Selasa, 03 Januari 2012

asuhan keperawatan penyakit paru obstruksi menahun (PPOM/PPOK)


ASKEP KLIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN (PPOM / PPOK)

PPOM / PPOK adalah sekelompok penyakit  paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
Ialah satu kelompok penyakit paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persisten dari jalan nafas dalam paru.
Termasuk dalam kelompok ini adalah bronkhitis kronik, bronkhiektosis, emfisema paru dan asma.

BRONKHITIS KRONIK
Ialah ө suatu gangguan klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus yang berlebihan dalam bronkus dan bermanifestasi sebagai batuk kronik dan pembentukan sputum selama sedikitnya 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dalam 2 tahun berturut – turut.
         ө gangguan klinik yang ditandai dengan produksi lendir berlebih dari   percabangan bronchus dengan manifestasi batuk menahun produktif dan berulang – ulang. Berlangsung 3 bulan setahun selama 2 tahun berturut – turut .
patofisiologi
Penderita bronkhitis kronis rentan terhadap infeksi karena ketidakmampuan untuk membersihkan mukus yang berlebihan pada percabangan bronkus. Bakteri berproliferasi dalam sekret mukus dalam lumen bronki.
Organisme infeksius yang paling sering ditemukan streptokokkus pneumonias dan hoemophilus influenza.
Etiologi : - penghirupan zat iritan fisik atau kimia, atau infeksi virus dan bakteri
-      iritan yang paling lazim : merokok        

Tanda dan gejala
§   gejala awal batuk produktif saat terbangun, kmd
§   kelemahan fisik yang jelas : sesak, nafas pendek, penggunaan otot – otot asesoris
§   sering sianosis, edema kaki, dan berlanjut
§   hipertropi ventrikel kanan dan kegagalan pernafasan
Hasil gas darah arteri :
-    PaO² istirahat yang rendah
-    PaCO² meningkat (jika obstruksi berat)
Tindakan Suportif
Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :
-    Menghindari rokok dan iritan lain
-    Mengindari penderita penyakit infeksi saluran pernafasan atas
-    Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan
-    Nutrisi yang baik dan hidrasi yang adekuat

EMFISEMA
Ialah kelainan anatomik paru yang ditandai oleh pelebaran abnormal dari ruang udara distal dari bronkhiolus terminalis yang disertai oleh destruktif dinding alveoli.
Etiologi :
-    Belum diketahui secara pasti
-    Diduga terdapat perubahan keseimbangan inhibitor enzim yang terjadi yang menyebabkan enzim proteolitik merusak jaringan paru.
Klasifikasi menurut mortologi
1. Centro lobular emfisema (CLE)
Terdapat pelebaran dan kerusakan bronkhiolus respiratorius tertentu. Dinding bronchiolus terbuka membesar membentuk sebuah ruangan.
2. Pan Lobular emfisema (PLE)
   terdapat pembesaran yang lebih seragam dan perusakan alveoli dalam asinus paru-paru. Biasanya lebih difus dan lebih berat pada paru bawah.
Hal ini dapat menyebabkan kolaps saluran nafas saat ekspirasi, akibatnya pengeluaran nafas secara penuh sulit dilakukan, udara terjebak, ekspirasi tdk max.
Gejala dan tanda :
-    Dispnea pada gerak badan, menunjukkan distress pernafasan akut
-    Menggunakan otot-otot pernafasan untuk bernafas
-    Biasanya mampu mempertahankan PAO² istirahat
Therapi khusus
a.  Pengobatan
-    Bronkodilator
-    Anti mikroba, tetrasiklin / ampisilin
-    Kortikosteroid
b.Terapi pernafasan
-    Terapi aerosol → nebulizer
-    Terapi oksigen
c. penyesuaian fisik
-    Latihan relaksasi
-    Meditasi
-    Menahan nafas
-    Rehabilitasi

ASTHMA
Ialah  - suatu keadaan yang menunjukkan respon abnormal saluran nafas thd berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas yang meluas.
- suatu penyakit yg ditandai dgn adanya peningkatan respon trachea dan bronchi thd berbagai macam stimuli berupa sesak yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas.
Penyempitan jalan nafas disebabkan oleh :
-    bronkospasma
-    edema mukosa
-    hipersekresi mukus yang kental
Etiologi :
Dibagi dalam 3 kategori :
a. asma alergik / ekstrisik → biasanya menyerang pada masa anak-anak dengan riwayat keluarga mempunyai penyakit atopik termasuk demam jerami, ekzema, dermatitis, asma.
Asma alergik disebabkan karena individu peka thd alergen protein (serbuk sari, bulu halus binatang, kain pembalut susu, coklat).
b. asma intrisik / idiopatik
   tidak jelas penyebabnya flu, latihan fisik, emosi sering timbul pada usia 40 tahun.
c. asma campuran
   merupakan gabungan antara intritik dan ekstrisik.
Tanda dan gejala :
§   Serangan timbul sering pada malam hari
§   Klien terbangun dan merasa tercekik
§   Wheezing saat ekhalasi
§   Menggunakan otot-otot tambahan pernafasan
§   Posisi membungkuk kedepan untuk bernafas dengan lebih baik
§   Sputum kental dan banyak
§   Diaphoresis karena pemakaian tenaga
§   Kelelahan

   Pengobatan :
Tujuan untuk relaksasi bronkus yang segera dan progresif.
§   Bronkodilator
§   Kortikosteroid
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Kerusakan pertukaran gas b.d retensi CO²
   Peningkatan sekresi, peningkatan kerja pernafasan proses penyakit.
Intervensi keperawatan :
§   Kaji GOA dan Monitor oksigenasi dengan isometri
§   Kaji bunyi nafas tiap 4 jam dan setelah intervensi seperti penghisapan / terapi inhalasi
§   Berikan O² tambahan sesuai indikasi
§   Kaji mental tiap 4 jam / bila perlu
§   Evaluasi dengan cermat agitasi / letargi hindari sedasi bila mungkin
§   Kaji frekuensi pernafasan, pola dan dalamnya
§   Biarkan pasien memberikan gambaran tentang kerja nafasnya, buat gambaran tentang kerja nafasnya, buat gambaran dasar
§   Ubah posisi pasien tiap 2 jam
§   Siapkan dan bantu intubasi bila perlu
2. Pola nafas tidak efektif ; yang berhubungan dengan PPOM, distensi , dinding dada, kelelahan, kerja pernafasan.
Intervensi keperawatan :
§   Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
§   Beri pasien posisi untuk memudahkan pernafasan
§   Hindari sedasi / analgesik narkotik bila mungkin
§   Minimalkan distensi gaster bila ada
§   Kaji pernafasan selama tidur. Catat adanya apnea tidur / pola cheyne stokes
§   Yakinkan pasien dan beri dukungan selama waktu dispnea
§   Ijinkan pasien menggambarkan kerja pernafasan
3. Kebersihan jalan nafas tidak efektif :
Yang berhubungan dengan PPOM, peningkatan sekresi, penurunan mekanisme batuk, kelelahan.
Intervensi keperawatan
§   Kaji bunyi tiap 4 jam
§   Bantu pasien batuk dan nafas dalam
§   Hisap jalan nafas bila perlu
§   Gunakan sistem humidifikasi O²
§   Hindari sedatif dan analgesik narkotik
§   Pertahankan sistem hidrasi adekuat dengan cairan IV bila perlu sesuai indikasi
§   Hindari produk susu karena produk ini mengentalkan sputum
§   Berikan terapi fisik dada sesuai indikasi
§   Siapkan dan bantu untuk intubasi bila diindikasikan
§   Berikan bronkodilator sesuai indikasi
4. kurang pengetahuan ; yang berhubungan dengan penatalaksanaan mandiri terhadap penyakit kronis.
Intervensi keperawatan
§   Evaluasi kesiapan pasien untuk belajar
§   Pelaksanaan dengan keberadaan keluarga dianjurkan
§   Jelaskan semau prosedur dan pengobatan sebelum melakukannya
§   Biarkan pasien mendemontrasikan perilaku seperti menggunakan O², mengatur masker, beristirahat dengan posisi fowler’s, dll
§   Catat isi penyuluhan dan tingkat pemahaman pasien
5. Ansietas ; yang berhubungan dengan penyakit kritis, takut mati, perubahan peran dalam hubungan sosial, atau kecacatan permanen
Intervensi keperawatan
§   Berikan lingkungan yang mendukung diskusi terbuka tentang emosi
§   Gerakan sistem pendukung pasien dan libatkan mereka sebagai sumber yang tepat
§   Sediakan waktu untuk pasien untuk mengekspresikan dirinya
§   Identifikasi kemungkinan sumber dirumah sakit untuk pendukung pasien / keluarga
§   Validasi pasien dan pengetahuan keluarga sehubungan dengan penyakit kritis
§   Libatkan sistem pendukung religius yang tepat
6. Risiko tinggi kelebihan cairan : yang berhubungan dengan korpulmonal, infus IV, peningkatan permeabilitas kapiler pilmonal, tirah baring.
Intervensi keperawatan
§   Kaji masukan dan haluaran
§   Kaji bunyi nafas terhadap adanya crackles tiap 4 jam
§   Kaji edema
§   Evaluasi distensi vena leher dan bunyi jantung S³
§   Evaluasi dan laporkan elektrolit, dan hasil tes hematokrit, fungsi ginjal dan hati
§   Timbang berat badan tiap hari
§   Pertahankan pembatasan cairan sesuai indikasi
7. risiko tinggi gangguan perfusi jaringan : yang berhubungan dengan hematokrit tinggi, kongestif pulmonal, nutrisi buruk dengan albumin serum rendah, retensi CO² dan hipoksemia.
Intervensi keperawatan
§   Kaji bunyi nafas tiap 4 jam
§   Kaji distensi abdomen, nyeri tekan hati tiap 8 jam
§   Kaji haluaran urin dan laporkan bila < 30 CC/jam
§   Kaji mental tiap 4 jam dan bila perlu
§   Kaji nadi perifer dan edema tiap 4 jam catat berat badan tiap hari
§   Monitor oksigenasi dengan oksimetri
§   Monitor hasil laboratorium hematokrit, elektrolit, kreatinin
8. Risiko tinggi infeksi : yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk takeefektif, imobilisasi.
Intervensi keperawatan
§   Monitor suhu tiap 4 jam
§   Gunakan teknik steril pada semua bagian IV, kateter, dan penghisapan
§   Pertahankan kewaspadaan umum
§   Monitor sel darah pituh dan laporkan ketidaknormalan
§   Inspeksi dan catat warna, kekentalan dan jumlah sekresi
§   Pertahankan nutrisi adekuat
§   Berikan antibiotik sesuai indikasi
9. Risiko tinggi gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan penyakit kronis, laju metabolik tinggi, dipsnea, saat makan dan ansietas
Intervensi keperawatan
§   Evaluasi status nutrisi
§   Konsul ahli gizi untuk jumlah kalori, dan sumber penyuluhan
§   Evaluasi masukan kalori
§   Hati-hati penggunaan sedatif / hipnotik bila ada retensi CO²
§   Secara bertahap tingkatkan partisipasi dalam kegiatan sehari-hari
§   Pertahankan tambahan O² bila latihan
§   Biarkan pasien mengontrol beberapa aspek perawatan sementara menuju kemandirian kegiatan sehari-hari
                        Definisi dan nilai normal
                        fungsi pertukaran gas
Ph                   keasaman darah                        7,35 – 7,45
PaCO²                        tek. Parsial CO² dlm arteri          38 – 42 mmHg
PaO²                tek. Parsial O² darah arteri          80 – 100 mmHg
SaO²                % Hb yg jenuh dg 95%-98% O²       95% - 98%
§   Berikan kalori tinggi, tambahan asam alami rendah
§   Berikan dengan selang makanan bila secara oral tidak memenuhi
§   Gunakan hiperalimentasi bila tak dapat memenuhi kebutuhan kalori melalui PO / makanan selang
§   Timbang berat badan tiap hari
§   Evaluasi ketidakseimbangan elektrolit melalui pemeriksaan laboratorium
§   Berikan tambahan bila perlu khususnya kalium
10. Risiko tinggi kelelahan : yang berhubungan dengan retensi CO², hipoksemia, emosi terfokus pada pernafasan, apnea tidur, penyakit kronis.
Intervensi keperawatan
§   Hindari mengganggu saat tidur
§   Rencanakan aktifitas dengan istirahat
Kesimpulan :
Gangguan fisiologik pada PPOM
1. Gangguan ventilasi yang berhubungan dengan obstruksi jalan nafas hipo ventilasi retensi CO² hiperkapnia CO² T
2. gangguan penyebaran gas – gas didalam paru
3. gangguan sirkulasi darah paru
4. gangguan difusi gas-gas dalam alveoli, mengakibatkan ketidak seimbangan ventilasi perfusi hipoksemia















0 komentar: