LAPORAN PENDAHULUAN
I. Kasus (Masalah Utama)
Perubahan sensori perseptual : halusinasi.
II. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart & Sundenn,
1998).
Halusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, hal 119)
Halusinasi yaitu gangguan persepsi (proses penyerapan)
pada panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar pada pasien dalam keadaan
sadar.
Tanda dan gejala :
· Bicara, senyum dan
tertawa sendiri
· Menarik diri dan
menghindar dari orang lain
· Tidak dapat membedakan
antara keadaan nyata dan tidak nyata
· Tidak dapat memusatkan
perhatian
· Curiga, bermusuhan,
merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
· Ekspresi muka tegang,
mudah tersinggung
(Budi Anna Keliat, 1999)
2. Penyebab dari Halusinasi
Salah satu penyebab dari Perubahan sensori perseptual : halusinasi yaitu
isolasi social : menarik diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Rawlins,1993).
Tanda dan Gejala :
§ Apatis, ekspresi sedih,
afek tumpul
§ Menghindar dari orang
lain (menyendiri)
§ Komunikasi kurang/ tidak
ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/ perawat
§ Tidak
ada kontak mata, klien sering menunduk
§ Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas
§ Menolak
berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap
§ Tidak/
jarang melakukan kegiatan sehari-hari.
(Budi Anna Keliat, 1998)
3. Akibat dari Halusinasi
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensori: halusinasi dapat beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Resiko mencederai
merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan.
Tanda dan Gejala :
· Memperlihatkan permusuhan
· Mendekati orang lain dengan ancaman
· Memberikan
kata-kata ancaman dengan rencana melukai
· Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
· Mempunyai rencana untuk melukai
III. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri
, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri
IV. Masalah Keperawatan dan Data
yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan
1. Risiko mencederai diri,
orang lain dan lingkungan
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
3. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1. Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin
membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
2. Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan
kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
1. Perubahan sensori
perseptual : halusinasi
1. Data Subjektif
· Klien mengatakan
mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
· Klien
mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
· Klien
mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
· Klien merasa makan
sesuatu.
· Klien
merasa ada sesuatu pada kulitnya.
· Klien
takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan didengar.
· Klien ingin memukul/
melempar barang-barang.
2. Data Objektif
· Klien
berbicar dan tertawa sendiri.
· Klien bersikap seperti
mendengar/melihat sesuatu.
· Klien berhenti bicara
ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
· Disorientasi.
1. Isolasi sosial : menarik diri
1. Data Subjektif
· Klien mengungkapkan
tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi
· Klien
mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
· Klien
malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.
1. Data Objektif
· Klien terlihat lebih
suka sendiri
· Bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan
· Ingin mencederai
diri/ingin mengakhiri hidup
V. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi.
2. Perubahan sensori perseptual : halusinasi berhubungan
dengan menarik diri.
VI. Rencana Tindakan
Keperawatan
Diagnosa 1: Risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan perubahan sensori perseptual : halusinasi.
1. Tujuan umum :
klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan :
1. Salam terapeutik – perkenalan diri – jelaskan tujuan – ciptakan lingkungan
yang tenang – buat kontrak yang jelas (waktu, tempat, topik).
2. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
3. Empati.
4. Ajak membicarakan hal-hal yang ada di lingkungan.
2. Klien dapat mengenal halusinasinya.
Tindakan :
1. Kontak sering dan singkat.
2. Observasi tingkah laku yang terkait dengan halusinasi
(verbal dan non verbal).
3. Bantu mengenal halusinasinya
dengan menanyakan apakah ada suara yang didengar dan apa yang dikatakan oleh
suara itu. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, tetapi
perawat tidak. Katakan perawat akan membantu.
4. Diskusi tentang situasi yang menimbulkan halusinasi,
waktu, frekuensi terjadinya halusinasi serta apa yang dirasakan saat terjadi
halusinasi.
5. Dorong untuk mengungkapkan perasaan saat terjadi
halusinasi.
2. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Tindakan :
1. Identifikasi bersama tentang cara tindakan jika
terjadi halusinasi.
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien dan cara
baru untuk mengontrol halusinasinya.
3. Bantu memilih dan melatih cara memutus halusinasi :
bicara dengan orang lain bila muncul halusinasi, melakukan kegiatan, mengatakan
pada suara tersebut “saya tidak mau dengar.”
4. Tanyakan hasil upaya yang telah dipilih/dilakukan.
5. Beri kesempatan melakukan cara yang telah dipilih dan
beri pujian jika berhasil.
6. Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi.
2. Klien dapat dukungan dari keluarga.
Tindakan :
1. Beri pendidikan kesehatan pada pertemuan keluarga tentang gejala, cara,
memutus halusinasi, cara merawat, informasi waktu follow up atau kapan perlu
mendapat bantuan.
2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
2. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.
Tindakan :
1. Diskusikan tentang dosis, nama, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat.
2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara, waktu).
3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
4. Beri reinforcement positif klien minum obat yang benar.
Diagnosa 2: Perubahan sensori
perseptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
1. Tujuan Umum:
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
2. Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar
untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapetutik
1. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Rasional :
· Diskusikan tingkat
kemampuan klien seperti menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego diperlakukan
sebagai dasar asuhan keperawatannya.
· Reinforcement
positif akan meningkatkan harga diri klien
· Pujian
yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan kegiatan hanya karena ingin
mendapatkan pujian
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
2.1. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi
penilaian negatif
2.1. Utamakan memberikan pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Rasional :
· Keterbukaan dan
pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasyarat untuk berubah.
· Pengertian
tentang kemampuan yang dimiliki diri memotivasi untuk tetap mempertahankan
penggunaannya
Tindakan:
1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Rasional :
· Membentuk individu yang
bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri
· Klien
perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.
· Contoh
peran yang dilihat klien akan memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan
Tindakan:
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
· Kegiatan mandiri
· Kegiatan dengan bantuan sebagian
· Kegiatan yang
membutuhkan bantuan total
1. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi
klien
2. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
dan kemampuannya
Rasional :
§ Memberikan
kesempatan kepada klien mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri
klien
§ Reinforcement positif
dapat meningkatkan harga diri klien
§ Memberikan kesempatan kepada klien ntk tetap melakukan
kegiatan yang bisa dilakukan
Tindakan:
1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
4. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Rasional:
· Mendorong keluarga untuk
mampu merawat klien mandiri di rumah
· Support sistem keluarga
akan sangat berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan klien.
· Meningkatkan
peran serta keluarga dalam merawat klien di rumah.
Tindakan:
6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien dengan harga diri rendah
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien
dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
DAFTAR PUSTAKA
- Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
- Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
- Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
- Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
0 komentar:
Posting Komentar