Kamis, 05 Januari 2012

konsep nyeri


KATA PENGANTAR


Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayh, ridho, dan serta tidak lupa shalawat dan salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Konsep Nyeri”. Adapun tujuan dasar dibuatnya makalah ini untuk membantu para akademis khususnya mahasiswa Keperawatan yang sedang mempelajari Konsep Nyeri. Selain itu, masih minimnya pengetahuan tentang Konsep Nyeri.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini yang mendorong kelompok kami untuk minta kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar makalah ini dapat disempurnakan di waktu yang akan datang. Akhir kata, kelompok kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Konsep Nyeri. Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb


Palembang, Mei 2010


                                                                                                 Penulis


PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Nyeri adalah keluhan yang sering kita jumpai dalam praktik sehari-hari. Pengalaman nyeri dapat dibagi 3 bagian : nosisentif, respons subyektif/kognitif terhadap masukan nosiseptif dan respons perilaku terhadap masukan. Sensasi nyeri dapat dirasakan berasal dari seluruh bagian tubuh kita karena pada umumnya seluruh jaringan tubuh mendapat persarafan. Karena itu pasien dapat datang karena keluhan nyeri kepala, nyeri di bagian mata atau telinga, nyeri dada, nyeri pinggang, nyeri dalam perut, nyeri daerah panggul, nyeri lutut, nyeri tumit dan sebagainya. Sensasi nyeri ini dapat bervariasi. Dari gambaran di atas dapat dimengerti bahwa tidaklah mudah untuk menangani kasus dengan keluhan nyeri. Kesulitan ini bertambah bila nyeri berasal visera.
Nyeri tak dapat ditunjukkan dengan tepat lokasinya, seringkali bahkan tumpang tindih dengan komponen nyeri rujukan, belum lagi tambahan penyulit dari kon psikologinya. Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
a)      Apa yang dimaksud dengan Nyeri?
b)      Apa perbedaan antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis?
c)      Bagaimana akibat negatif dari nyeri?
d)     Mejelaskan bagaimana persepsi terhadap nyeri?
e)      Menjelaaskan bagaiman pengkajian keperawatan tentang nyeri?

1.3. TUJUAN
a)      Untuk mengetahui definisi dari Nyeri
b)      Membedakan antara Nyeri Akut dan Nyeri Kronis
c)      Mengetahui akibat-akibat negatif dari nyeri
d)     Mengetahui bagaimana persepsi terhadap nyeri
e)      Mengetahui bagaimana keperawatan tentang nyeri

1.4. METODE
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan menggunakan study pustaka, dengan mencari dari berbagai sumber tentang Konse Nyeri, baik dalam buku maupun melalui internet.


KONSEP NYERI

2.1. DEFINISI
            Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin J.E.).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan.
Definisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya. Keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien bahwa itu ada. Definisi ini berdasarkan dua pokok penting.
Pertama, perawat percaya kepada pasien pada saat mereka menunjukkan bahwa mereka merasakan nyeri. Nyeri dianggap nyata meskipun tidak ada penyebab fisik atau sumber yang dapat didentifikasi. Kebanyakan sensasi nyeri adalah akibat dari stimuli fisik dan mental atau stimuli emosional. Oleh karena itu, mengkaji nyeri individu mencakup pengumpulan informasi tentang penyebsb fisik dari nyeri juga faktor mental dan emosional yang mempengaruhi persepsi individu terhadap nyeri.
Pokok penting yang harus slalu diingat adalah, apa yang ”dikatakan” pasien tentang nyeri adalah tidak ada pernyataan verbal. Perawat juga bertanggung jawab terhadap pengamatan perilaku nonverbal yang dapat terjadi bersama nyeri.

2.2. NYERI AKUT VERSUS KRONIK
Bersarkan durasi/lamanya
2.2.1. Nyeri Akut
Nyeri akut biasanya datangnya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan, nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akkut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan.
Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara sepotan atau dapat memerlukan pengobatan. Sebagai contoh, jari yang tertusuk biasanya sembuh dengan cepat, barangkali dalam beberapa detik atau beberapa menit.

2.2.2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung diluar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis tidak mempunyai waaktu yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan kepada penyebabnya.
Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan nyeri kronis. Suatu periode nyeri dapat mempunyai karakteristik nyeri kronis sebelum 6 bulan telah berlalu, atau beberapa jenis nyeri dapat tetap bersifat akut secara primer selama lebih dari 6 bulan.


No

Nyeri akut
Nyeri kronis
1
Peristiwa baru, tiba-tiba, durasi singkat
Pengalaman nyeri yang menetap / kontinyu selama lebih dari 6 bulan
2
Berkaitan dengan penyakit akut, operasi, prosedur pengobatan atau trauma
Intensitas nyeri sukar untuk diturunkan
3
Sifat nyeri jelas dan mungkin untuk hilang
Sifatnya kurang jelas dan kecil kemungkinan untuk sembuh / hilang
4
Timbul akibat stimulus langsung rangsang noksius misalnya mekanik, inflamasi
Rasa nyeri biasanya meningkat
5
Umumnya bersifat sementara yaitu sampai dengan penyembuhan
Dikategorikan sebagai :
a. Nyeri kronis maligna
Jika nyeri berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif lainnya
b. Nyeri kronis Non maligna
Jika nyeri  akibat kerusakan jaringan non progresif lalu yang telah mengalami penyembuhan
6
Area nyeri  dapat diidentifikasi. Rasa nyeri cepat berkurang
Area nyeri tidak mudah diidentifikasi.

Berdasarkan Intensitas
a. Nyeri Berat
b. Nyeri Sedang
c. Nyeri Ringan
Untuk mengukur intensitas nyeri yang dirasakan seseorang, dapat digunakan alat bantu yaitu dengan skala nyeri. Skala nyeri yang umum digunakan adalah cara Mc.Gill dengan menggunakan skala 0-5 :
0 = tidak ada nyeri
1 = nyeri ringan
2 = tidak menyenangkan
3 = mengganggu
4 = menakutkan
5 = sangat menakutkan
Skala ini disebut dengan "The Present Pain Intensity". Pada skala ini pasien akan menunjukkan lokasi timbulnya hantaran yang mempengaruhi sampai menjadi gangguan nyeri yang berat.
Pengkajian yang lebih sederhana dan mudah dilakukan adalah menggunakan skala 0-10, yaitu analog visual skala dengan cara menyatakan sejauh mana nyeri yang dirasakan klien.
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1) skala intensitas nyeri deskritif 
Keterangan :
0     : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeriberat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
2.3 EFEK MEMBAHAYAKAN DARI NYERI
2.3.1. Nyeri Akut
Tanpa melihat sifat, pola atau penyebab nyeri, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkanya. Selain merasakan ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonari, kardiovaskular, dan gastrointestinal. Respon stress yang terjadi dengan trauma juga terjadi dengan penyebab nyeri hebat lainnya.
Respon stres dapat meningkatkan resiko pasien tergadap gangguan fisiologis. Pasien dengan nyeri hebat dan stres yang berkaitan dengan nyeri dapat tidak mampu untuk nafas dalam dan mengalami peningkatan nyeri dan mobilitas menurun. Pereda nyeri yang efektif dapat mengakibatkan penyembuhan yang lebih cepat dan kembali ketingkat aktivitas sebelumnya lebih cepat, termasuk bekerja.
2.3.2. Nyeri Kronis
Sama seperti halnya nyeri akut yang mempunyai efek negatif, nyeri kronis juga mempunyai efek yang merugikan. Supresi fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri kronis dapat meningkatkan pertumbuhan tumor. Tambahan pula, nyeri kronis sering mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan. Pasien mungkin tidak mampu untuk melanjutkan aktivitas dan melakukan hubungan interpersonal sebelum nyeri mulaai terjadi. Ketidakmampuan ini dapat berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian dan makan.
2.4. Fisiologi nyeri
Nyeri terjadi bila ada kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Kerusakan jaringan (yang bisa disebabkan oleh thermal, mekanik, dsb; seperti tercantum dalam tipe nyeri), menyebabkan lepasnya mediator nyeri seperti bradikinin, histamin, asetilkolin, serotinin, angiotensin, vasopresin yang memberikan sinyal kepada reseptor nyeri (yang berupa akhiran syaraf bebas yang terletak di hampir seluruh tubuh), sehingga impuls tersebut dihantarkan ke otak melalui penghantar impuls nyeri (serat afferen) ke otak untuk diolah dan diterjemahkan.
Secara jelas proses terjadinya nyeri adalah sebagai berikut:
Adanya stimulus menyebabkan reseptor di kulit terangsang sehingga mengirimkan impuls melalui syaraf tipe III (serabut syaraf Delta A) yang bersifat aferen sensoris sehingga sampai di medula spinalis cornu posterior. Pada radiks posterior, rangsang dari serabut tebal (Delta A Bermielin) memperkuat tekanan pada sel dalam substansia gelatinosa sehingga sel substansia gelatinosa menyempit dan menyebabkan rangsangan sel T (sel transmisi sentral pada radiks posterior) menjadi lemah. Akibat hantaran impuls yang relatif cepat, impuls diteruskan melalui traktus spinothalamicus memasuki thalamus untuk memberi tahu rasa nyeri diteruskan ke daerah postcentralis cortex cerebri.
Bersamaan dengan impuls yang dibawa serabut aferen untuk menghantarkan persepsi nyeri ke pusat, terjadi pula refleks yang memberitahukan bahwa pada jaringan di sekitar kulit (sensori) sedang mengalami kerusakan yang menimbulkan rasa nyeri sehingga terjadi gerakan untuk menjauhi sumber nyeri. Perjalanan impuls refleks ini tentu saja melalui lengkung refleks. Lintasan untuk membangkitkan refleks tersebut tidak langsung berjalan ke motor neuron anterior melainkan mula-mula ke dalam kelompok interneuron dan kemudian ke motor neuron. Sirkuit tersingkat yang mungkin adalah suatu arkus 3-4 neuron, tetapi kebanyakan dari sinyal refleks tersebar melalui jauh lebih banyak neuron, hal ini menyangkut sirkuit-sirkuit utama :
- sirkuit devergens penyebaran refleks-refleks ke otot yang penting untuk penarikan diri, dalam hal ini bicep brachii.
- Sirkuit inhibisi otot-otot antagonis dengan bicep dalam hal ini triceps
Selain refleks fleksor yang bersifat nociceptik tersebut menyebabkan jauhnya lengan dengan sumber asal rangsang yang menimbulkan nyeri pada kulit, juga terjadi refleks mengusap bagian yang nyeri dengan tujuan untuk mengurangi rasa nyeri. Jadi setelah corteks cerebri mengetahui lokasi rasa nyeri, maka dengan segera respon dikirim melalui serabut eferen motorik ke efektor.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
2.5. PENGKAJIAN KLIEN DENGAN NYERI
Pengkajian pada nyeri adalah hal yang sangat penting. Yang termasuk pada pengkajian nyeri adalah pengkajian subjektif dan objektif, yaitu gambaran pernyataan individu dari nyeri yang dirasakan serta observasi perilaku individu tersebut.
Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar untuk bebas dari nyeri dan ketidaknyamanan. Manusia akan termotivasi untuk menghindari nyeri .Nyeri dapat terjadi sebagai hasil ketidak adequatan dari pemenuhan kubutuhan dasar manusia. Sebagai contoh, jika kebutuhan eliminasi urine tidak terpenuhi karena terhambat oleh adanya batu ginjal, maka nyeri akan terjadi. Sebagian dari pengkajian keperawatan adalah untuk mengidentifikasi beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi yang berkaitan dengan nyeri. Pengkajian nyeri sulit karena tidak ada alat ukur objektif untuk nyeri. Selain itu juga faktor psikologi dan somatik sangat mempengaruhi nyeri. Tiap individu mempunyai cara yang unik untuk mengekspresikan rasa nyerinya. Begitu juga cara tiap individu melaporkan atau mengartikan rasa nyeri akan berbeda-beda. Hal ini yang akan menyulitkan perawat untuk melakukan pengkajian nyeri. Sebagai contoh, seorang perawat bisa saja menginterpretasikann nyeri seseorang sesuai dengan pengalaman pribadinya daripada memperhatikan penampilan klien.
2.5.1. Mengkaji Persepsi Nyeri
Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mengkaji persepsi nyeri seseorang. Agar alat-alat pengkajian nyeri dapat bermanfaat, alat tersebut harus memenuhi kriteria berikut:
  • Mudah dimengerti dan digunakan
  • Memerlukan sedikit upaya pada pihak pasien
  • Mudah dinilai
  • Sensitif terhadap perubahan kecil dalam intensitas nyeri
Alat-alat pengkajian nyeri dapat digunakan untuk mendokumentasikan kebutuhan intervensi, untuk mengevaluasi efektivitas intervensi dan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan intervensi alternatif atau tambahan jika intervensi sebelumnya tidak efektif dalam meredakan nyeri individu.
Deskripsi Verbal tentang Nyeri. Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya. Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam beberapa cara sbb:
·         Intensitas Nyeri. Individual daapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal (mis: tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sangat hebat)
·         Karakteristik Nyeri, termasuk letak (area dimana nyeri pada berbagai organ), durasi (menit, jam, hari, bulan), irama (terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri) dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, seperti terbakar, sakit, nyeri seperti digencet)
·         Faktor-faktor yang Meredakan Nyeri (mis, gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas) apa yang dipercaya pasien dapat membantu mengatasi nyerinya.
·         Efek Nyeri Terhadap Aktivitas Kehidupan sehari-hari (mis; tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan aktivitas-aktivitas santai).
·         Kekhawatiran Individu tentang Nyeri. Dapat meliputi berbagai maasalah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubaahan citra diri.
·         Skala Analogi Visual (VAS), yang telah dibahas pada bab sebelumnya sangat berguna dalam mengkaji intensitas nyeri. Skala tersebut adalah berbentuk garis horizontal sepanjang 10 cm, dan ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi di sepanjang rentang tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan "tidak ada" atau " tidak nyeri", sedangkan ujung kanan biasanya menandakan "berat" atau ” nyeri yang paling buruk". Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis dari "tidak ada nyeri" diukur dan ditulis dalam sentimeter.


SKALA ITENSITAS NYERI











Skala intensitas nyeri Deskriptif Sederhana*
 





Skala intensitas nyeri numerik 0-10*
 
 














                        

















Skala analog visual (VAS)**
 






Tidak ada nyeri
 

Nyeri sehebat yang dapat terjadi
 
 
























  • *Jika digunakan sebagai grafik skala peringkat, dianjurksn nilai dasar 10 cm
  • **Nilai dasar 10 cm dianjurkan untuk skala VAS

Dikarenakan nyeri merupakan pengalaman interpersonal, perawat harus menayakannya secara langsung kepada klien.
2.5.2. Mengkaji Respon Fisiologik dan Perilaku Terhadap Nyeri
Indikator fisiologis dan perilaku nyeri yang dapat diamati dapat saja minimal atau tidak ada; namun demikian, hal ini bukan berarti bahwa pasien tidak mengalami nyeri.
Indikator Fisiologis Nyeri. Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indikator nyeri yang lebih akurat dibanding laporan verbal pasien. Respon involunter ini seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, pucat dan berkeringat adalah indikator saraf otonom, bukan nyeri.
Frekuensi jantung pasien dapat menurun dalam berespons terhadap nyeri akut dan meningkat hanya setelah nyeri hilang. Pasien yang mengalami nyeri akut yang hebat mungkin tidak menunjukan frekuensi pernafasan yang meningkat, tetapi akan menahan nafasnya. Sedangkan pasien dengan nyeri kronis yang sangat dalam dapat tidak menunjukkan perubahan fisiologik.
Respon Perilaku terhadap Nyeri. Repon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyatan verbal, perilaku vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan oranng lain, atau perubahan respons terhadap lingkungan. Individu yang mengalami nyeri akut dapat menangis, merintih,  merengut, tidak menggerakan bagian tubuh, mengepal.

2.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor yaitu:
Arti nyeri terhadap individu. Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.

Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri, Adalah menarik untuk berharap diamana individu yang mempunyai pengalaman multipel dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Individu dengan pengalaman nyeri berulang dapat mengetahui ketakutan peningkatan nyeri dan pengobatanya yang tidak adekuat. Sekali individu mengalami nyeri berat, individu tersebut mengetahui hanya seberapa berat nyeri itu dapat terjadi. Sebaliknya, individu yang tidak pernah mengalami nyeri hebat tidak mempunyai rasa takut terhadap nyeri itu.
Budaya dan Nyeri. Budaya mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri (bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang berperilaku dalam berespon terhadap nyeri). Namun, budaya tidak mempengaruhi persepsi nyeri.
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
Support keluarga dan sosial. Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindung.
Usia dan Nyeri. Pengaruh usia pada persepasi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara luas. Cara anak-anak merespon nyeri dapat berbeda dengan cara orang yang lebih dewasa dan sudah lansia. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri sehingga perawat harus mengkaji responnyeri ada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologisdan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yangdialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalanidan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
Jenis Kelamin (seks, dll). Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
Ansietas. Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
Efek Plasebo. Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap penobatan atau tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan atau tindakan tersebut akan memberikan hasil bukan karena tindakan atau pengobatan tersebut benar-benar bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah memberikan efek positif.
Hubungan pasien-perawat dapat juga menjadi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek plasebo.
Karena kesalahan persepsi tentang plasebo dan efek plasebo, prinsip-prinsip dan petunjuk-petunjuk berikut garus slalu diingat:
·   Efek Plasebo bukan suatu indikasi bahwa seseorang tidak mengalami nyeri; sebaliknya, adalah suatu respons fisiologis yang nyata.
·   Plasebo tidak boleh digunakan untuk menguji kejujuran seseorang tentang nyeri atau sebagai pengobatan garis depan.
·   Respon positif terhadap Plasebo, yaitu menurunkan nyeri, jangan pernah diinterprestasikan sebagai suatu indikasi bahwa nyeri yang dialami pasien tidak nyata.
·   Pasien jangan pernah marah diberikan suatu plasebo (pil gula) sebagai suatu pengganti analgasik. Meskipun plasebo dapat menghasilkan analgesia, pasien yang menerima plasebo dapat melaporkan nyerinya hilang atau mereka mengatakan merasakan sedikit lebih baik agar tidak mengecewakan pasien.
2.6 RESPON PSIKOLOGIS
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien.
Arti nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain :
1) Bahaya atau merusak
2) Komplikasi seperti infeksi
3) Penyakit yang berulang
4) Penyakit baru
5) Penyakit yang fatal
6) Peningkatan ketidakmampuan
7) Kehilangan mobilitas
8) Menjadi tua
9) Sembuh
10) Perlu untuk penyembuhan
11) Hukuman untuk berdosa
12) Tantangan
13) Penghargaan terhadap penderitaan orang lain
14) Sesuatu yang harus ditoleransi
15) Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki
Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu dan juga faktor sosial budaya.


PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologikal. Dua kategori dasar dari nyeri yang secara umum diketahui: nyeri akut dan nyeri kronis.
Nyeri akut biasanya datangnya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Dan Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan nyeri kronis.
Dalam pengkajian keperawatan tentang nyeri Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam beberapa cara yaitu Intensitas Nyeri, Karakteristik Nyeri, Faktor-faktor yang Meredakan Nyeri, Efek Nyeri Terhadap Aktivitas Kehidupan sehari-hari, Kekhawatiran Individu tentang Nyeri.

0 komentar: