BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kalium adalah penting untuk fungsi normal
dari otot, jantung, dan saraf. Hal ini memainkan peran penting dalam mengontrol
aktivitas otot polos (seperti otot yang ditemukan di saluran pencernaan) dan
otot rangka (otot-otot ekstremitas dan dada), serta otot-otot jantung. Hal ini
juga penting untuk transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam
tubuh.
Kadar normal kalium sangat penting untuk
menjaga irama jantung normal listrik. Kedua kadar kalium darah rendah (
hipokalemia ) dan kadar kalium darah tinggi (hiperkalemia) dapat menyebabkan
ritme jantung abnormal .
Hyperkalemia adalah umum, hal itu
didiagnosis pada sampai dengan 8% dari pasien rawat inap di AS Untungnya,
kebanyakan pasien memiliki hiperkalemia ringan (yang biasanya ditoleransi
dengan baik). Namun, kondisi yang menyebabkan hiperkalemia ringan bahkan harus
diobati untuk mencegah perkembangan ke hiperkalemia yang lebih parah. Tingkat
yang sangat tinggi kalium dalam darah (hiperkalemia berat) dapat
menyebabkanserangan jantung dan kematian.Bila tidak dikenali dan diobati dengan
benar, hasil hiperkalemia berat dalam tingkat kematian sekitar 67%.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan Hiperkalemia dan Hipokalemia ?
2. Apa
penyebab seseorang dapat menderita Hiperkalemia dan Hipokalemia?
3. Bagaimana
Patofisiologi Hiperkalemia dan Hipokalemia?
4. Bagaimana
Manifestasi Klinis Penderita Hiperkalemia dan Hipokalemia ?
6. Bagaimana
Pemeriksaan Dignostik pada penderita Hiperkalemia dan Hipokalemia ?
7. Bagaimana
Penatalaksanaan Medis penderita Hiperkalemia dan Hipokalemia ?
8. Bagaimana
Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Klien yang mengalami Hiperkalemia dan Hipokalemia?
Metode
Penulisan
Metode yang digunakan penulis dalam
penyusunan makalah yang berjudul “Hiperkalemia dan Hipokalemia” ini adalah
Berdasarkan metode literature (pustaka) dan mengintisarikan buku-buku pustaka.
1.4
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni :
1.4.1
Tujuan
umum
Tujuan
penelitian ini secara umum adalah agar mahasiswa dapat memahami penyakit Hiperkalemia dan Hipokalemia, sehingga mampu membuat Asuhan Keperawatan pada penderita Hiperkalemia
dan Hipokalemia
1.4.2
Tujuan
khusus
Tujuan
penelitian ini secara khusus adalah
1.
Mahasiswa
mampu memahami penyakit Hiperkalemia
dan Hipokalemia
2.
Mahasiswa
Mampu membuat
Asuhan keperawatan pada klien penderita Hiperkalemia
dan Hipokalemia
1.5
Manfaat
Penulisan
Manfaat penulisan ini baik bagi rumah
sakit, pendidikan, masyarakat adalah :
2.1
Bagi mahasiswa
Dapat
menambah pengetahuan dan informasi yang dapat menambah wawasan dalam bidang
kesehatan khususnya yang berhubungan dengan Hiperkalemia dan Hipokalemia serta
bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang nyata tentang Hiperkalemia dan
Hipokalemia.
2. Bagi Rumah Sakit
Memberikan
informasi, sumbangan pemikiran serta bahan pertimbangan dalam melaksanakan
Asuhan Keperawatan pada pasien penderita Hiperkalemia dan Hipokalemia.
3.
Bagi institusi Pendidikan
Merupakan
umpan balik terhadap penerapan teori secara terpadu oleh mahasiswa dan akan berguna
untuk memeperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 HIPERKALEMIA
2.1.1 Definisi Hiperkalemia
Hyperkalemia (kadar kalium
darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih dari
5 mEq/L
Hyperkalemia
adalah suatu kondisi di mana terlalu banyak kalium dalam darah. Sebagian besar
kalium dalam tubuh (98%) ditemukan dalam sel dan organ. Hanya jumlah kecil
beredar dalam aliran darah. Kalium membantu sel-sel saraf dan otot, termasuk
fungsi, jantung. Ginjal biasanya mempertahankan tingkat kalium dalam darah,
namun jika Anda memiliki penyakit ginjal - penyebab paling umum dari
hiperkalemia - kadar kalium dapat membangun. Obat atau diet juga dapat
mempengaruhi jumlah kalium dalam darah. Hiperkalemia dapat mengancam kehidupan
dan harus segera diobati.
2.1.2
Etiologi
a.
Pengambilandarah
vena yang buruk → lisisseldarah → ion K keluarsel
b.
Ekskresitidakmemadai:
1.
GGA dan
GGK
Gagal ginjal komplit maupun
sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia berat. Karena itu orang-orang dengan
fungsi ginjal yang buruk biasanya harus menghindari makanan yang kaya akan
kalium.
2.
Insufisiensi
adrenal
3.
Hipoaldosteronisme
4.
Penyakit
Addison
Dimana kelenjar adrenal tidak
dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh ginjal dalam
jumlah cukup. Penyakit Addison dan penderita AIDS yang mengalami kelainan
kelenjar adrenal semakin sering menyebabkan hiperkalemia.
5.
Hiperkalemia biasanya terjadi
jika ginjal tidak mengeluarkan kalium dengan baik.penyebab paling sering dari
hiperkalemia adalah penggunaan obat yang menghalangi pembuangan kalium oleh
ginjal, seperti triamterene, Diuretik hemat kalium (spironolactone) dan ACE
inhibitor.
c.
Berpindahnya
ion K dari ICF ke ECF
1.
Asidosismetabolik
(padagagalginjal)
2.
Kerusakanjaringan
(lukabakarluas, cederaremukberat, perdarahan internal)
3.
Asupan
yang berlebihan:
·
Pemberiancepatlarutaninfus
IV yang mengandung ion K
·
Pemberiancepattransfusidarah
yang disimpan
·
Makanpenggantigarampadapasiengagalginjal
4.
Terlalu banyak asam dalam
darah, seperti yang kadang-kadang terlihat pada diabetes
5.
Tinggi kalium (pisang, jeruk,
tomat, diet tinggi protein, pengganti garam, suplemen kalium) Diet
d.
Hiperkalemia dapat juga dapat
terjadi akibat sejumlah besar kalium secara tiba-tiba dilepaskan dari
cadangannnya di dalam sel.
Hal
ini bisa terjadi bila:
· sejumlah
besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera tergilas)
· terjadi
luka bakar hebat
· overdosis
kokain.
Banyaknya
kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui kemampuan ginjal untuk
membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia yang bisa berakibat fatal.
2.1.3 Patofisiologi
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak
mengeluarkan kalium dengan baik. Mungkin penyebab paling sering dari
hiperkalemia adalah penggunaan obat yang menghalangi pembuangan kalium oleh
ginjal, seperti triamterene, spironolactone dan ACE inhibitor. Hiperkalemia
juga dapat disebabkan oleh penyakit Addison, dimanakelenjar
adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan
kalium oleh ginjal dalam jumlah cukup.
Penyakit Addison dan penderita AIDS yang mengalami
kelainan kelenjar adrenal semakin sering menyebabkan hiperkalemia.Gagal ginjal
komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia berat.
Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang buruk
biasanya harus menghindari makanan yang kaya akan kalium. Hiperkalemia dapat
juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium secara tiba-tiba dilepaskan
dari cadangannnya di dalam sel. Hal ini bisa terjadi bila:
1. Sejumlah
besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera tergilas) terjadi
luka bakar hebat
2. Overdosis
kokain.
Banyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa
melampaui kemampuan ginjal untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia
yang bisa berakibat fatal.(http://info.medicastro.com).
2.1.4 Manifestasi Klinik
a. Neuromaskuler:
· kelemahan
otot yaitu paralisis flasid pd tungkai bawah lalu ke badan dan lengan
· Parestesia
wajah, lidah, kaki, dan tangan
b. Saluran cerna:
Mual,
diare, kolik usus
c.
Ginjal:
· Oliguria
· Anuria
2.1.5 Komplikasi Hiperglikemia
Dibagi menjadi 2
kategori yaitu :
a. Komplikasi akut
1. Komplikasi metabolik
· Ketoasidosis
diabetic
· Koma
hiperglikemik hiperismoler non ketotik
· Hipoglikemia
· Asidosis
lactate
2. Infeksi berat
b. Komplikasi kronik
1. Komplikasi vaskuler
· Makrovaskuler
: PJK, stroke , pembuluh darah perifer
· Mikrovaskuler
: retinopati, nefropati
2. Komplikasi neuropati
Neuropati
sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare diabetik, buli – buli
neurogenik, impotensi, gangguan refleks kardiovaskuler.
2.2 Campuran
vascular neuropati
2.1.6
Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG :
menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber
disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
Elektrokardiogramuntukmencariperubahan EKG yang khas
(hiperkalemia: gelombang T tinggi, interval PR memanjang, blokjantunglengkap,
danasistole atrial; hipokalemia: gelombang T mendataratauterbalik, gelombang U,
dansegmen ST menunjukkan 'sagging')
b. Foto dada : Dapat menunjukkan
pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
c. Skan pencitraan miokardia :
dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi
konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
d. Tes stres latihan : dapat
dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
e. Elektrolit : Peningkatan atau
penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.
f. Pemeriksaan obat : Dapat
menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi
obat contoh digitalis, quinidin.
g. GDA/nadi
oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
2.1.7 Penatalakansanaan
Atasi
penyebab utamanya, Apabila kadar kalium
kurang 2,5 mmol/L atau < 3 mmol/L pada pasien dengan resiko aritmia
(misalnya pada pasien pasca infark miocard) ,
berikan kalium klorida IV (Intra vena) sebagai infus dengan kecepatan tidak
melebihi 20 mmol/jam pada konsentrasi yang tidak melebihi 40 mmol/jam, karena
kalium yang pekat dapat merusak perifer, apabila kadar kalium diantara 2,5 dan
3,5 mmol/L, berikan terapi penggantian oral (kecuali apabila pasien dalam
keadaan puasa atau muntah-muntah) dengan dosis 80-120 mmol/hari yang terbagi
dalam beberapa dosis.
Pada
hiperkalemia ringan (kalium < 6 mmol/L ), asupan kalium melalui oral atau
intra vena perlu dibatasi. Hiperkalemia berat
(kalium > 6,5 mmol/L) atau perubahan EKG hiperkalemik) merupakan
suatu kegawatdaruratan medis. Pasien perlu mendapat kalsium glukonat intravena
yang dapat menstabilkan miokardium. Tindakan untuk mengurangi kadar kalium
diperlukan, yaitu dengan pemberian glukosa bersama insulin Intravena (50 mL
berisi 50 % glukosa 1 unit Insulin dengan masa kerja pendek), resin pengikut
kalium, kalium resonium, dan dialisis mungkin diperlukan.
2.1.8
Pengobatan
Obat-obatan
yang mengobati hiperkalemia dimaksudkan untuk menstabilkan fungsi jantung,
meningkatkan pergerakan kalium dari aliran darah kembali ke dalam sel, dan
mendorong ekskresi kalium yang berlebih. Hemodialisis adalah alat yang paling
dapat diandalkan untuk menghilangkan kalium dari tubuh pada pasien dengan gagal
ginjal.
Obatberkaitan Hiperkalemia
·
Kalsium Klorida atau glukonat -
meminimalkan efek dari hiperkalemia pada jantung
·
Natrium bikarbonat -
mempromosikan pergeseran kalium dari darah ke sel-sel
·
Agonis beta - mempromosikan
pergeseran kalium dari darah ke sel-sel
·
Diuretik - menyebabkan ekskresi
kalium dari ginjal
·
Resin Binding - mempromosikan
dan pertukaran kalium natrium dalam sistem pencernaan
·
Insulin - mempromosikan
pergeseran kalium dari darah ke sel-sel
Pelengkap dan Alternatif Terapi
Terapi
alternatif dapat memberikan dukungan bersamaan dan membantu mengobati penyebab
yang mendasari setelah kondisi Anda telah stabil. Pastikan penyedia medis anda
informasi mengenai terapi alternatif atau suplemen Anda mungkin menggunakan.
Nutrisi
Berikut
ini dapat membantu mengurangi gizi gejala:
1.
Hilangkan alergen makanan yang
dicurigai, seperti susu (susu, keju, dan es krim), gandum (gluten), kedelai,
jagung, pengawet, dan bahan kimia tambahan makanan.
2.
Hindari makanan yang mengandung
jumlah tinggi kalium, termasuk pisang, lentil, kacang-kacangan, buah persik,
kentang, salmon, tomat, semangka.
3.
Hindari makanan olahan, seperti
roti putih, pasta, dan gula.
4.
Makan lebih sedikit daging
merah dan daging lebih ramping, ikan air dingin, atau kacang-kacangan untuk
protein. Batasi asupan daging olahan, seperti makanan cepat dan daging makan
siang.
5.
Gunakan minyak goreng sehat,
seperti minyak zaitun atau minyak sayur.
6.
Mengurangi atau menghilangkan
trans-fatty acid, ditemukan barang komersial panggang seperti kue, kerupuk,
kue, kentang goreng, bawang cincin, donat, makanan olahan, dan margarin.
7.
Hindari alkohol dan tembakau.
Bicaralah dengan dokter Anda sebelum menggunakan produk yang mengandung produk
kafein, seperti teh dan minuman ringan. Kafein dampak beberapa kondisi dan
obat-obatan.
8.
Minum lebih banyak air.
Dehidrasi dapat membuat hiperkalemia buruk.
9.
Latihan, jika mungkin, menit 30
hari, 5 hari seminggu.
10.
Hindari mengkudu (Morinda
citrifolia) jus, yang tinggi kalium.
2.2 HIPOKALEMIA
2.2.1 Definisi
Kalium
merupakan salah satu dari banyak elektrolit dalam tubuh Anda. Hal ini
ditemukan di dalam sel. Tingkat normal kalium sangat penting untuk
pemeliharaan jantung, dan fungsi sistem saraf.
Hipokalemia
adalah ketidakseimbangan
elektrolit dan
diindikasikan oleh tingkat rendah kalium dalam darah. Nilai dewasa normal
untuk kalium 3,5-5,3 mEq / L.
2.2.2 Etiologi
Penyebab lain
hipokalemia meliputi:
1.
Peningkatan ekskresi (atau
kerugian) dari kalium dari tubuh Anda.
2.
Beberapa obat dapat menyebabkan
kehilangan kalium yang dapat menyebabkan hipokalemia. Obat yang umum
termasuk diuretik loop (seperti Furosemide). Obat lain termasuk steroid,
licorice, kadang-kadang aspirin, dan antibiotik tertentu.
3.
Ginjal (ginjal) disfungsi -
ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang disebut Asidosis
Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan terlalu banyak
kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk Cisplatin dan Amfoterisin
B.
4.
Kehilangan cairan tubuh karena
muntah yang berlebihan, diare, atau berkeringat.
5.
Endokrin atau hormonal masalah
(seperti tingkat aldosteron meningkat) - aldosteron adalah hormon yang mengatur
kadar potasium. Penyakit tertentu dari sistem endokrin, seperti
aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan
kalium.
6.
Miskin diet asupan kalium
(Price
& Wilson, 2006)
Adapun
penyebab lain dari timbulnya penyakit hipokalemia : muntah berulang-ulang,
diare kronik, hilang melalui kemih (mineral kortikoid berlebihan obat-obat
diuretik).
(Ilmu
Faal, Segi Praktis, hal 209)
2.2.3 Patofisiologi
Kalium
adalah kation utama cairan intrasel. Kenyataannya 98 % dari simpanan tubuh
(3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama
dalam pada kompetemen ECF. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5 mEq/L dan
sangat berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium
merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting
dalam menahan cairan di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Kalium ECF,
meskipun hanya merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat
berpengaruh dalam fungsi neuromuskular. Perbedaan kadar kalium dalam
kompartemen ICF dan ECF dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat
dimembran sel.
Rasio
kadar kalium ICF terhadap ECF adalah penentuan utama potensial membran sel pada
jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan otot rangka.
Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan potensial aksi yang
penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kalium ECF jauh lebih
rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit perubahan pada
kompartemen ECF akan mengubah rasio kalium secara bermakna. Sebaliknya, hanya
perubahan kalium ICF dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio ini secara
bermakna. Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia
berat yang dapat dikurangi kegawatannya dengan meingnduksi pemindahan kalium
dari ECF ke ICF. Selain berperan penting dalam mempertahankan fungsi
nueromuskular yang normal, kalium adalah suatu kofaktor yang penting dalam
sejumlah proses metabolik.
Homeostasis kalium tubuh dipengaruhi oleh
distribusi kalium antara ECF dan ICF, juga keseimbangan antara asupan dan
pengeluaran. Beberapa faktor hormonal dan nonhormonal juga berperan penting
dalam pengaturan ini, termasuk aldostreon, katekolamin, insulin, dan variabel
asam-basa.
Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium
harian adalah sekitar 50-100 mEq. Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi akan
masuk kedalam sel dalam beberapa menit, setelah itu ekskresi kalium yang terutama
terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa jam. Sebagian kecil (<20%)
akan diekskresikan melalui keringat dan feses. Dari saat perpindahan kalium
kedalam sel setelah makan sampai terjadinya ekskresi kalium melalui ginjal
merupakan rangkaian mekanisme yang penting untuk mencegah hiperkalemia yang
berbahaya. Ekskresi kalium melalui ginjal dipengaruhi oleh aldosteron, natrium
tubulus distal dan laju pengeluaran urine. Sekresi aldosteron dirangsang oleh
jumlah natrium yang mencapai tubulus distal dan peningkatan kalium serum diatas
normal, dan tertekan bila kadarnya menurun. Sebagian besar kalium yang di
filtrasikan oleh gromerulus akan di reabsorpsi pada tubulus proksimal.
Aldosteron yang meningkat menyebabkan lebih banyak kalium yang terekskresi kedalam
tubulus distal sebagai penukaran bagi reabsorpsi natrium atau H+. Kalium yang
terekskresi akan diekskresikan dalam urine. Sekresi kalium dalam tubulus distal
juga bergantung pada arus pengaliran, sehingga peningkatan jumlah cairan yang
terbentuk pada tubulus distal (poliuria) juga akan meningkatkan sekresi kalium.
Keseimbangan asam basa dan pengaruh hormon
mempengaruhi distribusi kalium antara ECF dan ICF. Asidosis cenderung untuk
memindahkan kalium keluar dari sel, sedangkan alkalosis cenderung memindahkan
dari ECF ke ICF. Tingkat pemindahan ini akan meingkat jika terjadi gangguan
metabolisme asam-basa, dan lebih berat pada alkalosis dibandingkan dengan
asidosis. Beberapa hormon juga berpengaruh terhadap pemindahan kalium antara
ICF dan ECF. Insulin dan Epinefrin merangsang perpindahan kalium ke dalam sel.
Sebaliknya, agonis alfa-adrenergik menghambat masuknya kalium kedalam sel. Hal
ini berperan penting dalam klinik untuk menangani ketoasidosis diabetik. (Price
& Wilson, edisi 6, hal 341)
2.2.4 Manifestasi klinik
a CNS dan neuromuskular;
lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.
b Pernapasan; otot-otot
pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
c Saluran cerna;
menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual mmuntah.
d Kardiovaskuler; hipotensi
postural, disritmia, perubahan pada EKG.
e Ginjal;
poliuria,nokturia.
(Price & Wilson,
2006, hal 344)
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Kalium serum : penurunan, kurang dari 3,5
mEq/L.
2. Klorida serum : sering turun, kurang dari 98
mEq/L.
3. Glukosa serum : agak tinggi.
4. Bikarbonat plasma : meningkat, lebih besar
dari 29 mEq/L.
5. Osmolalitas urine : menurun.
6. GDA : pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosit
metabolik).
(Doenges
2002, hal 1049)
2.2.6 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan penyakit hipokalemia yang paling baik adalah pencegahan. Berikut adalah contoh-contoh penatalaksanaannya :
Adapun penatalaksanaan penyakit hipokalemia yang paling baik adalah pencegahan. Berikut adalah contoh-contoh penatalaksanaannya :
a.
Pemberian kalium sebanyak 40-80
mEq/L.
b.
Diet yang mengandung cukup
kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari (contoh makanan yang tinggi
kalium termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan
kentang).
c.
Pemberian kalium dapat melalui
oral maupun bolus intravena dalam botol infus.
d.
Pada situasi kritis, larutan
yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat diberikan melalui jalur sentral
bahkan pada hipokalemia yang sangat berat, dianjurkan bahwa pemberian kalium
tidak lebih dari 20-40 mEq/jam ( diencerkan secukupnya) : pada situasi semacam
ini pasien harus dipantua melalui elektrokardigram (EKG) dan diobservasi dengan
ketat terhadap tanda-tanda lain seperti perubahan pada kekuatan otot.
(Brunner & Suddarth, 2002, hal 260).
(Brunner & Suddarth, 2002, hal 260).
e.
Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai berikut :
a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan.
b. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah.(Ilmu Gizi, 1991, hal 99)
Adapun komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai berikut :
a. Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan kelumpuhan.
b. Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya kalium masuk kedalam pembuluh darah.(Ilmu Gizi, 1991, hal 99)
f.
Selain itu juga adapun hal-hal
yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu :
1.
Aritmia (ekstrasistol atrial
atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemia terutama bila mendapat
obat digitalis.
2.
Ileus paralitik.
3.
Kelemahan otot sampai
kuadriplegia.
4.
Hipotensi ortostatik.
5.
Vakuolisasi sel epitel tubulus
proksimal dan kadang-kadang tubulus distal.
6.
Fibrosis interstisial, atropi
atau dilatasi tubulus.
7.
pH urine kurang akibatnya
ekskresi ion H+ akan berkurang.
8.
Hipokalemia yang kronik bila
ekskresi kurang dari 20 mEq/L.
(Ilmu
penyakit Dalam, 2001, hal.308)
2.2.7 Pengobatan
1.
Pemberian K melalui oral atau
Intravena untuk penderita berat.
2.
Pemberian kalium lebih
disenangi dalam bentuk oral karena lebih mudah.
3.
Pemberian 40-60 mEq dapat
menaikkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq
dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L. Bila ada intoksikasi
digitalis, aritmia, atau kadar K serum Bila kadar kalium dalam serum > 3
mEq/L, koreksi K cukup per oral.
4.
Monitor
kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama pada pemberian secara intravena.
kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia terutama pada pemberian secara intravena.
5.
Pemberian K intravena dalam
bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20
mEq/jam, kecuali disertai aritmia atau kelumpuhan otot pernafasan, diberikan
dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc
NaCl isotonik.
6.
Acetazolamide untuk mencegah
serangan.
7.
Triamterene atau spironolactone
apabila acetazolamide tidak memberikan efek pada orang tertentu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN HIPERKALEMIA
3.1.1 Pengkajian
a. Riwayat penyakit
1. Faktor resiko keluarga contoh penyakit
jantung, stroke, hipertensi
2. Riwayat
IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi
3. Penggunaan
obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk
terjadinya intoksikasi
4. Kondisi
psikososial
b. Pengkajian fisik
1. Aktivitas :
kelelahan umum
2. Sirkulasi :
perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit
nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menruun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas
ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah,
gelisah, menangis.
4. Makanan/cairan :
hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan
berat badan, perubahan kelembaban kulit
5. Neurosensori :
pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan
pupil.
6. Nyeri/ketidaknyamanan :
nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah
7. Pernafasan :
penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman
pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru)
atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
3.1.2 Diagnosa keperawatan dan Intervensi
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan/meningkatkan
curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal,
haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa
2. Menunjukkan
penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
3. Berpartisipasi
dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
Intervensi :
1.
Raba
nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo
dan simetris.
2.
Auskultasi
bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra,
penurunan nadi.
3.
Pantau
tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
4.
Tentukan tipe disritmia dan
catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel;
blok jantung
5.
Berikan lingkungan tenang. Kaji
alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
6.
Demonstrasikan/dorong
penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan
imajinasi
7.
Selidiki
laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD
8.
Siapkan/lakukan
resusitasi jantung paru sesuai indikasi
9.
Kolaborasi :
· Pantau
pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
· Berikan
oksigen tambahan sesuai indikasi
· Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
· Siapkan
untuk bantu kardioversi elektif
· Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
· Masukkan/pertahankan
masukan IV
· Siapkan
untuk prosedur diagnostik invasif
· Siapkan
untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator
b. Kurang
pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang
informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.
Kriteria hasil :
1. Menyatakan
pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
2. Menyatakan
tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
Intervensi
:
1.
Kaji ulang
fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
2.
Jelakan/tekankan
masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga
3.
Identifikasi
efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental,
vertigo.
4.
Anjurkan/catat pendidikan
tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat;
apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
5.
Dorong
pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
6.
Kaji ulang
kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
7.
Memberikan
informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
8.
Anjurkan psien melakukan
pengukuran nadi dengan tepat
9.
Kaji ulang kewaspadaan
keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang memerlukan
intervensi medis
10.
Kaji ulang prosedur untuk
menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu
3.2 ASUHAN KEPERAWATANHIPOKALEMIA
1.
Pengkajian
a.
Aktifitas atau istirahat
Gejala
: kelemahan umum, latergi.
b.
Sirkulasi
Tanda
:
1.
Hipotensi
2.
Nadi lemah atau menurun, tidak
teratur.
3.
Bunyi jantung jauh.
4.
Perubahan karakteristik EKG.
5.
Disritmis, PVC, takikardia /
fibrasi ventrikel.
c.
Eliminasi
Tanda :
Tanda :
1.
Nokturia, poliuria bila faktor
pemberat pada hipokalemia meliputi GJK atau DM.
2.
Penurunan bising usus,
penurunan mortilitas, usus, ilues paralitik.
Distensi abdomen.
Distensi abdomen.
3.
Makanan / cairan
Gejala
: Anoreksia, mual, muntah.
d.
Neurosensori
Gejala : parestesia
Gejala : parestesia
Tanda
:
Penurunan
status mental / kacau mental, apatis, mengantuk, peka rangsangan, koma,
hiporefleksia, tetani, paralisis.
Penurunan
bising usus, penurunan mortilitas, usus, ileus paralitik.
Distensi abdomen
Distensi abdomen
e.
Nyeri / kenyamanan
Gejala
: nyeri / kram otot
f.
Pernapasan
Tanda : hipoventilasi / menurun dalam pernapasan karena kelemahan atau paralisis otot diafragma.
(Marilyn E. Doenges 2002 hal 1048)
Tanda : hipoventilasi / menurun dalam pernapasan karena kelemahan atau paralisis otot diafragma.
(Marilyn E. Doenges 2002 hal 1048)
Karena hipokalemia dapat mengancam jiwa, penting artinya untuk memantau timbulnya hipokalemia pad pasien-pasien yang beresiko. Adanya keletihan, anoreksia, kelemahan otot, penurunan mortilitas usus, parestesia, atau disritmia harus mendorong perawat untuk memeriksa konsentrasi kalium serum. Jika tersedia, elektrokardiogram dapat memberikan informasi yang bernmanfaat. Pasien-pasien yang menerima digitalis yang berisiko mengalami defisiensi kalium harus dipantau dengan ketat terhadap tanda-tanda terjadinya toksisitas digitalis karena hipokalemia meningkatkan aksi digitalis. Pada kenyataannya, dokter biasanya memilih untuk mempertahankan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5 mEq/L (SI : 3,5 mmol/L) pada pasien-pasien yang menerima digitalis. (Brunner & Suddarth, 2002, hal.261)
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Perubahan pola nutrisi
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.Kadar kalium kembali
dalam batas normal
Kriteria Hasil :
a.
Kadar kalium kembali dalam
batas normal adalah 3,5-5,0 mEq / L (mEq / L
b. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program
pengobatan
c. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan
kemungkinan efek samping obat
Intervensi
a. Monitor pemberian kadar kalium tiap 2-4 jam
untuk menghindari hiperkalemia terutama pada pemberian secara intravena. Beri
kalium sebanyak 40-80 mEq/L.
b. Diet yang mengandung cukup kalium pada orang
dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk
kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan kentang).
c. Pemberian kalium dapat melalui oral maupun
bolus intravena dalam botol infus.
2.
Kurangnya pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria hasil :
a. Menyatakan
pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
Intervensi
:
a. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat.
Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang
dilakukan bila dosis terlupakan
b. Kaji
ulang kebutuhan kalium
c. Memberikan
informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
d. Anjurkan
pasien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
e. Kaji
ulang kewaspadaan keamanan, yang memerlukan intervensi medis
BAB
IV
KESIMPULAN
Hiperkalemia dan hipokalemia menunjukkan
kadar kalium serum yang lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai batas
laboratorium yang normal. kondisi yang menyebabkan hiperkalemia atau hipokalemia ringan bahkan harus diobati untuk mencegah
perkembangan ke hiperkalemia dan hipokalemia yang lebih parah.
DAFTAR
PUSTAKA
Guyton
& hall. Kalium dalam cairan ekstraselular. EGC. 1997.
Mesiano
taufik. Periodik paralisis. Available from http : //www.ommy &
nenny.com
Ricardo
Gabriel, dkk. Hipokalemic periodic paralisys. Available from
http :
//www.associacion medica argentina.com
Anonim.
Hipokalemic periodic paralisys. Available from http : //www.genetics.com
Anonim.
Periodic paralisys. Available from http : //www.NINDS.com
Ranie
nh. Hipokalemic periodic paralisys. Available from http :
//www.webscapes.com
Anonim.
Hipokalemic periodic paralisys. Available from http :
//www.medlineplus.com
0 komentar:
Posting Komentar