Senin, 26 Desember 2011

Asuhan keperawatan leukemia


ASUHAN KEPERAWATAN PADA LEUKEMIA


 


PENGERTIAN
Leukemia merupakan penyakit maligna proliferatif generalisata dari jaringan pembuluh darah, biasanya melibatkan leukosit. (Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2).
Leukemia adalah proliferasi patologis dari sel pembuat darah merah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga).
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak normal, jumlahnya berlebihan, dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Kapita Selekta Jilid I).

KLASIFIKASI
1. Leukimia Mieloid
· Leukimia Limfositik Kronik, adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebih seri granulosit yang relative panjang.
· Leukimia Mieloblastik Akut, adlah suatu penyakit yang merupakan neoplasma unilokal yang berasal dari transpormasi satu atau beberapa sel hematopoetik.
2. Leukimia Limfosid
· Leukimia Limfositik Kronik, adalah suatu gangguan limfoproliferasi yang ditemukan pada kelompok u7mur tua (sekitar 60 tahun) dengan perbandingan 2:1 untuk pria.
· Leukemia Limfoblastik Akut, adalah gangguan berupa proliferasi abnormal dalam sumsum tulang dan tempat-tempat ekstrameduler (di luar sumsum tulang, yaitu kelenjar limfe dan limpa).

ETIOLOGI
 
Faktor-faktor penyebabnya belum jelas atau tidak dapat diidentifikasi tetapi diduga oleh karena virus onkogenik. Faktor penyebab lain:
· Faktor eksogen: sinar radioaktif, bahan kimia.
· Faktor endogen: ras, kelainan kromosom.
patofisiologi, klik untuk perbesar gambar

 MANIFESTASI KLINIS
1. Anak kelihatan pucat.
2. Demam.
3. Anemia.
4. Perdarahan: ptekia, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi.
5. Kelemahan.
6. Nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa pembengkakan.
7. Purpura.
8. Pembesaran hepar dan lien.
9. Gejala tidak khas: sakit sendi atau tulang karena infiltrasi sel-sel ganas.
10. Jika terdapat infiltrasi ke dalam susunan saraf pusat, dapat ditemukan tanda meningitis.
11. Peningkatan cairan cerebrospinal mengandung protein.
12. Penurunan glukosa.
II. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas.
b. Keluhan utama.
c. Riwayat kesehatan sekarang.
d. Riwayat kesehatan yang lalu.
e. Riwayat kesehatan keluarga.
2. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.
Tanda : kelemahan otot, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : Takikardi, membrane mukosa pucat.
c. Eliminasi
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urine.
d. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfagia.
Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi gusi (infiltrasi gusi mengindikasikan leukemia monositik akut).
e. Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, ansietas, marah.
f. Neurosensori
Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang konsentrasi, pusing, kesemutan.
Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang / sendi, kram otot.
Tanda : gelisah, distraksi.
h. Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
i. Keamanan
Gejala : riwayat infeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe, limpa atau hati.
j. Seksualitas
Gejala : penurunan libido, menoragia, impoten.

 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Darah lengkap: menunjukkan normositik, anemia normositik.
2. PT / PTT: memanjang.
3. LDH: mungkin meningkat.
4. Muromidase serum (lisozim): peningkatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik.
5. Asam urat serum / urine: mungkin meningkat.
6. Copper serum: meningkat.
7. Zinc serum: menurun.
8. Biopsi sumsum tulang belakang: SDM abnormal biasanya 750% atau lebih dari SDP pada sumsum tulang.
9. Foto dad dan biopsy nodus limfe: dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik.
2. Resiko tinggi perdarahan b.d trombositopenia.
3. Resiko tinggi infeksi b.d sel leukosit yang abnormal.
4. Kelelahan / kelemahan umum b.d anemia.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Dx. Keperawatan: Nyeri Akut b.d pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik.
Tujuan:
· Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24jam, nyeri dapat berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil:
· Nyeri terkontrol.
· Menunjukkan perilaku penanganan nyeri.
· Tampak dan mampu istirahat atau tidur.
                        intervensi
                        rasional
1. Kaji adanya nyeri.
2. Observasi TTV.
3. Posisikan nyaman dan sokong sendi ekstremitas dengan bantal.
4. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.
5. Bantu / berikan aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
6. Berikan obat sesuai indikasi: analgesic, contoh: asematinofen (tylenol).
7. Narkotik, misal: kodein, meperdin (demetol), morfin, hidromorfan (dilaudis).
1. Mengindikasikan terjadinya komplikasi.
2. Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi.
3. Dapat menurunkan ketidaknyamanan tulang dan sendi.
4. Penggunaan persepsi diri / perilaku untuk menghilangkan nyeri dapat membantu pasien mengatasinya lebih efektif.
5. Membantu manajemen nyeri dengan perhatian langsung.
6. diberikan untuk nyeri ringan yang tidak hilang dengan tindakan kenyamanan.
7. Digunakan bila nyeri hebat.

2. Dx. Keperawatan: Resiko tinggi perdarahan b.d trombositopenia.
Tujuan:
· Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24jam, resiko perdarahan berkurang atau tidak terjadi perdarahan.
Kriteria Hasil:
· TD dan nadi Stabil.
· HB dalam batas normal (>10 g / 100 ml).
· Trombosit dalam batas normal (> 50.000 / ml).
                          intervensi
                        rasional
1. Kaji keadaan kulit / membran mukosa.
2. Pantau TD dan Nadi.
3. Hindari tindakan yang dapat membuat cidera jaringan / perdarahan.
4. Anjurkan klien untuk diet makanan halus.
5. Awasi pemeriksaan lab, misal: trombosit, HB / HT.
6. Berikan SDM, trombosit.
1. Untuk mengetahui adanya resiko perdarahan dengan menemukan adanya ptieke, perdarahan gusi.
2. Perubahan dapat menunjukkan sebagai efek hipovolemia (perdarahan).
3. Jaringan rapuh dan trombositopenia meningkatkan resiko perdarahan meskipun trauma minor.
4. dapat mengurangi iritasi gusi.
5. Penurunan jumlah trombosit dan HB / HT mengindikasikan adanya perdarahan.
6. Memperbaiki atau menormalkan jumlah SDM dan kapasitas pembawa O2 untuk memperbaiki anemia, berguna untuk mencegah atau mengobati perdarahan.

3. Dx. Keperawatan: Resiko tinggi infeksi b.d sel leukosit yang abnormal.
Tujuan:
· Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24jam, kondisi klien baik dan resiko infeksi berkurang atau tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
· Suhu dalam batas normal (365-375 oC).
· Leukosit dalam batas normal.
· Pasien dapat mengetahui tindakan yang dapat mencegah atau menurunkan resiko infeksi.
                 intervensi
                  rasional
1. Kaji adanya nyeri tekan pada area eritema.
2. Observasi suhu tubuh.
3. Berikan mandi kompres.
4. Berikan periode istirahat tanpa gangguan.
5. Berikan makanan tinggi protein dan cairan.
6. Awasi pemeriksan lab: DL terutama SDP, kultur gram / sensitifitas.
7. Berikan obat sesuai indikasi ex: antibiotik.
8. Kaji ulang foto thorak.
1. Mengindikasikan infeksi lokal.
2. Hipertermia terjadi pada beberapa tipe infeksi.
3. Membantu menurunkan demam.
4. Menghemat energi untuk penyembuhan, regenerasi seluler.
5. Meningkatkan pembentukan antibodi dan mencegah dehidrasi.
6. Penurunan jumlah SDP matur menunjukkan peningkatan resiko infeksi.
7. Mengobati infeksi khusus.
8. Indikator terjadinya atau penyembuhan komplikasi paru.

4. Dx. Keperawatan: Kelelahan / kelemahan umum b.d anemia.
Tujuan:
· Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24jam, kondisi klien membaik (kelemahan / kelelahan berkurang).
Kriteria Hasil:
· Keadaan umum membaik.
· Mampu beraktifitas.
                      intervensi
                        rasional
1. Kaji tingkat kelemahan klien.
2. Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan.
3. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi.
4. Kolaborasikan dengan tim medis mengenai pengobatan antiemetik dan penambah darah.
1. Efek leukemia, anemia dan kemoterapi.
2. Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler.
3. Dapat meningkatkan pemasukan dan menurunkan mual.
4. Untuk menurunkan mual setelah dilakukan kemoterapi, dan meningkatkan HB sehingga mengurangi kelelahan atau kelemahan.

DAFTAR PUSTAKA
· “Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga”, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep. Kes. R.I, Jakarta, 1993
· “Kapita Selekta” Jilid I
· “Prinsip Keperawatan Pediatrik”, Rosa M. Sacharin Edisi 2, Jakarta, 1994
· “Asuhan Keperawatan” Marylin E. Doengoes
Asuhan Keperawatan Anak dengan Diare

0 komentar: