PENDAHULUAN
Latar belakang
Penyakit
HIV / AIDS merupakan penyakit menular yang berbahaya karena dapat menyebabkan
kematian dalam waktu yang relatif singkat. Kasus HIV / AIDS telah menjadi
persoalan serius bagi kehidupan manusia. Jumlah orang yang terjangkit HIV /
AIDS dari tahun ke tahun terus bertambah, hingga kini sudah lebih dari 25 juta
jiwa meregang nyawa akibat AIDS, dan 40 juta lainnya positif terjangkit HIV.
Perhatin
terhadap HIV /AIDS meluas bukan sekedar kepada aspek kesehatan, melainkan juga
kepada aspek kemanusiaan. Penderita
HIV / AIDS ( ODHA ), hingga saat ini sering kali mendapat perlakuan yang tidak
proporsional. Mereka cenderung dijauhi, dicibir, bahkan ditakuti.
HIV /AIDS utamanya akibat prilaku
yang menyimpang. Hal ini berdsarkan pengamatan bahwa meluasnya HIV /AIDS di
masyarakat, lebih banyak sebagai akibat dari maraknya praktik perzinaan dan
akibat penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada pemakaian narkoba.
Tanggal 1 desember merupakan hari
yang ditetapkan sebagai hari AIDS sedunia. Konsep ini digagas pada pertemuan
menteri kesehatan sedunia yang membahas program-program untuk pencegahan AIDS
pada tahun 1988.
Sejak saat itu, hari AIDS mulai
diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional dan yayasan amal
diseluruh dunia. Perhatian terhadap HIV / AIDS selanjutnya meluas bukan sekedar
pada aspek kesehatan, melainkan juga kepada aspek kemanusiaan. Penderita AIDS,
atau yang lazimdisebut orang dengan HIV / AIDS ( ODHA ), hingga saat ini sering
kali mendapat perlakuan yang tidak profesional. Mereka cenderung dijauhi,
dicibir, bahkan ditakutin.
Padahal, perlakuan terhadap
penderita HIV / AIDS hendaknya sama seperti perlakuan terhadap penderita
penyakit lainnya, walaupun tentu harus disesuaikan dengan peraturan dan standar
yang telah berlaku.
HIV / AIDS memang bukan semata-mata
penyakit dibidang medis, melainkan juga penyakit masyarakat, utamanya akibat
prilaku yang menyimpang. Hal ini berdasarkan pengamatan bahwa meluasnya HIV /
AIDS di masyarakat, lebih banyak sebagai akibat dari maraknya praktik perzinaan
dan akibat penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada pemakaian narkoba.
1.Pengertian
HIV / AIDS
Penyakit yang membuat tubuh sulit
mencegah terjadinya infeksi penyakit, berkurangnya kekebalan tubuh itu sendiri
di sebabkan oleh virus HIV yang menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh.
HIV ( Human Immunodeficiency Virus )
adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau
media hidup virus, ini ” senang ” hidup dan beerkembang biak dalam cairan tubuh
yang mengandung sel darah putih, seperti darah, cairan plasenta, cairan sperma,
cairan sumsum tulang , cairan vagina, air susu ibu dan cairan otak.
AIDS ( Acquired Immunod Deficiency
Syndom ) adalah kumpulan gejala penyakit yang membuat tubuh sulit mencegah
terjadinya infeksi penyakit HIV menyebabkan sistem kekebalan akan semakin
melemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang beberapa jenis penyakit
( syndrome ) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang sehat.
Perbedaan
antara penderita HIV dengan penderita AIDS
Penderita
HIV adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, ia dapat menularkan virus
tersebut walauun tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun.
Penderita
AIDS adalah orang yang setelah sekian waktu terinfeksi HIV dan menunjukkan
tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan.
2. Tanda
dan gejala HIV / AIDS.
Gejala infeksi HIV pada awalnya
memang sulit dikenali karena gejala awalnya mirip penyakit ringan sehari-hari,
seperti flu dan diare, dimana penderita tidak terlihat sakit parah atau bahkan
tampak sehat-sehat saja. Kadang dala 6 minggu pertama setelah kontak penularan,
timbul gejala tidak khas berupa demam, rasa letih, sakit sendi, sakit menelan
dan pembengkakan kelenjar getah bening di bawah ketiak, selangkangan. Gejala
ini biasanya sembuh sendiri dan hingga 4 – 5 tahun mungkin tidak muncul gejala
ironisnya.
Pada stadium awal ( sekitar 3 bulan
setelah tertular ), tubuh penderita belum membentuk antibodi secara sempurna
sehingga tes darah tidak memperlihatkan orang itu telah tertular HIV. Masa 3
bulan itu sering disebut dengan masa jendela. Jika tes darah sudah menunjukkan
adanya antibodi HIV dalam darah, artinya positif HIV.
Pada tahun ke-5 atau ke-6,
bergantung masing-masing penderita, mulai timbul diare berulang, penurunan
berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut, dan pembengkakan di
daerah kelenjar getah bening. Kemudian pada tahap lebih lanjut terjadi
penurunan berat badan secara cepat ( > 10 % ), diareterus menerus lebih dari
1 bulan disertai panas badan yang hilang timbul atau terus-menerus. Apabila
gejala AIDS sudah muncul penderita biasanya hanya dapat bertahan selama 6 bulan
sampai 2 tahun hingga kemudian meninggal. Sebenarnya penderita AIDS yang
meninggal tidak semata akibat virus AIDS, terkadang karena penyakit lain
sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh akibat AIDS.
3 Fase
gejala HIV / AIDS
Fase
pertama : tidak ada gejala
Pada tahap awal HIV, tidak terlihat gejala. Seseorang dapat saja
menunjukkan antibodi setelah mereka terbentuk dalam rangka melawan virus AIDS,
akan tetapi, itupun perlu waktu 3 bulan sebelum antibodi tersebut terbentuk.
Artinya bila seseorang melakukan tes darah segera setelah ia berhubungan seks
dengan orang yang mengidap HIV, misalny virusnya belum akan terlihat sampai3
bulan yang akan datang.
Fase
kedua : sakit yang tidak terlalu parah
Pada tahap ini, virus berkembang didalam sel darh putih dan
menghancurkannya. Saat hampir seluruh sel telah dihancurkan, sistem kekebalan
tubuh juga ikut hancur dan tubuh akan menjadi lemah.
Beberapa gejala yang mungkin akan kelihatan diantaranya adalah penderita
mulai meraa lelah dan berat badannya menurun. Mereka mungkin akan terkena sakit
batuk, diare, demam, atau berkeringat dimalam hari.
Fase
ketiga : sakit parah
Pada saat ini, virus HIV hampir menghancurkan seluruh sistem kekebalan
tubuh. Tubuh akan mengalami kesulitan, bahkan tidak mampu lagi untuk melawan
bakrteri, inilah fase dimana mengidap AIDS. Selain itu, penderita juga dapat
terkena sejenis kanker yang disebut sarkoma
kaposi. Pada umumny AIDS tidak membunuh penderitanya, tetapi infeksi
penyakit lain dan kankerlan yang melakukannya. Pengidap HIV / AIDS yang terkena
flu akan lebih terancam jiwanya apabila dibandingkan dengan orang lain yang
tuidak mengidap HIV / AIDS.
3. Cara
pencegahan HIV / AIDS
Beberapa cara yang ditawarkan
dalam pencegahan HIV / AIDS :
Tidak
melakukan hubungan seks sebelum nikah.
Setelah
menikah, setialah pada pasangannya masing-masing
Gunakan
kondom, apabila pasangan anda pengidap HIV
Jangan
terlibat narkotika apabila melalui pemakaian jarum suntik bersama-sama
Jauhi
prilaku maksiat, seperti berhubungan seks diluar nikah dengan berganti-ganti
pasangan atau berhubungan seks dengan pekerja sek komersial
Ibu
yang terinferksi HIV dianjurkan tidak mengandung karena berisiko menularkan
penyakitnya kepada sang janin.
Ibu
yang terinfeksi HIV dan baru saja melahirkan sebaiknya tidak menyusui anaknya
Menggunakan
jarum suntik atau alat tusuk lain yang terjamin sterilisasinya
.
Sekerining
kepada kantong donor darah.
Apa yang dapat anda lakukan untuk
memerangi AIDS ?
- Bertindaklah menghindari penularan kepada diri sendiri.
- pelajari fakta yang benar tentang HIV dan AIDS karena banyak beredar anggapan dan pemikiran yang keliru tentang hal ini.
- Hindarkan diskriminasi terhadap pengidap HIV / AIDS, perlakukan mereka secara manusiawi..
- Adakan tindakan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap HIV / AIDS di lingkungan anda dan mencegah ketakutan yang tidak beralasan terhadap pengidap penyakit ini.
- apabila anda merasa diri anda mempunyai resiko terinfeksi HIV, segera hubungi dokter, rumah sakit atau sarana pelayanan kesehaytan lainnya yang berkopeten.
4. Cara
penularan HIV / AIDS
Walaupun AIDS adalah sindrom penyakit yang sangat berbahaya, namun virus
HIV sebagai penyababnya tidak akan menular begitu saja. HIV hanya ditularkan
melalui seks penetratif ( anal atau vagina ) dan oral seks, tranfusi darah yang
tercemar HIV, pemakaian jarum suntik yang terkontaminasi HIV secara bergantian,
serta melalui ibu kepada anaknya, baik selama masa kehamilan, persalinan atau
menyusui.
Oleh karena itu, virus HIV tidak
ditularkan melalui cara-cara atau aktifitas sehari-hari :
1.
berjabat
tangan atau berpelukan.
2.
pemakaian
wc, wastafel, atau kamar mandi bersama.
3.
aktifitas
di kolam renang.
4.
gigitan
nyamuk atau serangag lain.
5.
membuang
ingis, batuk, atau meludah.
6.
pemakaian
piring, alat makan, atau makan bersama-sama derngan penderita HIV / AIDS.
Kelompok resiko
tertinggi tertular HIV / AIDS
- Berhubungan seks dengan memasuki vagina atau dubur tanpa memakai kondom.
- memakai jarum suntik atau alat tindakan medis yang tidak steril.
- menerinma tranfusi darah yang terinfeksi HIV / AIDS
Penularan
secara seksual
HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang
tidak terlindungi.
Seseorang dengan infeksi menular yang tidak
terlindungi.
Seseorang dengan infeksi menular
seksual ( IMS ) yang tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan tukak /
luka dan ( cairan yang keluar dari tubuh ) memiliki rata – rata 6 – 10 kali
lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan ( apabila ia mengidap HIV ) atau
terjangkit ( apabila pasangannya mengdap HIV ) selama hubungan seksual. Dalam
hubungan penularan HIV, seks oral dipandang sebagai kegiatan yang rendah
resiko. Akan tetapi resiko dapat meningkat apabila terdapat luka atau tukak
disekitar mulut dan jika enjakulasi terjadi didalam mulut.
Pemakaian
jarum suntik secara bergantian
Mempergunakan kembali atau memakai jarum suntik
secara bergantian merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Resiko
penularan yang sangat tinggi biasanya terjadi pada kelompok pengguna narkoba
dengan jarum suntik, sedangkan penularan dalam lingkup keperawatan kesehatan
umumnya relatif kecil. Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan dapat
dikurangi dengan adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap
kewaspadaan universal terhadap HIV / AIDS.
Penularan
dari ibu ke anak ( mother – to – child transmission – MTCT )
HIV dapat ditularkan oleh ibu yang
mengidap HIV kepada anaknya selama masa kehamilan, proses persalinan, atau saat
menyusui. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi resiko infeksi, khususnya jumlah
virus ( viral load ) dari ibu pada saat kelahiran ( semakin tinggi jumlah
virus, semakin tinggi pula resikonya ), sedangkan proses penularan dari ibu
kepada anaknya setelah kelahiran bisa terjadi lewat pemberian air susu ibu.
HIV / AIDS tidak
dapat ditularkan melalui :
v
HIV
tidak dapat menular melalui air ludah, air mata, muntahan, kotoran manusia dan
air kencing
v
HIV
tidak dapat menembus kulit dan tidak menyebar melalui sentuhan, saling
penggunaan perabot makan dan minum, atau penggunaan toilet atau air mandi
bergantian
v
Perawatan
seseorang dengan HIV tidak membawa resiko apabila tindakan pencegahan diikuti
seperti membuang jarum suntik secara aman dan menutupi luka
v
HIV
tidak menular melalui nyamuk atau serangga penghisap darah lain
SOLUSI
PENCEGAHAN, PENGOBATAN DAN PERAWATAN HIV / AIDS
A. Mencegah
penularan HIV dari ibu ke anak
HIV dapat ditularkan dari seorang
wanita yang terinfeksi HIV kepada bayinya pada saat hamil, melahirkan dan
menyusui. Bila seorang hamil yang terinfeksi HIV mendapatkan pengobatan yang
baik secara dini dan mendapatkan anti virus secara teratur selama kehamilannya,
kemungkinan ia menularkan HIV pada bayinya yang belum lahir akan berkurang
dengan drastis.
Tidak semua bayi yang dilahirkan ibu
penderita HIV akan tertulah HIV. Waktu bayi tumbuh didalam kandungan, darah ibu
dan bayinya menjadi sangat dekat, tetapi biasanya tidak bercampur. Bila seratus
ibu yang terinfeksi HIV masing-masing melahirkan 1 bayi, rata-rata 30 bayi akan
tertular HIV. Rata-rata virus akan ditularkan pada 5 bayi selama kehamilan, 15
lagi pada saat persalinan, dan 10 bayi lagi setelah lahir melalui ASI.
Karena itu penting sekali pada
setiap wanita yang hamil dan mengatahui bahwa ia positif HIV untuk memulai
perawatan prenatal sesegara mungkin untuk mendapatkan keuntungan dari
pengobatan tersebut lebih awal. Lebih cepat si calon ibu menerima pengobatan,
lebih besar kemungkanan bayinya tidak tertular HIV.
Seseorang
ibu yang terinfeksi HIV akan menerima terapi medis sebagai berikut :
1. Sebelum kelahiran bayinya
Terapi anti virus yang diberikan ke calon ibu pada trimester ketiga dapat
membantu mencegah penularan HIV pada bayinya.
2. Pada saat kelahiran
Pengobatan anti virus dapat diberikan pada ibu dan anak yang baru lahir
untuk mengurangi resiko penularan HIV yang dapat terjadi selama proses
kelahiran
( karena pada saat itu bayi akan terpapar pada saat darah dan cairan ibunya
), sebagai tanbahan si ibu akan disarankan untuk memberikan susu formula bukan
ASI pada bayinya karena HIV dapat ditularkan kebayi melalui ASI.
3. Selama menyusui
Karena pemberian ASI tidak disarankan untuk ibu-ibu yang terinfeksi HIV.
Ditempat-tempat dimana susu formula tidak tersedia, ibu dan anaknya akan
diberikan terapi pengobatan untuk mengurangi resiko penularan HIV pada anak
yang disusui ASI.
- Penularan melalui tranfusi darah
kemungkinan resiko terjangkit HIV melalui tranfusi darah dan produk-produk
darah yang terkontaminasi ternyata lebih tinggi ( lebih dari 90 % ). Keamanan
darah meliputi skrining atas semua darah yang didonorkan guna mengecek HIV dan
pathogen lain yang dibawah darah, serta pemilihan donor yang cocok
Komplikasi yang diakibatkan
Anak-anak pengidap HIV memiliki
resiko lebih tinggi terkena kanker karena sistem kekebalan tubuh mereka yang
lemah. Lomfoma yang dihubungkan dengan infeksi EBV kerap terjadi pada anak-anak
pengidap HIV dengan usia yang lebih tua. Kondisi yang paling sulit untuk
diobati pada anak-anak pengidap HIV / AIDS adalah sindrome wasting (
ketidakmampuan untuk menjaga berat bedan untuk tetap stabil karena kehilangan
selera makan dalam jangka panjang dan infeksi lain yang berhubungan dengan
penyakit HIV ) serta ensefalopati HIV ( karena infeksi HIV pada otak yang
menyababkan penbesaran dan pada akhirnya merusak jaringa otak ). Ensefalopati
HIV menyebabkan terjadinya dimensia HIV, terutama pada orang dewasa. Sindrome
wasting terkadang dapat diatasi dengan konseling gizi dan memberi asupan
suplemen berkalori tinggi setiap hari, tapi mencegah terjadinya ensefalopati
HIV tetap sulit untuk dilakukan.
B. Tindakan
pengobatan dan perawatan penderita HIV / AIDS
Sesungguhnya hingga saat ini memang
belum ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan HIV / AIDS. Perkembangan
penyakit dapat diperlambat, namun tidak dapat dihentikan sepenuhnya.
Untuk itulah para ahli didunia terus
berusaha menemukan penyembuhan untuk infeksi HIV / AIDS. Dalam hal ini
setidaknya ada 3 hal yang terus diupayakan yakni :
1) Menemukan obat yang dapat membunuh HIV
segara setelah virus tersebut masuk ke dalam tubuh.
2) Menciptakan vaksin yang dapat mencegah
terjangkit HIV.
3) Memberikan edukasi kepada orang-orang
diseluruh dunia mengenai bahaya HIV / AIDS dan bagaimana mencegah penularan HIV.
Pengobatan
dengan obat-obatan
Selama 20 tahun terakhir, ada 2
kemajuan besar dalam hal perawatan pengidap HIV / AIDS.
Pertama, adanya obat-obatan yang dapat menghambat virus, mencegah atau
memperlambat terjadinya AIDS sehingga membuat orang-orang yang terifeksi HIV
dapat terbebas bari gejala AIDS lebih lama.
Kedua, adanya pengobatan yang telah terbukti sangat penting dalam
mengurangi penularan virus dari ibu pengidap HIV kepada anaknya.
Saat ini obat-obatan yang digunakan untuk merawat pasien HIV / AIDS masih
terbatas pada 3 langkah yakni
1)
Mengganggu
reproduksi materi genetik dari virus HIV ( obat-obatan ini diklasifikasikan
sebagai nucleoside atau nukleotide antiretrovirals )
2)
Mengganggu
produksi enzim yang oleh virus HIV untuk memasuki sel-sel tertentu dalam tubuh
( ini disebut protease inhibitors )
3)
Mengganggu
kemampuan virus HIV untuk membungkus materi genetiknya dengan viral code atau
kode genetik yang dibutuhkan HIV untuk dapat memproduksi dirinya ( ini disebut
non-nucleoside reverse transciptase inhibitors – NNRTLs ).
Pengobatan
jangka panjang untuk anak-anak pengidap HIV / AIDS
Kasus penularan HIV / AIDS pada anak
– anak sangatlah rumit dan harus dikelola oleh perawat kesehatan yang
profesional dan berpengalaman. Anak – anak perlu mendapatkan terapi sesuai
jadwal yang harus dimonitor dengan ketat dan disesuaikan secara terus-menerus
dengan teratur.
Pemberian obat-obatan diatur sesuai
dengan muatan virus yang terdapat dalam tubuh anak. Kesehatan anak juga harus
dimonitor dengan pengukuran secara berkala terhadap kandungan sel- T karena
sel-sel inilah yang dihancurkan oleh virus HIV. Jumlah sel-T yang tinggi
merupakan tanda positif bahwa terapi medis yang dilakukan berhasil
mengendalikan virus.
Anak – anak sering kali harus
mengunjungi penyedia jasa kesehatan mereka untuk periksa darah, melakukan
pemeriksaan fisik, dan berdiskusi mengenai bagaimana mereka dan
keluarganyamengaasi tekanan yang diterima sehubunga dengan penyakit yang meraka
derita. Imunisasi yang biasa dilakukan pada kunjungan rutin dapat berbeda untuk
anak – anak pengidap HIV / AIDS. Bila sistem kekebalan tubuh si anak sudah
sangat rendah, ia tidak akan menerima vaksin dengan virus hidup, termasuk
vaksin measles-mumps-rubella ( MMR ) dan varisela ( cacar air ). Imunisasi
rutin lainnya akan diberikan seperti biasa dan vaksin influenza tahunan yang
rutin juga direkomendasikan untuk diberikan.
Bila suatu keluarga membutuhkan
bantuan darurat dirumah sakit, para orang tua harus memberitahukan kepada
suster yang merawat anak tersebut bahwa ia mengidap HIV. Ini akan memberikan
peringatan pada para medis untuk meneliti kemungkinan adanya tanda-tanda
infeksi opotunistik dan menyediakan terapi pengobatan terbaik yang dapat
diberikan.
Konseling
dan nutrisi
Unsur – unsur perawatan lain yang
tak kalah penting dapat membantu mempertahankan kualiatas hidup penderita HIV
adalah konseling dan tes mandiri ( PCT ), dukungan bagi pencegahan penularan
HIV, konseling tidak lanjut, saran-saran mengenai makanan dan gizi, pengobatan
infeksi menular seksual, pengelolaan, efek nutrisi, serta pencegahan dan
perawatan infeksi oportunistik ( berbagai penyakit yang terjadi karena
kerentanan sistem kekebalan tubuh akibat virus ).
Konseling merupakan komponen penting
dari penanggulangan epidemic AIDS. Orang yang terinfeksi atau terpengaruh oleh
HIV, memerlukan informasi, saran, dan dukungan untuk mengatasi keadaannya.
Lebih jauh lagi konseling individual mengenai bagaimana cara memperhatikan dan
merawat diri dan orang lain dapat membantu mencegah terjadinya penyebaran HIV
lebih jauh.
Konseling juga merupakan bagian
penting dari proses pemeriksaan ( Tes ) karena orang yang ingin mrngetahui
status mereka perlu dipersiapkan secara
psikologis saat memerima hasilnya, apakah itu positif atau negatif, dan untuk
memehami implikasi hasil tersebut terhadap prilakunya
KESIMPULAN
HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah jenis parasit obligat yaitu
virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup virus, ini ” senang ”
hidup dan beerkembang biak dalam cairan tubuh yang mengandung sel darah putih,
seperti darah, cairan plasenta, cairan sperma, cairan sumsum tulang , cairan
vagina, air susu ibu dan cairan otak.
AIDS ( Acquired Immunod Deficiency Syndom ) adalah kumpulan gejala penyakit
yang membuat tubuh sulit mencegah terjadinya infeksi penyakit HIV menyebabkan
sistem kekebalan akan semakin melemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah
diserang beberapa jenis penyakit ( syndrome ) yang kemungkinan tidak
mempengaruhi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat.
Perbedaan
antara penderita HIV dengan penderita AIDS
Penderita
HIV adalah seseorang yang telah terinfeksi virus HIV, ia dapat menularkan virus
tersebut walauun tampak sehat dan tidak menunjukkan gejala penyakit apapun.
Penderita
AIDS adalah orang yang setelah sekian waktu terinfeksi HIV dan menunjukkan
tanda-tanda dari sekumpulan gejala penyakit yang memerlukan pengobatan.
3 Fase
gejala HIV / AIDS
Fase
pertama : tidak ada gejala
Fase
kedua : sakit yang tidak terlalu parah
Fase
ketiga : sakit parah
SARAN
Sebaiknya kita sebagai seorang mahasiswa harus bisa membedakan perbuatan
mana yang baik dan perbuatan mana yang buruk yang akan merusak diri kita maupun
orang lain. Jangan sesekali mencoba sesuatu yang bisa membahayakan diri kita
dan akan merusak harga diri keluarga.
Yang harus diingat bahwa kesehatan lebih penting dari pada kenikmatan yang
hanya sesaat dan bisa merusak segalanya.
Jauhilah seks bebas karena dapat merusak
segalanya
DAFTAR PUSTAKA
- Amir, Syafrudin. HIV / AIDS dalam solusi islam. 2006. Idea publishing. Bandung
- HTTP://WWW. Com/ Indonesia / archive/HIV/AIDS/2007
- HTTP://.WRS.Yahoo. Com
TUGAS PSIKOLOGI
KASUS TENTANG PSIKOLOGI KEPERAWATAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 4
1)
Ana Nurkhasanah
2) Dina Wahyuni sari
3) Dwi Yuliani Ria
4) Elly Dinia
5) Emi Supatmi
6) Fitriani. W
7) Furqon Nazili
8) Gita Arestia Ningrum
9) Lia Hasri
10)Mauludi
Kurniawan
11) Tri Yulinarni
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM STUDI S1.
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2008 / 2009
0 komentar:
Posting Komentar