Kamis, 05 Januari 2012

makalah plasenta previa


BAB 1
PENDAHULUAN

Implantasi plasenta normalnya terletak di bagian fundus (bagian puncak atau atas rahim). Bisa agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah apalagi menutupi jalan lahir. Patahan jalan lahir ini adalah ostium uteri internum, sedangkan dari luar dari arah vagina disebut ostium uteri eksternum.
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Plasenta previa merupakan salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Secara sederhana, rahim berbentuk segitiga terbalik, atau bisa juga dibayangkan seperti daun waru (clover) terbalik dengan tangkai di bawah. Bagian "tangkai" ini berbentuk seperti tabung atau corong (dikenal sebagai leher rahim) dengan ujung terbuka (dikenal sebagai mulut rahim).
Normalnya plasenta terletak di bagian fundus (bagian puncak/atas rahim), bisa agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah apalagi menutupi jalan lahir.
Patokan jalan lahir ini adalah ostium uteri internum (disingkat OUI, yaitu mulut rahim bila dilihat dari bagian dalam rahim). Kalau dilihat dari luar - dari arah vagina - disebut ostium uteri eksterum. Plasenta atau ari-ari terdiri dari vili-vili dan kotiledon yang berfungsi untuk jalan makanan dan oksigen bagi janin. Makanan akan diantar melalui peredaran darah yang sebelumnya disaring terlebih dahulu melalui plasenta. Plasenta juga menyaring racun maupun obat-obatan yang membahayakan janin. Pada usia kehamilan awal, lokasi plasenta berada pada bagian bawah rahim, dekat dengan jalan lahir, tetapi seiring dengan perkembangan janin dan pembesaran rahim maka plasenta bergeser ke atas sehingga menempati lokasi pada korpus atau fundus (bagian atas) rahim pada triwulan ketiga. Pada plasenta previa, plasenta berada pada lokasi yang tidak seharusnya yaitu di segmen rahim bagian bawah atau dekat dengan jalan lahir meskipun perkembangan janin sudah memasuki triwulan ketiga. Plasenta previa terjadi pada 1 dari 200 kehamilan dan merupakan penyebab kematian tertinggi janin akibat kelahiran preterm (sebelum waktunya). Selain itu kejadian anomali kongenital (kelainan bawaan di dalam rahim) meningkat sebanyak 2,5 kali lebih tinggi pada plasenta previa.

1.1. TUJUAN
  1. Menjelaskan pengertian plasenta previa
  2. Menjelaskan klasifikasi plasenta previa
  3. Menjelaskan etiologi plasenta previa
  4. Menegakkan diagnosa dan gambaran klinis plasenta previa
  5. Menjelaskan pengaruh plasenta previa terhadap kehamilan
  6. Menjelaskan pengaruh plasenta previa terhadap partus
  7. Menjelaskan komplikasi plasenta previa
  8. Menjelaskan penanganan plasenta previa
BAB 2
ISI

2.1. PENGERTIAN

  1. Placenta-previa artinya "plasenta di depan" (previa=depan). Artinya, plasenta berada lebih "depan" daripada janin yang hendak keluar. Angka kejadiannya sekitar 3-6 dari 1000 kehamilan
  2. Placenta previa adalah penyebab yang paling umum dari perdarahan tanpa rasa sakit pada stadium-stadium kemudian kehamilan (setelah minggu ke-20). Placenta adalah organ sementara yang menghubungkan ibu dan fetus dan mengirim oksigen dan nutrisi-nutrisi dari ibu ke fetus. Placenta berbentuk cakram dan pada masa sepenuhnya berukuran kira-kira tujuh inches dalam diameternya (garis tengahnya). Placenta melekat pada dinding kandungan (uterus). Placenta previa adalah komplikasi yang berakibat dari placenta tertanam dekat pada, atau overlying, saluran keluar dari uterus (kandungan). Karena placenta kaya dalam pembuluh-pembuluh darah, jika ia tertanam dekat saluran keluar dari kandungan (mulut dari seviks), perdarahan dapat terjadi ketika serviks (leher rahim) melebar atau meregang.
  3. Plasenta dengan implantasi disekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh Osteum Uteri Internum.
  4. Suatu keadaan dimana insersi plasenta tidak di fundus uteri, melainkan di segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian atau seluruh Osteum uteri Internum pada kehamilan 28 minggu atau lebih.
  5. Suatu keadaan dimana jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri jauh dari osteum internum servisis tetapi sangat dekat atau pada Osteum Internum.
2.2. KLASIFIKASI
2.2.1. Placenta previa dibagi atas 4:
  1. 1.Placenta previa totalis, bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
  2. Placenta previa partialis, bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada posisi inipun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
  3. Placenta previa marginalis, bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
  4. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga dangerous placenta), posisi plasenta beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal hat-hati.
2.2.2. Faktor risiko terjadinya plasenta previa :
  1. Peningkatan usia ibu (>35 tahun)
  2. Multiparitas
Penelitian dari Babinszki dkk melaporkan bahwa kejadian plasenta previa 2,2% lebih tinggi pada
wanita yang sudah memiliki anak 5 atau lebih dibandingkan mereka yang memiliki anak lebih sedikit
  1. Tindakan kebidanan
Riwayat kuretase setelah abortus
  1. Operasi Caesar
Melahirkan dengan operasi caesar mengakibatkan parut di dalam rahim. Kejadian meningkat pada wanita yang sudah melakukan 2 kali atau lebih operasi caesar
  1. Merokok
William dkk menemukan risiko relatif kejadian plasenta previa meningkat 2-4 kali pada wanita yang merokok. Hal tersebut terjadi karena karbondioksida yang terhisap mampu menyebabkan hipertrofi (pembesaran) dari plasenta serta menyebabkan peradangan dan berkurangnya vaskularisasi (pendarahan) plasenta sehingga mempengaruhi perkembangan dari plasenta.
  1. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
  2. Riwayat aborsi.
  3. Kehamilan ganda.
  4. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit permukaan bagi penempatan plasenta.
  5. Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
  6. Adanya trauma selama kehamilan.
  7. Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
  8. Mendapat tindakan Kuretase.
2.3. TANDA DAN GEJALA
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas (70%-80%) dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup dalam keparahan dari ringan sampai parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta previa. Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.

2.3.1. Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

2.3.2. Gejala Klinik
1.      Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
2.      Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya rasa sakit.
3.      Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4.      Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
5.      Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

2.4. DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis perdarahan diakibatkan oleh plasenta previa diperlukan anamnesis dan pemeriksaan obstetrik. Dapat juga dilakukan pemeriksaaan hematokrit. Pemeriksaan bagian luar terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Pemeriksaan inspekulo bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks atau vagina seperti erosro porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri polipus serviks uteri, varises vulva dan trauma.
2.4.1. Pemeriksaan penunjang
Metode paling mudah, sederhana, dan aman untuk mengetahui letak plasenta adalah melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) transabdominal yang dapat memperlihatkan lokasi plasenta dengan keakuratan yang tinggi sekitar 96%
2.4.2. Terapi
Wanita dengan plasenta previa yang memerlukan perhatian lebih yaitu :
    1. Ibu dengan janin preterm namun sudah ada tanda-tanda ingin melahirkan
    2. Ibu dengan janin yang sudah cukup bulan
    3. Ibu yang sedang melahirkan
    4. Ibu dengan perdarahan sangat hebat yang berbahaya bagi kelangsungan hidup ibu maupun janin
]2.4.3. Tatalaksana pada wanita plasenta previa adalah:
1.      Evaluasi kondisi ibu dan janin setelah perdarahan terjadi
2.      Bedrest (istirahat) total
3.      Menghindari hubungan seksual sampai follow up USG menunjukkan perpindahan plasenta ke tempat seharusnya
4.      Pemeriksaan USG teratur setiap 4 minggu
5.      Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari namun tidak boleh berlebihan
6.      Kewaspadaan untuk terjadinya perdarahan lagi
7.      Perawatan di rumah sakit apabila terjadi perdarahan berulang atau sudah saatnya untuk melahirkan
8.      Operasi caesar Risiko perdarahan selama melahirkan tetap dapat terjadi karena kontraksi dari segmen rahim bagian bawah yang lemah maupun perlekatan dari plasenta. Karena itu apabila perdarahan hebat terjadi selama melahirkan dan tidak dapat dihentikan dengan metode konvensional (mengikat pembuluh darah, insisi transversal) maka histerektomi (pengangkatan rahim) adalah tindakan yang perlu untuk dilakukan.

2.5. KOMPLIKASI-KOMPLIKASI YANG MUNGKIN DARI PLACENTA
PREVIA
Placenta previa dapat dihubungkan dengan kelainan-kelainan lain dari placenta atau dari tali pusar (umbilical cord). Beberapa studi-studi telah menunjukan pengurangan pada pertumbuhan yang dihubungkan dengan placenta previa, dan kehadiran dari placenta pada bagian yang lebih bawah dari kandungan membuat kelahiran sungsang atau presentasi abnormal dari fetus lebih mungkin.
Perdarahan dari placenta previa dapat meningkatkan risiko untuk preterm premature rupture of the membranes (PPROM), menjurus pada kelahiran prematur. Placenta accreta adalah komplikasi yang serius yang terjadi pada 5% sampai 10% dari wanita-wanita dengan placenta previa. Placenta accreta berakibat ketika jaringan placenta tumbuh terlalu dalam kedalam kandungan, yang melekat pada lapisan otot, berakibat pada kesulitan memisahkan placenta dari dinding kandungan pada kelahiran. Komplikasi ini dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa dan umumnya memerlukan hysterectomy pada saat kelahiran Cesarean. Akhirnya, seperti dengan komplikasi-komplikasi lain dari kelahiran, placenta previa dapat mempunyai dampak emosi yang signifikan pada wanita yang hamil.

2.5.1. Komplikasi
1.     Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
2.     Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi (operasi pengangkatan rahim)
3.     Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
4.      Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
5.     Kecacatan pada bayi

2.5.2. Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah plasenta previa karena penyebab pasti dari plasenta previa belum ditemukan. Yang harus dilakukan adalah mencoba menghindari faktor risiko seperti merokok.

2.5.3. Kapan ke dokter
Segeralah datang ke dokter apabila pada wanita yang sedang hamil terjadi perdarahan yang tidak nyeri, berwarna merah segar, dan terutama terjadi pada triwulan ke-2 akhir. Plasenta previa juga dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG secara berkala meskipun tidak ada gejala perdarahan.
Placenta previa adalah penyebab yang paling umum dari perdarahan tanpa rasa sakit pada stadium-stadium kemudian kehamilan (setelah minggu ke-20). Placenta adalah organ sementara yang menghubungkan ibu dan fetus dan mengirim oksigen dan nutrisi-nutrisi dari ibu ke fetus. Placenta berbentuk cakram dan pada masa sepenuhnya berukuran kira-kira tujuh inches dalam diameternya (garis tengahnya). Placenta melekat pada dinding kandungan (uterus). Placenta previa adalah komplikasi yang berakibat dari placenta tertanam dekat pada, atau overlying, saluran keluar dari uterus (kandungan). Karena placenta kaya dalam pembuluh-pembuluh darah, jika ia tertanam dekat saluran keluar dari kandungan (mulut dari seviks), perdarahan dapat terjadi ketika serviks (leher rahim) melebar atau meregang.

2.6. PENATALAKSANAAN /TERAPI SPESIFIK
  1. Terapi ekspektatif
-          Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik. Syarat pemberian terapi ekspektatif :
a.       Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b.      Belum ada tanda-tanda in partu.
c.       Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
d.      Janin masih hidup.
-          Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
-          Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
-          Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
1.      MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
2.      Nifedipin 3 x 20 mg/hari
3.      Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
-          Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
-          Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
-          Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.
  1. Terapi aktif (tindakan segera)
-          Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.
-          Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
-          Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
-          Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
-          Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal : anensefali)
-          Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)

2.6.1.      Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
1.      Seksio Cesaria (SC)
-          Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.
-          Tujuan SC antara lain :
a.       Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
b.      Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
-          Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.
-          Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu
-          Lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2.      Melahirkan pervaginam
-          Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
-          Amniotomi dan akselerasi Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin.
-          Versi Braxton Hicks Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
-          Traksi dengan Cunam Willet Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placentadan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.

BAB 3
PENUTUP


3.1. KESIMPULAN
Solulusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir diberi beragam sebutan; abruption plasenta, accidental haemorage. Keadaan klien dengan solutio plasenta memiliki beberapa macam berdasarkan tingkat keparahannya, tingkat keparahan ini dilihat dari volume perdarahan yang terjadi mulai dari solutio ringan hingga berat.Trauma langsung abdomen, hipertensi ibu hamil, umbilicus pendek atau lilitan tali pusat, janin terlalu aktiv sehingga plasenta dapat terlepas, tekanan pada vena kafa inferior, dan lain-lain diketahui bahwa sebagai penyebab dari solution plasenta.
Beberapa faktor yang menjadi faktor predisposisi solution plasenta itu sendiri didapat dan diketahui mulai dari faktor fisik dan psikologis dengan kata lain ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan klien yang  dapat mendukung timbulnya solution plasenta. Adapun komplikasi dari solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung. Komplikasi terparah dari solution plsenta dapat mengakibatkan syok dari perdarahan yang terjadi, keadaan seperti ini sangat berpengaruh pada keselamatan dari ibu dan janin. Penatalaksanaan dari solution plaseenta dapat dilakukan secara konservatif dan secara aktif. Masing-masing dari penatalaksaan tersebut mempunyai tujuan demi keselamatan baik bagi ibu, janin, ataupuun keduanya.

3.2. SARAN
1.      Diharapkan bidan serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan mendalami dari solution plasenta.
2.      Bidant  serta tenaga kesehatan l;ainnya mampu meminimalkan faktor risiko dari solution plasenta demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak.
3.      Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan prasarana  yang dibutuhkan dalm kejadian-kejadian abnormalitas ibu terkait dengan kehamilan dan persalinan.
4.      Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini dan mampu mengurangi jumlah mortalitas padaibu dan janin.
5.      Pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dapat mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
6.      Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.











DAFTAR PUSTAKA


  1. Cunningham FG, dkk,. 2001.  Obstetrical haemorrhage. Wiliam obstetrics 21 th  edition. Lange USA: Prentice Hall International Inc Appleton.
  2. Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001.  Rencana perawatan maternal/bayi . Edisi 2. Jakarta: EGC
  3. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/karakteristik-kasus-solusio plasenta-di-bagian-obstetri-dan-ginekologi-rsud-arifin-achmad-pekanbaru-periode-1-januari-2002-31-desember-2006/. Diakses tanggal 22 Maret 2008.








0 komentar: