Jumat, 30 Desember 2011

Asuhan keperawatan fraktur femur


FRAKTUR PINGGUL

1.    Pengertian Fraktur Pinggul
       Klien lansia biasanya mengalami cedera ini karena terjatuh. Walaupun hanya 3% dari semua fraktur adalah fraktur panggul, tipe cidera ini diperhitungkan menimbulkan 5 sampai 20 % kematian diantara lansia akibat fraktur (Romadoni, 2009). Fraktur pinggul adalah hal yang tidak menyenangkan karena fraktur tersebut dapat juga menyebabkan cedera intraabdomen yang serius, seperti laserasi kolon, paralisis ileum, perdarahan intrapelvis, dan ruptur uretra serta kandung kemih.
            Gambar Fraktur Pinggul

 
Hoolbrook (1984) melaporkan bahwa 1 dari 20 klien yang berusia lebih dari 65 tahun yang baru saja dirawat di rumah sakit mengelami penyembuhan dari fraktur pinggul, dan pada klien yang berasal dari panti werda, 70% tidak bertahan hidup 1 tahun, hanya sepertiga dari klien yang dapat bertahan hidup setelah mengalami fraktur pinggul dapat kembali ke gaya hidup dan tingkat kemandirian yang dapat dibandingkan dengan kondisi sebelum klien mengalami fraktur tersebut. Antara 75 dan 80% dari semua fraktur tulang pinggul mempengaruhi wanita, dan hampir setengahnya terjadi pada seseorang yang berusia 80 tahun atau lebih. 

2.    Manifestasi klinis
       Manifastasi klinis dari fraktur tulang pinggul ini adalah rotasi eksternal, pemendekan ekstremitas yang terkena, dan nyeri berat serta nyeri tekan di lokasi fraktur.

3.    Penatalaksanaan medis
       Segera setelah cidera perlu untuk me- imobilisasi bagian yang cidera apabila klien akan dipindhkan perlu disangga bagian bawah dan atas tubuh yang mengalami cidera tersebut untuk mencegah terjadinya rotasi atau angulasi.
       Prinsip penanganan fraktur meliputi : Reduksi Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaawat, sekrup, plat, paku. Iimobilisasi Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan. Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan fraktur Lamanya ( minggu )
Penatalaksanaan patah tulang mengikuti prinsip pengobatan kedokteran pada umumnya yang meliputi :
1.    Jangan ciderai pasien( Primum Non Nocere).
2.    Pengobatan yang tepat berdasarkan diagnosis dan prognosisnya
3.    Sesuai denga hokum alam
4.    Sesuai dengan kepribadian individu

Khusus untuk patah tulang meliputi :
1.    Reposisi
2.    Imobilisasi
3.    Mobilisasi berupa latihan seluruh system tubuh.
Perawat harus mewaspadai faktor-faktor praoperasi dan pascaoperasi yang jika tidak dikenali dapat menjadi faktor penentu yang berdampak kurang baik terhadap klien.
Praoperasi
       Perawat harus mengajarkan klien untuk melatih kaki yang tidak mengalami cidera dan kedua lengannya. Selain itu sebelum dilakukan operasi klien harus diajrakna menggunakan trapeze yang dipasangkan di atas tempat tidur dan di sisi pengaman tempa tidur yang berfungsi untuk membantunya dalam mengubah posisi, klien juga perlu mempraktikan bagaimana cara bangun dari tempat tidur dan pindah ke kursi.
Pascaoperasi
       Perawat memantau tanda vital serta memantau asupan dan keluaran cairan, mengawasi aktivitas pernapasan, seperti napas dalam dan batuk, memberikan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyeri, dan mengobservasi balutan luka terhadap tanda-tanda infeksi dan perdarahan. Sesudah dan sebelum reduksi fraktur, akan selalu ada resiko mengalami gangguan sirkulasi, sensasi, dan gerakan. Tungkai klien tetap diangkat untuk menghindari edema. Bantal pasir dapat sangat membantu untuk mempertahankan agar tungkai tidak mengalami rotasi eksterna. Untuk menurunkan kebutuhan akan penggunaan narkotika dapat menggunakan transcutaneus electrical nerve stimulator (TENS).
       Untuk mencegah dislokasi prosthesis, perawat harus senantiasa menggunakan 3 bantal diantara tungkai klien ketika mengganti posisi, pertahankan bidai abductor tungkai pada klien kecuali pada saat mandi, hindari mengganti posisi klien ke sisi yang mengalami fraktur. Menahan benda/beban yang berat pada ekstremitas yang terkena fraktur tidak dapat diizinkan kecuali telah mendapatkan hasil dari bagian radiologi yang menyatakan adanya tanda-tanda penyembuhan yang adekuat, umumnya pada waktu 3 sampai 5 bulan.

4.    Komplikasi patah tulang .
Komplikasi patah tulang meliputi :
1.    Komplikasi segera
Lokal     : Kulit( abrasi l;acerasi, penetrasi), Pembuluh darah ( robek ), Sistem saraf ( Sumssum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik), Otot Organ dalam ( jantung,paru,hepar, limpha(pada Fr.kosta), kandung kemih (Fr.Pelvics)
Umum    : Ruda paksa multiple, Syok ( hemoragik, neurogenik )
Komplikasi Dini :
Lokal : Nekrosis kulit, gangren, sindroma kopartemen,trombosis vena, infeksi sendi,osteomelisis )
Umum : ARDS,emboli paru, tetanus.

Komplikasi lama
Lokal : Sendi (ankilosis fibrosa, ankilosis osal ), Tulang ( gagal taut/lama dan salah taut, distropi reflek,osteoporosisi paskah trauma,ggn pertumbuhan, osteomelisis, patah tulang ulang), Otot atau tendon ( penulangan otot, ruptur tendon ), Saraf ( kelumpuhan saraf lambat )
Umum : Batu ginjal ( akibat mobilisasi lama ditempat tidur)

6.    Pemeriksaan medis
Tanda dan gejala kemudian setelah bagian yang retak di imobilisasi, perawat perlu mnilai pain ( rasa sakit ), paloor ( kepucatan/perubahan warna), paralisis ( kelumpuhan/ketidakmampuan untuk bergerak ), parasthesia ( kesemutan ), dan pulselessnes ( tidak ada denyut ).

7.    Pemeriksaan diagnostik
Rotgen sinar X Pemeriksaan, CBC jika terdapat perdarahan untuk menilai banyaknya darah yang hilang.

8.    Diagnosa Keperawatan
1.   Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan.
2.   Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.
3.   Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
4.   Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
5.   Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

9.    Intervensi dan implementasi

No
Diagnosa keperawatan
tujuan
kriteria hasil
intervensi dan implementasi
rasionalisasi
1
Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan.
nyeri dapat berkurang atau hilang.

setelah dilakukan implementasi nyeri dapat berkurang atau hilang dank lien tampak tenang
·      Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga

·      Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri


·      Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri

·      Observasi tanda-tanda vital.

·      Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik

·      hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif

·      tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
·      memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.
·      untuk mengetahui perkembangan klien
·      merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.


2
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak edekuatan oksigenasi, ansietas, dan gangguan pola tidur.

pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
setelah dilakukan implementasi klien mampu:
·    perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
·    pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
·    Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik
·      Rencanakan periode istirahat yang cukup.


·      Berikan latihan aktivitas secara bertahap



·      Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.


·      Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.



·      mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
·      tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
·      mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
·      menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
3
Risiko infeksi berhubungan dengan stasis cairan tubuh, respons inflamasi tertekan, prosedur invasif dan jalur penusukkan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.

infeksi tidak terjadi / terkontrol.

setelah dilakukan implementasi klien mampu:
·   tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
·   luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
·   Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

·      Pantau tanda-tanda vital.

·      Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

·      Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
·      Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
·      Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

·   mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.
·   mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
·   untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
·   penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.
·   antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

4
Kurang pengetahuan tantang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.

pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

setelah dilakukan implementasi klien mampu:
- melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
- memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen perawatan.

·      Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
·      Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
·      Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
·      Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.

·     mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
·     dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.
·     diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
·     mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
5
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, kerusakan muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.

pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.

setalah dilakukan implementasi klien mampu:
- penampilan yang seimbang..
- melakukan pergerakkan dan perpindahan.
-mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi
·   Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
·   Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
·   Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
·   Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
·   Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

·  mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
·  mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
·  menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
·  mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
·  sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.





DAFTAR PUSTAKA


Suratun, dkk. 2008. Askep Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. EGC: yogyakarta

0 komentar: