap- cakap dengan orang lain. Jadi kalau Bapak/Ibu mulai mendengar suara- suara, langsung saja car teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan Ibu. Contohnya begini: … tolong, saya mulai dengar suara- suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang di rumah, misalnya anak Bapak/Ibu katakana: Nak, ayo ngobrol dengan BapakIbu. Bapak/Ibu sedang dengar suara- suara. Begitu Bapak/Ibu. Coba Bapak/Ibu lakukan seperti saya tad lakukan. Ya, begitu. Bagus!”


Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapa/Ibu setelah latihan ini? Selain menghardik cobalah cara yang kedua ini jika Bapak/Ibu mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalu kita masukkan dalam jadwal kegiatan Bapak/Ibu. Minggu depan saya akan kesini lagi untuk latihan cara yang ketiga yaitu menjadwal kegiatan kita. Selamat pagi Bapak/Ibu!”


Latihan 6. Membantu klien melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apakah suara- suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih kemarin? Bagaimana hasilnya? Bagus! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi, yaitu membuat jadwal kegiatan Bapak/Ibu pakai. Kita akan mengerjakannya selama 1 jam. Disini ya Bapak/Ibu.”

Kerja:
”Coba Bapak/Ibu tuliskan kegiatan yang dilakukan dari bangun pagi sampai tidur malam. Caranya Bapak/Ibu tulis dulu jam di kolom pertama kemudian kegiatan Bapak/Ibu di kolom kedua. Contohnya begini: jam 05.00 Ibu bangun, keudian salat Subuh. Ya bergitu.
Coba Bapak/Ibu teruskan. Ya bagus teruskan sampai tidur malam. Ya bagus, Bapak/bu sudah selesai menulis kegiatan Ibu dari bangun tidur sampai tidur lagi. Sekarang jam 10.00 jadwalnya meyapu halaman, mari kita latihan!” (beri contoh dan latih klien mengerjakannya dengan benar, berikan pujian atas keberhasilan klien)

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah membuat jadwal ini? Kita mulai melakukan kegiatan sesuai jadwal. Bapak/Ibu juga harus buat jadwal enam hari berikutnya. Jadi sudah berapa cara yang bias dilakukan untuk mencegah munculnya halusinasi? Bagus! Minggu depan saya kesini lagi, Bapak/Ibu sudah punya jadwal lengkap untuk satu minggu dan kita akan diskusi tentang bagaimana cara minum obat yang teratur agar dapat mengontrol halusinasi. Selamat pagi BapakIbu.”

Latihan 7. Pendidikan Kesehatan Mengenai Penggunaan Obat

Orientasi:
“ Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apakah suara- suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat- obatan yang Bapak/Ibu minum. Kita akan diskusi selama 30 menit. Disini saja ya Bapak/Ibu?”

Kerja:
“Apakah Bapak/Ibu merasakan adanya perbedaan setelah minum obat secara teratur?
Apakah suara-suaranya berkurang/hilang? Minum obat sangat penting supaya suara- suara yang Bapak/Ibu dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang Bapak/Ibu minum? (Perawat menyiapkan obat klien). Ada tiga maca obat yang harus Bapak/Ibu minum. Pertama yang berwarna orange (CPZ) gunanya untuk menghilangkan suara- suara, yang kedua warnanya putih (THP) gunanya untuk melemaskan badan agar tidak kaku dan lebih rileks, dan yang terakhir berwarna merah jambu (HP) gunanya untuk menenangkan pikiran. Ketiganya diminum 3 kali sehari setelah makan, jam 07.30, 13.00, dan 19.30. kalau suara- suaranya sudah hilang, Bapak/Ibu harus tetap meminum obatnya. Nanti akan saya konsultasikan dengan doker, sebab kalu putus obat, Bapak/Ibu akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis, bapak/ Ibu bisa control ke puskesmas untuk mendapatkan obat lagi. Oleh karena itu, 2 hari sebelum obat habis diharapkan Bapak/Ibu sudah control. Bapak/ Ibu juga harus teliti saat menggunakan obat- obatan ini. Pastikan bahwa itu obat yang benar- benar milik Bapak/Ibu. Jangan keliru dengan obat yang milik orang lain.
Baca kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dan dengan cara yang benar. Bapak/Ibu juga harus perhatikan berapa jumlah obt sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita diskusi tentang program pengobatan untuk Bpak/Ibu? Coba sebutkan lagi obat apa saja yang harus Bapak/Ibu minum berapa kali diminum? Bapak/Ibu harus teratur minum obat ini! Jika ada gejala- gejala yang tidak biasa misalnya mata terlihat ke atas, kaku- kaku otot, tangan tremor, atau ada bagian- bagian tubuh yang bergerak- gerak sendiri. Bapak/Ibu jangan panik, Itu semua karena pengaruh obat. Hubungi saya atau puskesmas. Nanti kami akan segera dating. Minggu depan kita akan bertemu lagi. Kita akan mengevaluasi apakah suara- suara yang Bapak/Ibu dengar masih sering muncul atau sudah hilang. Selamat siang Bapak/ibu.”



Latihan 8. Pendidikan Kesehatan Keluarga Klien Halusinasi

Pertemuan ke-1: Menjelaskan Masalah Klien

Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/Ibu ! saya … perawat yang merawat anak Bapak/Ibu.”
“Bagaimana perasaan BApak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak Bapak/Ibu?”
Hari ini kita akan berdiskusi tentang masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan bantuan yang Bapak/Ibu bisa berikan.”
“Kita nau diskusi di mana? Berapa lama?”

Kerja:
“Selama ini apa yang dilakukan oleh anak Bapak/Ibu?”
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, Yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada. Tanda- tandanya bicara dan tertawa sendiri, atau marah- marah tanpa sebab.”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara- suara, sebenarnya suara itu tidak ada. Atau kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan- bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
“Kalau dalam kondisi seperti itu, Bapak/ Ibu jangan menyetujui atau menyanggah apa yang diceritakan oleh anak Bapak/Ibu!”
“Dengarkan saja! Katakana bahwa Bapak/Ibu tidak mendengar suara atau melihat baynagan itu”
“Ya, Bagus seperti itu!”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi?”
“Coba Bapak/Ibu ulangi lagi masalah apa yang dihadapi oleh anak Bapak/Ibu!”
“Bapak/Ibu, kalau anaknya mendengar suara- suara atau melihat bayangan- bayangan cobalah untuk tidak mendukung atau menyanggah halusinasinya!”
“Minggu depan saya akan kesii lagi untuk berdiskusi tentang cara merawat anak Bapak/Ibu yang mengalami halusinasi.”
“Selamat pagi Bapak/Ibu”


Latihan 9. Pendidikan Kesehatan Keluarga Klien Halusinasi

Pertemuan ke-2 : Melatih keluarga Merawat Klien Halusinasi

Orientasi:
“Selamat pagi Bapak/ Ibu!”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
“Sesuai janji kita minggu lalu, hari ini kita akan berdiskusi mengenai cara menangani anak Bapak/Ibu yang mengalami halusinasi. Bapak/Ibu ingin berapa lama kita berdiskusi? Dimana enaknya kita berdiskusi? Bagaimana kalau diruang tamu?”

Kerja:
“Kalau anak Bapak/Ibu mengalami halusinasi apa yang dilakukan? Bagaimana pengaruhnya terhadap perilaku anak Bapak/Ibu? Apakah halusinasinya berkurang?”
“Ada beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengatasi masalah halusinasinya. Cara-cara tersebut meliputi: jangan membantah pernyataan anak Bapak/Ibu atau mendukungnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya. Tolong BapakIbu mengawasi kegiatan anaknya! Saya sudah melatih anak Bapak/Ibu untuk menerapkan tiga cara tersebut untuk mengatasi halusinasi yaitu menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, dan melakukan kegiatan yang terjadwal. Tolong Bapak/Ibu memantau pelaksanaan ketiga cara tersebut. Berikan pujian dan dorongan untuk melaksanakannya! Jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun, karena kalu melamun halusinasi akan muncul lagi. Bamtu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Bila tanda- tanda halusinasi mulai muncul, ajaklah anak Bapak/Ibu bercakap- cakap!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita bercakap- cakap?”
“coba Bapak/Ibu sebutkan lagi empat cara yang dapat membantu anak Bapak/Ibu untuk mengatasi masalah Halusinasinya!”
“Dalam seminggu ini cobalah cara-cara tadi Bapak/Ibu terapkan!”
“Minggu depan saya akan ke sini untuk melatih Bapak/Ibu berkomunikasi dengan anak Bapak/Ibu. Saya akan dating sekitar jam 10.00 pagi.”



DAFTAR PUSTAKA
1. Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Perawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Bandung: Salemba Medika.